PENDIDIKAN BERAGAMA
Bisakah Kita Menjadi Imam di Masjid dan Guru Untuk Siapa saja?
Pertanyaan ini sontak belum bisa ditebak baik pembaca maupun penulis, karena setiap orang punya keterbatasan serta kemampuan yang berbeda-beda.
BILARIASE Bulan Agustus 2012 adalah musim kedua bagai seluruh petani di Kabupaten Sidrap umumnya dan khususnya di Desa Bila Riase, Kecamatan Pitu Riase, petani memetik hasil panen padinya, yang sekarang tidak lagi memakai jasa orang atau paddaros tapi lebih memilih teknologi canggih mobil pemotong padi lengkap dengan pembuangan padi, tempat keluar padi ke karung gabah dan operatornya harus standby dan minimal 30menit satu hektar sawah. Produk pemotong ini tidak membutuhkan seorang guru yang jago, atau kepala proyek, yang mapan atau kredibel atau akuntable atau semacam nyalah menjadi mentor karena alat ini orang biasa pun mampu menjalankannya hanya dengan masukan stater, kopleng dan 2 persenelan kiri dan kanan atau maju mundur seperti di mobil. Jadi untuk menjadi seorang guru yang serba moderen dan terampil tidak selalu harus ada komputer, laptop, handphone smartphone atau jam tangan yang serba canggih bisa menelpon, SMS dan menonton TV yang dimiliki oleh Sony dan Apple. Mungkin anda pernah mendengar kata ini, saya tidak mau arogan, artian sayalah, cobanya saya, lebih baik saya, mungkin sayalah yang bisa, kalau bukan saya siapa lagi!. Ah... kata saya ini disini menjadi seolah dialah raja, penguasa, pemilik segala sesuatunya alias serba ada karena saya. Dalam hukum Islam maknanya arogan, melebihkan, diri sendiri alias sombong. Hubungan alat pemotong padi dengan kata saya disini adalah jangan kita mau mengerjakan pekerjaan atau membantu kepada seseorang tanpa keikhlasan, ketulusan hati, jujurlah apa adanya bukan karena ada apa-apanya. Jadi alat pemotong padi itu tanpa guru dan tanpa
Tampak dari kiri; pejabat dari UPT Dinas Pendidikan Pitu Riase bersama dua staf ibu guru SD Negeri 1 Bila, dan sedang memegang kamera, Kepala Desa Bila Riase, Sirajuddin, SE, saat berkunjung menyaksikan pelaksanaan ujian semester beberapa bulan yang lalu.-dok lacak-kata saya alias siapapun seorang imam di masjid dari kelebihan di tempat ini, dulillah wala ilaha illallah bisa. puluhan jamaah. maka penulishlah yang wallahu akbar. Bulan Agustus ini Adapun pengalaman maju kedepan dan Alhamdulillah, perasaan adalah bulan yang cerah penulis disini, berkat meminta jamaah magrib takut, gelisah sirna dan dan iklim yang cukup pengalaman di rumah yang agar tertib. Penulis begitu seakan setiap menjalankan panas. biasanya memimpin shalat takut nanti batal seperti shalat secara berjamaah Mungkin saat ini bersama keluarga dengan tiba-tiba kentut, keluar air lebih konsisten atau hampir sama persis di bacaan surah / ayat yang kencing, atau tiba-tiba kusyu. pelataran padang pasir tidak banyak, tapi niat ingat anak di sekolah yang Masih banyak yang, dan seakan-akan untuk menjadikan shalat suka ketawa, atau apalah kekurangan yang kita jika kita bertahan mulai kami itu harus tenang, tidak macamnya. harus pahami dan maklum jam 12 siang sampai jam 2 tergesah-gesah. Itu semua hilang dan dari penulis dan itu semua sore seolah terpanggang Selama 4 kali tiga pekan berjalan dengan lancar, akan terlupakan dan kita oleh teriknya matahari. lamanya di masjid Babul berkat doa-doa yang menyatukan pegangan Tapi itu semua hanya Khaerat, penulis mencoba penulis ajarkan di sekolah innamal mukminuuna sebentar saja, bisa dingin memberanikan diri karena untuk anak didik dan ikhwa, artinya sesung kembali, bahkan tidak jamaah yang tidak mau dirumah. gunya orang mukmin itu terasa tetapi yang paling tampil, sebenarnya tidka Adapun doanya, yaa bersaudara, siapa saja panas dan bisa memiliki imam tetap, akan hayyu yaa qayyum yaa apakah guru, paddaros, mengeluarkan keringat tetapi ada kurang lebih latif, 100x sehabis shalat tukang ojek, pembantu dll, diingin di depan AC tujuh orang bisa bergantian fardu dan baca zikir, dsb adalah saudara. Amiin. sekalipun adalah menjadi jadi imam masjid itulah subhanallah walham (@andi_bila)
waktu itu belum menjadi kurikulum setiap sekolah. Ada beberapa sekolah lain yang mendapat bantuan komputer, tapi tidak dimanfaat kan, dan hanya disimpan di gudang. Namun, kita tidak, jelas Asisten Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana SMA 3 Makassar, Azwan Ibrahim. Di SMA 3 Makassar, hampir semua ruang kelas memiliki layar LCD dan dilengkapi autofocus untuk presentasi. Termasuk di antaranya ruang rapat guru. Saat itu, kata Azwan Ibrahim, Syafruddin adalah satu di antara guru yang sangat berminat belajar komputer. Waktu itu program komputer masih menggunakan Lotus Tampak staf dengan Worldstar. Walhasil, kita selalu pengajar SMP mendapat kesempatan Negeri 1 belajar di Bogor tentang TIK, ikut pelatihanWatangpulu pelatihan, sampai akhirnya bisa menggunakan fasilitas sedang komputer itu, kata Ketua berfose MGMP TIK Kota Makassar ini. bersama Hingga saat ini, Syafruddin sebelum menjadi tim pengembang Pusat Sumber Belajar di mengikuti Direktorat Pengembangan Sistem Manajemen lomba tingkat Akademik (PSMA) sekolah Kemdikbud, dan telah banyak melatih guru-guru menengah di Pusat Teknologi pertama yang Informasi (Pustekkom) Kemdikbud. diadakan oleh Saya selalu dipanggil untuk menatar, dan UPT Dispen mengajarkan pentingnya Watangpulu, pola pengajaran berbasis ITC. Sayangnya, masih beberapa banyak guru yang bulan yang setengah-setengah. Semangatnya begitu besar lalu. --dok saat dilatih, tapi dalam praktiknya lain, lacak-ucapnya.(***)
SYAFRUDDIN tidak hanya dikenal jago mengajar dengan menggunakan multimedia. Kebiasaan mengajar itu juga ditularkan kepada sejumlah guru lain, khususnya di SMA 3 Makassar. Secara kebetulan, sekolah yang telah menjadi tempat dia mengabdi selama 15 tahun terakhir adalah sekolah pertama yang menerapkan pola pembelajaran berbasis TIK. Tahun 1998, sekolah ini termasuk paling pertama mendapat bantuan komputer. SMA 3 menjadi salah satu SMA plus, karena TIK