Anda di halaman 1dari 17

METODOLOGI TAFSIR

Oleh: Dr. Imam Muhsin, M.Ag.

PENGERTIAN
Metodologi:
metodos = cara logos = ilmu

Metodologi Tafsir:
Ilmu tentang cara menafsirkan ayat-ayat alQuran untuk mengetahui maknanya, petunjuknya, atau hukum yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat diamalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Metode Tafsir
Tafsir Ijmali (Global):
Yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Quran secara ringkas tetapi mencakup, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti, dan enak dibaca.

Tafsir Tahlili (Analisis):


Yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan memaparkan segala aspek yang terkendung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir.

Tafsir Muqaran (Perbandingan):


Membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Quran yang memiliki kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi berbedan dalam kasus yang sama. Membandingkan ayat a-Quran dengan hadis yang secara lahiriah terlihat bertentangan. Membandingkan berbagai pendapat ulama dalam menafsirkan alQuran.

Tafsir Mawdlui (Tematik):


Membahas ayat-ayat al-Quran sesuai dengan tema yang telah ditetapkan.

Langkah Tafsir Mawdlui


1. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema sesuai dengan kronologi turunnya. 2. Menelusuri latar belakang turunnya ayat. 3. Meneliti semua kata atau kalimat yang ada dalam ayat, kemudian mengkajinya dari semua aspek yang berkaitan dengannya. 4. Mengkaji pemahaman berbagai aliran dan pendapat para mufassir tentang ayat yang dikaji. 5. Mengkaji secara tuntas dan seksama dengan menggunakan penalaran yang objektif melalui kaidah penafsiran yang mutabar, serta didukung oleh fakta (kalau ada), dan argumen-argumen dari al-Quran, hadis, atau fakta-fakta sejarah yang dapat ditemukan, serta berusaha menghindari penalaran-penalaran subjektif.

Bentuk-bentuk Tafsir
Tafsir bil Matsur
Yaitu tafsir yang didasarkan pada nukilan-nukilan yang sahih menurut urutan, yaitu : Al-quran, hadits, pendapat sahabat, pendapat tabiin.

Tafsir bir-rayi (akal)


Yaitu tafsir yang didasarkan pada ijtihad sendiri berdasarkan akal semata.

Tafsir Isyari (isyarat)


Yaitu tafsir yang didasarkan pada isyarat yang kadang tidak tertangkap dari tekstual lahirnya.

Tafsir Garib (janggal)


Yaitu penafsiran kata-kata yang asing atau ayat mutasyabih yang dipaksakan untuk ditafsirkan maknanya, atau penafsiran berdasarkan rayu semata yang sulit diterima oleh akal sehat.

Corak Tafsir
Corak Tafsir Tasawuf (shufi/isyari) Corak Tafsir Fiqh Corak Tafsir Filsafat (Falsafi) Corak Tafsir Ilmiah (Ilmi) Corak Tafsir Sosial Kemasyarakatan (Adabi Ijtimai) Corak Tafsir Kalam (Teologis)

Ushul Tafsir
Ushul tafsir adalah cabang dari ilmu ulumul Quran yang membahas ilmu-ilmu dan kaidah-kaidah yang diperlukan dan harus diketahui untuk menafsirkan Al-Quran. Ushul tafsir merupakan bagian dari ulumul quran yang paling penting karena sangat erat kaitannya dengan istinbath (penyimpulan hukum) dalam fikih dan penetapan itikad (tauhid, akidah) yang benar. Ibnu Taimiyyah dalam Muqaddimah fi Ushulit Tafsir menyatakan : Jika ada orang bertanya : Apakah jalan yang terbaik untuk menafsirkan Al-Quran, maka jawabnya : Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran. Apabila engkau tidak mendapatkan penafsirannya pada Al-Quran, maka tafsirkanlah dengan sunnah (hadits), karena sesungguhnya ia memberi penjelasan terhadap Al-Quran. Apabila tidak engkau temukan tafsirnya dalam Al-Quran dan tidak pula dalam sunnah, maka merujuklah kepada perkataan-perkataan sahabat Nabi SAW, karena mereka paling mengetahui sesudah Nabi, mengingat mereka menyaksikan (sebagian) turunnya Al-Quran dan situasi ketika ayat itu turun serta mereka memiliki pemahaman yang benar dari Nabi. Apabila tidak ditemukan penafsiran dalam Al-Quran dan sunnah serta tidak ada pula penafsiran sahabat, maka dalam hal ini para imam merujukperkataan tabiin

Ushul al-Tafsir
1. Menafsirkan al-Quran dengan al-Quran. 2. Menafsirkan al-Quran dengan alSunnah. 3. Menafsirkan al-Quran dengan perkataan sahabat. 4. Menafsirkan al-Quran dengan perkataan tabiin. 5. Menafsirkan al-Quran dengan kaidah kebahasaan (penalaran/rayu)

Peran Hadis terhadap Al-Quran


1. Menjelaskan bagian yang masih global (mujmal). 2. Mengkhususkan (men-takhsis) yang masih umum (amm). 3. Menjelaskan arti dan kaitan kata-kata tertentu. 4. Memberikan ketentuan tambahan dari aturan yang telah ada dalam Al-Quran. 5. Menjelaskan nasakh (menghapus) ayat. 6. Menegaskan hukum-hukum yang telah ada.

Tafsir Al-Quran dengan Al-Quran


Metode ini berdasarkan contoh dari Rasulullah. Ketika para sahabat membaca firman Allah :
Mereka yang beriman dan tidak mencampur adukkan keimanannya dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat kemananan dan mereka mendapat petunjuk (QS [6] : 82}. Para sahabat bertanya kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah, siapakah diantara kita orang yang tidak menzalimi dirinya sendiri ? Nabi menjawab : Tidak seperti yang kalian sangka, kezaliman yang dimaksud adalah syirik. Tidakkah enkau membaca ucapan hamba yang saleh (Luqman) : Sesungguhnya kemusyrikan adalah kezaliman yang sangat besar. (QS Luqman [31] : 13).

Firman Allah dalam QS Al-Fatihah [1] : 6 :


Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat Siapakah yang dimaksud orang-orang yang diberi nikmat ? maka tafsirnya ada pada ayat Al-Quran yang lain, yaitu QS An-Nisa [4] : 69 : Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-Nabi, para Shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaikbaiknya.

Tafsir Al-Quran dengan sunnah (hadits)


Peran (hadits) Rasulullah terhadap Al-Quran :
1. 2. 3. 4. Menjelaskan bagian yang masih global (mujmal). Mengkhususkan (men-takhsis) yang masih umum (amm). Menjelaskan arti dan kaitan kata-kata tertentu. Memberikan ketentuan tambahan dari aturan yang telah ada dalam Al-Quran. 5. Menjelaskan nasakh (menghapus) ayat. 6. Menegaskan hukum-hukum yang telah ada.

Contoh: Firman Allah dalam QS Al-Baqarah [2] : 43 :


dan dirikanlah shalat Perintah mendirikan sholat tersebut masih kalimat global (mujmal) yang masih butuh penjelasan bagaimana tata cara sholat yang dimaksud, maka untuk menjelaskannya Rasulullah naik keatas bukit kemudian melakukan sholat hingga sempurna, lalu bersabda : Sholatlah kalian, sebagaimana kalian telah melihat aku shalat (HR Bukhary)..

Tafsir Al-Quran dengan perkataan sahabat


Sahabat Nabi adalah generasi terbaik yang beriman dan diridloi Allah, bertemu langsung dengan Nabi dan ikut menyaksikan peristiwa yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat dan keterkaitan turunnya dengan ayat yang lain. Mereka mempunyai kedalaman pengetahuan dari segi bahasa, saat bahasa itu digunakan, kejernihan pemahaman, kebenaran manhaj, kuatnya keyakinan, apalagi jika mereka telah melakukan Ijma dalam suatu penafsiran. Contoh: Firman Allah dalam QS An-Nur [24] : 31 :
Hendaklah mereka tidak menampakkan kecantikannya, kecuali apa yang boleh tampak darinya Ibnu Abbas menafsirkan yang boleh tampak itu adalah : wajahnya, kedua telapak tangan dan cincin

Tafsir Al-Quran dengan perkataan tabiin.


Tabiin adalah orang bertemu langsung dengan para sahabat Nabi dan mengambil ilmu dari mereka. Di Mekkah berdiri perguruan Ibnu Abbas, diantara para tabiin yang menjadi muridnya adalah : Said bin Jubair, Mujahid, Ikrimah maula Ibnu Abbas, Tawus bin Kaisan Al-Yamani dan Ata bin Abi Rabah. Di Madinah Ubay bin Kaab lebih menonjol dibidang tafsir dari sahabat Nabi yang lain, diantara muridnya dikalangan tabiin adalah : Zaid bin Aslam, Abu Aliyah dan Muhammad bin Kaab al-Qurazi. Di Kufah (Iraq) berdiri perguruan Ibnu Masud, yang dipandang oleh para ulama sebagai cikal bakal mazhab ahli ray (akal). Tabiin yang menjadi muridnya antara lain : Alqamah bin Qais, Masruq, Al-Aswad bin Yazid, Murrah Al-Hamazani, Amir Asy-Syabi, Hasan al-Basri dan Qatadah bin Diamah as-Sadusi. Diantara tokoh-tokoh tabiin, Mujahid merupakan yang paling menonjol dan perkataannya banyak diikuti mufasirin sesudahnya. Tentunya harus diseleksi sanad-sanad atsar yang disandarkan kepada mereka, bila sahih maka layak untuk diikuti.

Israiliyyat.
Setelah beberapa ulama Yahudi masuk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Kabul Ahbar, Wahb bin Munabbih, Abdul Malik bin Abdul Azis bin Juraij, khabar dan kisah dari kitab-kitab Bani Israil mulai menyebar di kalangan kamu muslimin. Sebagian mufasirin mengutip Israiliyyat ini kedalam kitab tafsir mereka. Israiliyyat ini dibagi menjadi tiga: 1. Yang sesuai dengan syariat Islam, maka bisa diterima. 2. Yang bertentangan dengan syariat Islam, maka harus ditolak. 3. Yang didiamkan, tidak diterima dan tidak ditolak, sebatas dijadikan wacana.

Syarat-syarat Mufasir
1. 2. 3. 4. 5. Akidahnya benar. Bersih dari hawa nafsu. Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran terlebih dahulu. Mencari Penafsiran dari hadits. Mencari penafsiran dari pendapat (atsar) sahabat, yaitu bila tidak dijumpai penafsiran dari hadits nabi yang maqbul (diterima). 6. Mencari penafsiran dari pendapat tabiin, yaitu bila tidak dijumpai penafsiran dari para sahabat Nabi. 7. Mengetahui bahasa arab dengan segala cabangnya, seperti : nahwu (gramatika), sharaf (konyugasi), balagah (retorika), maani, bayan (kejelasan) dan badi (efektifitas bicara), mengetahui irab (fungsi kata dalam kalimat), masdar (kata dasar), musytaq (bentuk kata turunan), serta mengetahui syairsyair Arab lampau yang terkenal untuk mengetahui arti kata-kata sulit yang jarang digunakan. 8. Mengetahui ilmu ushul tafsir, yang meliputi seluruh pembahasan pada point VII. Ushul tafsir diatas. 9. Mengetahui ilmu hadits, atsar sahabat dan tabiin. 10. Mengetahui ilmu fikih dan ushul fikih. 11. Pemahaman dan ketelitian yang cermat akan qarinah, dhalalah nash, serta tujuan tasyri sehingga mampu menyimpulkan makna yang sejalan dengan syariat.

Adab Mufasir
1. 2. 3. 4. 5. 6. Berniat baik dan bertujuan benar. Berakhlak baik. Taat dan beramal. Berlaku jujur, teliti dan obyektif. Tawadu dan lemah lembut. Berjiwa mulia dan menjaga muruah (kehormatan diri dan agama). 7. Berani dalam menyampaikan kebenaran. 8. Berpenampilan dan berperilaku yang baik. 9. Bersikap tenang dan mantap. 10. Menghormati pendapat orang lain yang lebih utama. 11. Mempersiapkan dan menempuh metode penafsiran yang baik.

Sekian
Selamat belajar Tetap Semangat!

Anda mungkin juga menyukai