Anda di halaman 1dari 7

PAK JK DAN MASJID Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag.

Selasa, 01 Mei 2012 20:43

PAK JK DAN MASJID Oleh : Duski Samad Ketua Mustasyar DMI Kota Padang Bersedia dan terpilihnya secara aklamasi H. Muhamad Jusuf Kalla yang lebih populer dengan panggilan JK sebagai Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia pada Muktamar DMI 27-29 April 2012 di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta adalah angin segar bagi kemajuan dunia permasjidan di tanah air. Mantan Wakil Presiden RI yang dikenal dengan jargon lebih cepat, lebih baik sejak masih di Makassar adalah pribadi yang tidak pernah absen dalam memberikan perhatian pada Masjid. Kehadiran dan pengabdian yang diharapkan tokoh-tokoh Dewan Masjid Indonesia (DMI) se Indonesia terhadap figur tokoh nasional sekaliber JK adalah untuk akselarasi keberadaan dan fungsi masjid sebagai jantung pembinaan umat dan bangsa. Perhatian dan keterlibatan Pak JK pada Masjid bukan saja mendirikan masjid, memberikan bantuan pada Masjid, menjadi pengurus Masjid akan tetapi dapat dikatakan bahwa masjid bagi Pak JK bahagian dari dirinya sendiri. Ketika peresmian Mesjid Nurul Iman setelah rehab berat sebelum gempa 2009 yang lalu beliau saat itu menjadi Wakil Presiden beliau mengkritisi sistim ventilasi dan audio sistim yang kurang memperhatikan kebutuhan jamaah masjid. Banyak pandangan dan arahan beliau tentang bagaimana mestinya sebuah masjid direncanakan dan digerakkan, itu semua menunjukkan kedalaman penguasaannya tentang masjid yang baik itu. Tepat sekali jika peserta Muktamar DMI menyepakati suara bulat

(aklamasi) beliau sebagai Ketua Umum. DEWAN MASJID DAN MASJID Dewan Masjid Indonesia sebagai organisasi yang mewadahi Masjid, mushalla dan rumah ibadah umat Islam secara institusional sudah cukup lama dirasakan oleh para pengurus masjid dan juga sudah memberikan bimbingan sesuai zamannya. Namun, dalam artian peran, fungsi dan eksistensi lembaga DMI kedepan tentu harus dikembangkan lebih bermanfaat dan berdayaguna optimal dan maksimal. Keberadaan Dewan Masjid Indonesia sejak dari pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting adalah aset umat yang hendaknya lebih mampu membaca dan mengikuti derap kemajuan umat yang diayominya. Perubahan sosial kemasyarakatan dan kehidupan para penghuni masjid dan umat yang berkebutuhan dengan masjid tentu tidak akan bisa terpenuhi apabila Dewan Masjid tidak diurus oleh tokoh yang memiliki pengaruh dan kesungguhan yang sudah teruji, sosok JK tepat untuk itu. Kerisauan banyak pihak terhadap masih lemahnya manajemen masjid, belum kuatnya pelayanan pengurus masjid terhadap kebutuhan layanan ibadah umat, tidak terselenggaranya dengan bimbingan kifayah (kebutuhan bersama yang harus ditunaikan) di masjid, kurang efektifnya pelaksanaan dakwah di masjid dan belum terkoordinasinya antar lembaga kemasjidan adalah masalah-masalah besar yang menuntut pemecahan yang tersistim dan terencana. Kebiasaan pengurusan masjid dan rumah ibadah lainnya yang berpedoman pada prilaku kepemimpian asal jadi, sambilan dan jauh dari sikap profesional adalah prilaku tidak terpuji yang segera harus diubah. Begitu juga kesan masjid yang tidak mengindahkan pesan-pesan norma Islam, seperti bersih, indah, nyaman harus segera diubah. Demikan juga halnya dengan cara-cara pengurus atau tokoh masjid yang mencari biaya pembangunan masjid dengan mengganggu lalu lintas di jalan raya umum adalah sisi lain yang secara tidak langsung merusak kesucian masjid. Hal lain yang juga membuat kewibawaan masjid

menjadi runtuh adalah pengurus masjid kurang memiliki rasa kepedulian pada lingkungan masjid. Kumandangan pengajian al-quran, ceramah agama, pendidikan anak-anak dan kegiatan lainnya di masjid adalah aktivitas masjid yang disukai masyarakat, namun hendaknya juga disadari oleh pengelola masjid waktu istirahat dan kenyamanan warga lingkungan masjid. Problema kemasjidan sebagai disebut di atas dapat diatasi bila masjid diurus oleh orang-orang memiliki kemampuan lebih dan disegani, tokoh dengan track record seperti Pak JK diharapkan mampu melakukan revolusi budaya Masjid. Dari sisi kelembagaan masjid, (Pengurus Masjid dan Dewan Masjid Indonesia) adalah organisasi keumatan yang dihargai umat. Penghargaan umat terhadap institusi masjid belum sepenuh dapat dijalankan oleh pengelola lembaga ini. Penyederhaan fungsi dan kedudukan Pengurus Masjid dan Dewan Masjid bisa jadi oleh karena kurang berwibawanya pengurus atau memang pengurus Masjid atau Dewan Masjid itu sendiri tidak mampu memperlihatkan aktivitas dan pengayamonannya. Sekali lagi, charisma pengurus Dewan Masjid Indonesia menjadi salah satu aspek yang dapat meningkatkan daya tawar masjid. FUNGSI MASJID DAN PERAN DEWAN MASJID Sejarah mencatat bahwa fungsi masjid pada masa Rasulullah saw adalah sebagai tempat pelaksanaan ibadah dan juga sebagai pusat kebudayaan, pusat ilmu pengetahuan, pusat informasi, pusat pengembangan ekonomi kerakyatan, pusat pengaturan strategi perang dan damai, serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya umat secara keseluruhan. Berfungsinya masjid sebagai pusat kegiatan kemasyarakatan bukan karena kontek sosial yang masih sederhana tetapi justru karena proses manajemen sosial kemasjidan yang telah berfungsi sebagai pengikat sosial. Dalam sejarah perjalanan masjid pertama yang didirikan Nabi (Masjid Nabawi) tak kurang dari sepuluh fungsi yang diembannya yaitu sebagi tempat ibadah, konsultasi dan komunikasi yang berkaitan dengan masalah

ekonomi dan sosial budaya, pendidikan, santunan sosial, latihan militer dan persiapan alat-alatnya, pengobatan para korban perang, perdamaian dan pengadilan sangketa, aula tempat menerima tamu, penawan tahanan, dan pusat penerangan dan pembelaan agama. Perjanan waktu kini masjid menjadi tereduksi pada sisi ibadah mahdah dan cenderung statis, salah satu penyebabnya lemah baik menurut dari segi beberapa motivasi, pandangan yang mengemuka adalah lemahnya fungsi masjid karena kualitas pengurus masjid sangat pengetahuan, dedikasi, dan keterampilan. Akhirnya produktivitas dan peranan masjid lemah. Pendapat lain ada pula yang mengatakan bahwa melemahnya fungsi masjid adalah karena masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman jamaah tentang masjid, perhatian terfokus pada pembangunan terabaikan. Untuk kembali membangkitkan peradaban masjid umat berharap pada Dewan Masjid Indonesia yang dinakhodai oleh pribadi tangguh dan punya integritas diri yang tingi Bapak H. Muhammad Jusuf Kalla untuk mengaktualisasi fungsi dan aktivitas masjid. Aktualisasi fungsi dan kegiatan masjid yang dibutuhkan umat diera digital ini setidaknya ada 3 (tiga) jenis bimbingan. Pertama : Bimbingan Ibadah Pemberian bimbingan dan layanan ibadah Masjid di Indonesia belum banyak terencana, terukur dan memiliki prosudur tetap yang diterima oleh penguna jasa masjid (umat). Tidak terlalu sulit menunjukan masih amatirannya bimbingan dan layanan ibadah di Masjid dapat ditemui setiap shalat berjamaah misalnya, masih terbatas sekali imam, muazin dan pelayanan ibadah yang kompeten, dan profesional dengan tugas dan kewajibannya. Tugas rangkap sebagai imam, muadzin dan penjaga kebersihan masjid adalah boleh saja, namun itu indikasi tidak pedulinya fisik dan pemenuhan kebutuhan non fisik untuk memakmurkan masjid sesuai dengan petunjuk al-Quran masih relatif

pengurus Masjid terhadap pentingnya bimbingan ibadah di masjid. Dewan Masjid dan Pengurus Masjid dalam menjalankan perannya dihimbau peduli pada keluhan dan aspirasi jamaah yang kurang puas dengan bimbingan ibadah berjamaah. Sudah waktunya DMI dan pengurus masjid menetapkan persyaratan kompetensi imam, muazin, dan pelayan ibadah, begitu juga merumuskan standar operasional pengunaan sarana ibadah dan sarana penunjang ibadah yang nyaman dan memadai. Aneh, lucu dan tidak pantas prilaku pengurus Masjid yang memposisikan pelayanan ibadah imam, muazin dan garin di Masjid sebagai orang upahan dan profesi yang tidak dihargai sepantasnya. Layanan ibadah penting yang sering dilakukan parsial seperti panitia qurban, panitia zakat fitrah, panitia santunan anak yatim, dan panitia lainnya, adalah cara kerja yang tidak serius. Ibadah yang sudah jelas waktunya itu, mestinya dimasukkan pada bahagian utama dalam kepengurusan masjid. Kedua : Bimbingan Dakwah Tugas mulia kedua yang diemban oleh Dewan Masjid dan Pengurus Masjid adalah dakwah. Bimbingan dan layanan dakwah di masjid yang belum terencana dan cenderung sporadis adalah satu penyebab kurang efektifnya peran dakwah. Kegiatan khutbah Jumat tanpa arahan dari pengurus masjid telah menjadikan khutbah sesuai selera khatib dan tidak menyentuh kebutuhan umat. Akibatnya umat datang berjumaat ke masjid hanya sekedar melakukan ibadah rutin tanpa makna. Begitu juga halnya dengan layanan dakwah berupa ceramah, wirid pengajian, Majelis Taklim dan kegiatan hari besar Islam menjadi rutinitas yang tak memberi dampak lebih pada umat, karena sentuhan intelektual dan kepedulian yang tidak kuat dari pengurus Masjid dan begitu juga oleh Dewan Masjid. Perencanaan dakwah yang diawali dari peta dakwah, pemahaman terhadap masyarakat yang akan didakwahi, dakwah bil hal (tindakan nyata)

terhadap umat yang dirundung masalah adalah agenda penting DMI dan Pengurus Masjid di masa datang. Merumuskan konsep, strategi dan program dakwah yang komprehensif dan melingkupi kepentingan umat adalah pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan Dewan Masjid. Ketiga : Layanan Kifayah. Peran penting ketiga yang hendaknya diseriusi oleh Dewan atau Pengurus Masjid adalah meningkatkan layanan kifayah jamaah dan umat sekitar masjid. Layanan kifayah adalah layanan yang wajib ditunaikan oleh lembaga Dewan Masjid khususnya terhadap umat atau jamaah yang tinggal di sekitar masjid. Layanan kifayah yang dimaksudkan adalah memberikan pelayanan terhadap kebutuhan bagi masyarakat yang diayomi masjid. Diantara layanan kifayah adalah pendidikan keagamaan anakanak, remaja, orang dewasa seperti TPA MDA Wirid Remaja, Majlis Taklim. Layanan pengentasan kemiskinan dan program kemasyarakatan lainnya adalah layanan kifayah yang juga mendapat perhatian pengurus. Untuk mewujudkan DMI dan Masjid yang dapat memberikan kontribusi lebih pada umat maka diperlukan komitmen. Dewan Masjid, pengurus Masjid dan umat dihimbau untuk menyatakan komitmen bahwa mereka senang membuat penyertaan dan memberikan sokongan terhadap program Masjid. Ini wujud karena kepercayaan mereka terhadap keupayaan dan kewibawaan Masjid. Begitu juga halnya komitmen kepemimpinan Masjid sebagai wahana ibadah dan pengabdian untuk umat. Lebih dari itu DMI dan pengurus masjid dituntuk memiliki komitmen intelek, yang berarti bahwa mereka bersedia menjadi sumber kekuatan organisasi Masjid. Kalau komitmen pemimpin memberikan Political Will kepada Masjid, maka komitmen intelek memberikan Intelectual Will. Semoga DMI dan Pengurus Masjid dapat mengamalkan lebih cepat, lebih baik karena jargon itu sama artinya dengan fastabiqul khairat (Mari berlomba untuk menwujudkan kebaikan). Selamat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat dan seluruh Indonesia, dengan kapten baru kita kejar bola untuk goal

kebaikan bersama. Amin. Istana Bung Hatta Bukittinggi, 30 April 2012.

Anda mungkin juga menyukai