Anda di halaman 1dari 5

Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur di sekitarnya.

Masyarakat pada umumnya menganggap rematik adalah penyakit sepele karenatidakmenimbulkankematian. Padalral, jika tidak segera ditangani rernatik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal, mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur hidup. Rasa sakit yang timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi aktivitas kegiatan sehari-hari. Penyakit rematik itu sebenarnya terdiri lebih dari 100 jenis, tetapi bagi orang awam, setiap gejala nyeri, kaku, bengkak, pegal-pegal, atau kesemutan itu semua sering disebut rematik dan dianggap sama saja. Penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut di lndonesia adaiah osteoartritis (OA) (50-60)%. Yang kedua adalah kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang sendi, peradangan, penggunaan berlebihan, dan sebagainya). Yang ketiga adalah asam urat (gout) sekitar 6%. Sementara penyakit rematoid artritis (RA) di Indonesia hanya 0,1% (1 di antara 1000-5000 orang), sedangkan di negara-negara Barat sekitar 3%. Rematik merupakan salah satu penyebab nyeri sendi, khususnya sendi-sendi kecil di daerah pergelangan tangan dan jari-jari. Keluhan kaku, nyeri dan bengkak akibat penyakit rematik dapat berlangsung terus-menerus dan semakin lama semakin berat tetapi ada kalanya hanya berlangsung selama beberapa hari dan kemudian sembuh dengan pengobatan. Namun demikian, kebanyakan penyakit rematik berlangsung kronis, yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Keluhan kaku dan nyeri sendi pada penyakit rematik ada kalanya disertai oleh perasaan mudah lelah. Penyakit rematik telah dikenal sejak abad V sebelum masehi. Istilah rematik berasal dari kata rheumalicos(bahasa Yunani) atau rhematismos (bahasa Latin) yang artinya cairan busuk berasal dari otak yang menyebar ke sendi-sendi dan berbagai alat tubuh serta menimbulkan nyeri. Penyakit rematik dapat menyerang laki-laki dan perempuan pada segala usia, tetapi kelompok usila lebih banyak terkena serangan rematik. Penyakit ini ditandai dengan keluhan utama rasa sakit atau pegal linu dan rasa kaku. Bisa pula terjadi bengkak sendi, gangguan gerak, dan lemah otot. Rematik menahun (kronis) bisa menimbulkan cacat di bagian tubuh yang terkena. Dengan demikian, rematik merupakan kumpulan gejala yang penyebabnya beraneka ragam, tetapi perwujudannya hampir serupa. Gout atau pirai merupakan satu-satunya penyakit rematik yang erat hubungannya dengan makanan. Sebagai akibat gangguan pencernaan makanan yang mengandung zat purin, terjadilah penumpukan kristal zat asam urat di dalam sendi. Makanan yang banyak mengandung purin ialah jerohan (hati, limpa, ginjal, usus, otak), udang, cumi, kepiting, ikan teri, dan kacang-

kacangan. Selain makanan, ada juga faktor lain yang berpengaruh, yaitu kegemukan dan penyakit ginjal. Pengobatan rematik pada umumnya hanya mengurangi gejala dan tidak menyembuhkan atau memberantas penyakit sesungguhnya. Kebanyakan penderita berusaha mengobati sendiri dengan minum jamu karena obat modern sering memiliki efek samping pada lambung serta ketergantungan. Biasanya, penyembuhan gejala rematik ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada kelompok usila, gejala rematik dapat dikurangi dengan melakukan olahraga teratur dan sesuai. Selain itu, ada beberapa ramuan tradisional yang dapat mengurangi atau mengobati gejala rematik. Obat tradisional dapat dimanfaatkan sebagai obat pengganti atau obat penunjang obat modern. Penggunaan obat tradisional umumnya cukup aman, tetapi penggunaan oleh penderita gastritis kadang-kadang menimbulkan keluhan nyeri lambung, terutama ramuan yang mengandung jahe.

AR Artritis reumatoid, selanjutnya disebut AR, adalah suatu penyakit inflamatif yang biasa menyerang persendian (dapat pula menyerang kulit, jantung, paru, mata), bersifat autoimun, kronik, sistemik, dan progresif.1 Manifestasi klinik yang paling klasik dari AR adalah poliartritis simetrik (3 atau lebih sendi), sering menyerang sendi-sendi kecil di tangan dan kaki.2 Sendi yang terlibat terasa hangat, nyeri, dan mengalami pembengkakan. Secara spesifik, bagian sendi yang terserang adalah lapisan sinovial sendi. Pada akhirnya AR akan mendestruksi struktur rawan sendi, erosi tulang (bone erosion), dan menyebabkan ankilosis (kaku sendi). Etiologi dari AR belom diketahui secara pasti, namun AR dapat muncul akibat kombinasi faktor genetik, respons imun akibat infeksi, serta autoimunitas terhadap berbagai komponen sendi (sinovium dan rawan sendi). Diperkirakan sekitar 1% penduduk dunia menderita AR, dengan wanita 3-5 kali lebih banyak terserang dibandingkan pria. Walaupun dapat menyerang rentang usia yang luas, AR banyak ditemukan di usia 40 sampai 70 tahun. Kriteria Diagnostik1,2 Diagnosis AR secara resmi menggunakan kriteria yang dirilis oleh American College of Rheumatology. Walaupun demikian, diagnosis sulit ditegakkan karena gejalanya berbeda pada satu orang dengan orang lainnya. Anamnesis perlu dilakukan dengan menanyakan derajat nyeri (dengan VAS, visual analog scale) yang dialami oleh pasien serta durasi kekakuan (kelemahan, keterbatasan) fungsional. Sendi harus diperiksa secara teliti. Tabel kriteria diagnosis AR menurut Keterangan American College of Rheumatology (dikutip

dari [2], dengan sedikit perubahan) Gejala (Tanda) Kaku pagi hari*

Artritis lebih dari 3 sendi*

Artritis pada sendi tangan*

Artritis simetrik* Nodul reumatoid RF serum (+) Abnormalitas pencitraan

Kaku sendi dan sekitarnya sekurangkurangnya 1 jam sebelum pemulihan sempurna Paling sedikit terdapat sendi 3 sendi mengalami radang secara bersamaan, terlihat pembengkakan jaringan lunak atau efusi Paling sedikit terdapat 1 pembengkakan pada sendi pergelangan tangan, MCP (metakarofalangeal) atau PIP (proximal interphalangeal) Keterlibatan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh secara bersamaan Terlihat nodul di subkutan pada daerah tonjolan tulang Titer abnormal RF yang diperiksa dengan metode apapun Gambaran radiologis khas untuk artritis reumatoid (foto PA tangan dan pergelangan ditemukan erosi atau dekalsifikasi tulang di sekitar sendi)

Diagnosis AR ditegakkan apabila terdapat sekurang-kurangnya 4 kondisi di atas yang terpenuhi. Gejala yang diberi tanda bintang harus berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu. Dalam perkembangannya, ada modifikasi kriteria diagnostik di atas di mana terjadi penghapusan kriteria nodul reumatoid dan abnormalitas pencitraan, serta penambahan kriteria anti-CCP. Dengan 6 parameter tersisa, diagnosis ditegakkan apabila 3 kriteria terpenuhi. Pengubahan kriteria ini memperbaikin sensitivitas namun mengurangi spesifisitasnya4 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis AR adalah pemeriksaan laboratorium. Komponen pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain: Laju Endap Darah (LED) yang meningkat >30 mm/jam dapat dicurigai AR. Indikator ini biasa digunakan untuk evaluasi awal AR C-reactive protein (CRP) yang meningkat hingga 0,7 pg/ml, juga untuk evaluasi awal AR Leukosit dan trombosit mungkin mengalami peningkatan Fungsi hati biasanya normal, namun dapat terjadi peningkatan fosfatase alkali RF yang dapat bernilai (-) pada 30% penderita AR stadium awal. Apabila (-), pemeriksaan diulang 612 bulan dari onsetnya. Penyakit keganasan dan infeksi juga dapat menunjukkan RF yang (+) sehingga tidak spesifik Anti-CCP (anticyclic citrullinated peptide antibody) yang lebih spesifik dibandingkan dengan RF. Pemeriksaan ini bersama dengan RF sangat berperan dalam deteksi dini sebab AR dini cenderung tidak memenuhi kriteria diagnosis utama ACR yang telah disebutkan di atas. Spesifisitas anti-CCP mencapai 95-98%6 ANA (antinuclear antibody) yang tidak terlalu bermakna untuk penilaian AR. Dengan titer normal yang 1:40 atau kurang, titer yang lebih tinggi menunjukkan penyakit autoimun. Dengan demikian, ANA tidak spesifik untuk menunjukkan AR.

Cairan sendi diperiksa untuk menunjukkan tidak adanya kristal (pembeda terutama dengan artritis gout), kultur negatif, serta kadar glukosa yang rendah Diagnogis Banding2 RA AR terutama harus dibedakan dengan penyakit yang menyerang persendian lain. Artropati reaktif (berhubungan dengan infeksi), spondiloartropati seronegatif, serta lupus eritematosus sistemik (LES) harus dibedakan dengan AR karena kemiripan gejala. Perbandingan RA dengan beberapa klasifikasi artritis lain dapat dilihat melalui tabel berikut:
Gambaran Onset Tanda Inflamasi Patologi Jumlah Sendi Lokasi Perubahan persendian khusus (-) pannus poli MCP

OA

Kristal (Gout)

Seronegatif tipikal

deviasi ulna leher angsa*; bountonniere** osteoporosis; erosi osteofit erosi erosi; ankilosis Perubahan tulang tidak ada tofi, nefrolitiasis; Uveitis; Gambaran ekstra- nodul subakut***; paru; jantung; nefritis konjungtivitis; artikular splenomegali jantung; paru biasanya normal asam urat HLA-B27 Data laboratorium RF (+); ESR * deformitas leher angsa adalah fleksi MCP, hiperekstensi PIP, fleksi DIP ** deformitas boutonniere adalah fleksi PIP, hiperekstensi DIP *** nodul reumatoid adalah nodul subkutan sepanjang selubung tendon dan di dalam bursa, bisa juga terdapat di paru, pleura, perkardium, dan skelra

umumnya (-), walaupun dapat (+) degenerasi poli DIP, penyangga berat badan nodus bouchard; nodus heberden

(+) mikrotofi mono MTP, pergelangan kaki kristal

(+) entesitis oligo sakroiliaka, spina, perifer blok spina; entesopati

Gambar 2 (ki) Tanda klinis RA berupa deformitas boutonniere dan deformitas leher angsa; (ka) deformitas leher angsa berupa fleksi DIP dan hiperekstensi PIP
Kepustakaan 1. Setyohadi B. Osteoporosis. In: Makalah Temu Ilmiah Reumatologi 2010. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo; 2010. 2. Suarjana IN. Artrisit reumatoid. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta. InternaPublishing; 2009. 3. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC, editors. Pathologic basis of disease. 8 th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. 4. Lipsky PE. Rheumatoid artritis. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Huaser SL, Jameson JL, editors. Harissons principles of internal medicine. 16th edition. New York: McGraw Hill; 2005. 5. Rheumatoid arthritis. National Institue of Arthirits and Musculoskeletal and Skin Diseases. 2010 [cited 2010 Dec 22]. Available from: http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Rheumatic_Disease/default.asp 6. Khosla P, Shankar S, Duggal L. Anti CCP antibodies in rheumatoid arthirits. J Indian Rheumatol Assoc. 2004;12:143-6.

GOUT

Penimbunan kristal pada persendian dan jaringan periartikular menyebabkan berbagai kelainan klinik pada sistem muskuloskleletal pada penderita lanjut usia (lansia). Gout merupakan sindroma klinik akibat penimbunan kristal asam urat (monosodium urate monohydrate) pada persendian yang menyebabkan respon inflamasi akut, ataupun penimbunan kristal asam urat pada jaringan lunak (kartilago) yang tidak menyebabkan reaksi inflamasi

Anda mungkin juga menyukai