Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATERI MEDIKA HERBAL Ceplukan (Physalis minima L.

Oleh :

Amalia Purnamasari 1106151991


Program Studi Magister Herbal Fakultas Farmasi Universitas Indonesia 2012

Ceplukan ( Physalis minima L.)


A. Deskripsi Tanaman1 Nama latin : Physalis minima L. Sinonim : Physalis angulata L Nama Daerah : Ceplukan, cecendet, ceplikan (Jawa), daun kopo-kopo, daun lappo-lappo (Makassar)

B. Deskripsi Tanaman/Simplisia1 Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa daun atau herba. Herba ceplukan berasal dari dua tanaman yaitu Physalis angulate L. dan Physalis minima L. dari suku Solananaceae. Physalis angulata L. merupakan tumbuhan semusim, batangnya tegak, tinggi dan mencapai 1 meter, batang yang tua berkayu dan bulat, berongga berwarna hijau, percabangan muncul di ketiak daun ketiga dekat tanah. Daun ceplukan ini berbentuk bulat telur memanjang (langset) dengan ujung runcing dengan panjang 5 - 15 cm dan lebar 2,5 10,5 cm. Helaian daun tipis, kaku dan cepat layu setelah dipetik. Ibu tulang daun pada pangkal berwarna keunguan. Daun pertama muncul sampai daun kelima bentuk oval dengan tepi rata tidak berlekuk atau bergerigi. Daun keenam dan seterusnya tepinya berlekuk. Ceplukan ini tumbuh didataran rendah. Bunganya berbentuk lonceng dengan warna kuning muda dengan pangkal hijau, ditengah bunga terdapat noda berwarna coklat kuning atau kebiru-biruan. Buah ceplukan merupakan buah buni berbentuk bulat sebesar kelereng dengan kulit yang tipis dan licin berwarna hijau muda atau hijau kekuningan berurat lembayung. Physalis minima L. ceplukan ini merupakan herba tumbuh menahun tumbuh dan hidup baik di dataran tinggi. Batangnya tumbuh melebar kearah samping dan malah ada yang menyentuh tanah, tinggi batang dapat mencapai 2 meter. Batang bawah bulat berwarna coklat muda, berongga, batang bagian atas dan cabangnya persegi berwarna hijau berbulu. Percabangan muncul dari daun keenam sampai daun kesepuluh. Buah jika masih muda berwarna hijau muda dan berubah menjadi hijau keputihan dan setelah matang berwarna kekuningan. Daun pertama sampai daun kelima berbentuk oval dengan tepi daun rata. Daun-daun yang muncul berikutnya berlekuk, bentuknya lebih bulat dengan ukuran lebih besar dibanding dengan Physalis angulate L. daun tipis, lemas, berbulu lebat dan cepat layu setelah dipetik. Bunganya berbentuk lonceng dengan mahkota bunga berwarna kuning, ditengah bunga terdapat noda berwarna kehitaman.

C. Kandungan Kimia2,3,4,8,5,14 Daun ciplukan mengandung fisalin B, D, E, F, G, H, I, dan K. Fisalin E dan H merupakan turunan dari fisalin B. Kandungan lain adalah glikosida flavonol, seperti mirisetin 3-Oneohesperidosida, dan pigrin merupakan alkaloid yang telah diisolasi dari akar dan herba ciplukan. Withangulatin A, asam palmitat, asam stearate, flavonoid (luteolin), saponin, alkaloid. Buah ceplukan matang, mengandung vitamin C 24,5 mg; gula 6%, protein 7%, per 100 ml jus

D. Data Keamanan1,3 LD50 Infusa 6,15 (5,02 8,46) mg/10 gBB mencit intraperitonial atau 4305 mg/kgBB tikus per oral.3 Potensi ketoksikan akut ekstrak daun Physalis minima L., yang larut dalam eter dan dalam air pada mencit, termasuk kategori tidak berbahaya (LD50 oral 50 gr/kgBB atau >15 gr/kgBB).1

E. Farmakologi Data In Vivo Sebagai Antidiabetes3,6,7 Uji praklinik: Ekstrak daun kadar 20% dan 40% memiliki efek menurunkan kadar gula darah tikus yang dibebani glukosa pada jam ke-4 dan ke-5. Infusa buah menurunkan kadar gula darah hewan uji. Penelitian Baedowi (1998) terhadap ekstrak daun ciplukan secara in vivo pada mencit. Dosis 28,5 mL/kg BB dapat mempengaruhi sel insulin pancreas. Ekstrak air ceplukan 10 mg/kg BB menurunkan kadar glukosa darah (uji toleransi glukosa) pada mencit jantan galur Webster yang diinduksi aloksan secara bermakna dibandingkan control pada menit ke 60 dan 90. Pada hari ke-3, kombinasi ekstrak ceplukan 5 dan kunyit 25 mg/kg BB; ekstrak ceplukan 10 dan kunyit 50 mg/kg BB menunjukan penurunan glukosa darah yang lebih baik dibandingkan pemberian tunggal. Kedua kombinasi menunjukan kemampuan meregenerasi kerusakan sel-sel pancreas. Dosis ekstrak 200-400 mg per kali pada tikus menunjukan aktivitas dalam menghambat alfa glikosidase. Berdasarkan Doctrin of Signature, menurut bahasa Greek physalis berarti kandung kemih (bladder). Karena itu di berbagai Negara, selain untuk antidiabetes, juga digunakan sebagai diuretic. Dosis ekstrak etanol 125250mg/200g BB tikus mununjukan efek diuretic yang sama dengan furosemide 4,32 mg/200g BB.3 Fraksi kloroform herba ciplukan (Physalis angulata L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit jantan putih yang diinduksi aloksan tetrahidrat, dimana fraksi kloroform herba ciplukan (Physalis angulata L.) mengandung asam lemak tidak jenuh, alkaloid nordex trometorphan dan golongan steroid yaitu aplysterylacetate.6 Efek antidiabetes ekstrak air herba ceplukan (Physalis angulata L.) dengan metode uji diabetes induksi aloksan. Diketahui ekstrak air herba ceplukan (Physalis angulata L.) dosis 10 mg/kgBB dan fraksi air herba ceplukan dosis 4,84 mg/kgBB pada T7 sampai T21 mempunyai efek yang sama dengan pembanding (glibenklamid) dosis 0,65 mg/kgBB (P>0,05). Simplisia dan ekstrak air herba ceplukan (Physalis angulata L.) mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, polifenol, steroid dan triterpenoid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid.7

.Sebagai Antileishmanial8 Studi terhadap aktivitas antileishmanial dari fisalin secara in vivo dan invitro pada sebuah model cutaneous leishmaniasis dan hasilnya menunjukkan fisalin B dan F mampu mengurangi presentase dari infeksi leishmania makrofag dan jumlah parasite intraseluler secara in vitro pada konsentrasi non-sitotoksik pada makrofag. Dan lebih penting lagi perlakuan secara topical dengan fisalin F, secara signifikan mengurangi ukuran luka.

Sebagai Imunosupresan4,5 The results from this study establish that Withangulatin A (WA) an active withanolide compound isolated from P. angulate, exhibits low cytoand compelling immunosuppressive activity and directly induces HO-1 expression to restrict the limphocytes from over-expression and modulates Th1/Th2-type balance. By studying WA, we will gain a futher understanding of therapeutic effects of P. angulata in treatment of autoimmune disease.5 The suppressive activity of physalins B, F and G in lymphocyte function and indicate the potential use of physalins as immunosuppressive agents for treatments of pathologies in which inhibition of immune responses is desired.4

Berpotensi sebagai Antiinflamasi9,10 The anti-inflammatory effect of physalin E, a seco-steroid isolated from Physalis angulate L. evaluated on acute and chronic models of dermatitis induced by 12O-tetradecanoyl-phorbol acetate (TPA) and axazolone, respectively, in mouse ear. The changes in ear edema/thickness, production of pro-inflammatory cytokines (TNF- and IFN-), myeloperoxidase (MPO) activity, and histological and immunohistochemical findings were analysed, as indicators of dermal inflammation. Similar to dexamethasone, topically applied physalin E (0,125; 0,25 dan 0,5mg/ear) potently inhibited the TPA and oxazolone-induced dermatitis, leading to substantial reductions in ear edema/thickness, proinflammatory cytokines, and MPO activity. These effects were reversed by mifepristone, a steroid antagonist and confirmed by immunohistochemical and histopalogical analysis. The data suggest that physalin E may be a potent and topically effective anti-inflammatory agent useful to treat the acute and chronic skin inflammatory conditions.9

The anti-inflammatory effects of 5 mg/kg aqueous extract Physalis angulata L. (AEPa) appeared effective. The results indicate that AEPa exerts powerful antiinflammatory and immunomodulatory activities, interfering with the cyclooxygenase pathway, lymphocyte proliferation, NO, and TGF- production.10

In Vitro Sebagai Penghambat Sel Kanker11,12,13,14,15 Menghambat pertumbuhan sel kanker mamae MCF-7. Ekstrak etanolik herba ciplukan memiliki efek sitotoksik dan memacu apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7.11 Physalis angulata L. (PA) appears to possess anticarsinogenic properties. These results suggest that the effect of PA on the levels of phosphorylated/inactivates Cdc25C are mediated by Chk2 activation, at least in part, via p21 waf1/cip1 and P27 kip1 cyclin-dependent kinase inhibitors pathway to arrest cells at G2/M phase in breast cancer carcinoma cells.12 Physalin B appears to possess anti-melanoma effect, the major active compound from a widely used herb medicine. The result indicate that physalin B can induce apoptosis of melanoma cancer cells via the NOXA, caspase-3, and mitochondriamediated pathways, but not of human skin fibroblast cells and myoblasic cells. Thus, physalin B has potential to developed as an effective chemotherapeutic lead compound for the treatment of malignant melanoma.13 Physalis angulata extracts strongly support an anti-metastatic and anti-angiogenic activity, that may contribute to the development of better chemopreventive agent for cancer and inflammation.14 The MeOH extract of P. angulata leaves and myrcetin 3-O-neohesperidoside showed strong cytotoxicity against the three tested cell lines, the strongest action being observed with lymphocytic leukemia P-388 cells.15

Sebagai Antimikroba16 Crude CHCl3 Physalis angulate extracts and physalin-containing fractions displayed antimycobacterial activity against Mycobacterium tuberculosis,

Mycobacterium avium, Mycobacterium kansasii, Mycobacterium malmoense and Mycobacyterium intracellulare

F. Data Klinik (belum diketahui) G. Indikasi Antidiabetes3,6,7 Antileishmanial8 Imunosupresan4,5 Antiinflamasi9,10 Penghambat sel kanker11,12,13,14,15 Antimikroba (Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avilum, Mycobacterium kansasii, Mycobacterium malmoense dan Mycobacterium intracellulare)16

H. Kontraindikasi3 (belum diketahui) I. Peringatan 3 Tidak mengkonsumsi buah yang tidak matang karena bersifat toksik seperti family solanacea lain J. Interaksi3 Tanaman family solanaceae lain

K. Reaksi yang tidak dikehendaki (belum diketahui)

L. Dosis3 Bentuk simplisia 60gr daun kering dibuat infusa untuk diminum sehari 3 kali atau seluruh bagian tanaman

DAFTAR PUSTAKA

1. BPOM RI, 2007, Acuan Sediaan Herbal, Ed. I. Vol. 3, BPOM RI, Jakarta. 102-104 2. Munim A., Hanani E., 2011, Fitoterapi Dasar, Dian Rakyat, Jakarta. 292-293 3. Kemenkes RI, 2011, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, Vol 1, DIPA Satker Direktora Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer, Jakarta. 39-41 4. Soares M.B.P., Brutolim D., Santos L.A., Belliantani M.C., Paiva F.P., Ribeiro Y.M., Tomassini T.C.B., dos Santos R.R., J. International Immunopharmacology, 6(2006); 408-414 5. Sun L., Liu J., Liu P., Yu Y., Ma L., Hu L., 2011, Immunosuppression effect of Withangulatin A from Physalis angulata via heme oxygenase 1-dependent pathways, J. Process Biochemistry, 46(2011); 482-488 6. Sediarso, Sunaryo H., Amalia N., 2008, Efek Antidiabetes dan identifikasi senyawa dominan dalam fraksi kloroform herba ciplukan (Physalis angulata L.), J. Farmasi Indonesia, 4(2);63-69 7. Suijatmo A.B., Sukandar E.Y., Ratnawati Y., Kusmaningati S., Wulandari A., Narvikasari S., 2011, Efek antidiabetes herba ciplukan (Physalis angulata LINN) pada mencit diabetes dengan induksi aloksan, J. Farmasi Indonesia, 5(4); 166-171 8. Guaimaraes E.T., Lima M.S., Santos L.A., Ribeiro I.M., Tomassini T.B.C., dos Santos R.R., dos Santos W.L.C., Soares M.B, 2009, Activity of Physalins purified from Physalis angulate in vitro dan in vivo models of cutaneous leismaniasis, J. Antimicrobial Chemoterapy 64; 84-87 9. Pinto N.B., Morais T.C., Carvalho K.M.B., Silva C.R., Andrade G.M., Brito G.A.C., Veras M.L., Pessoa O.D.L., Rao V.S., Santos F.A, 2010, Topical anti-inflammatory potential of Physalin E from Physalis angulata on experimental dermatitis in mice, J. Phytomedicine, 17(20100; 740-743. 10. Bastos G.N.T., Silveira A.J.A., Salgado C.G., Picanco-Diniz D.L.W., do Nascimento, 2008, Physalis angulata extract exerts anti-inflammatory effects in rats by inhibiting differents pathways 11. Fitria M., Armandari I., Septhea D.B., Hermawan A., Ikawati M., Meiyanto E., Ekstrak etanolik herba ciplukan (Physalis angulata L) berefek sitotoksik dan menginduksi apoptosis pada sel kanker payudara MCF-7, Universitas Gadjah Mada 12. Hsieh W.T., Huang K.Y., Lin H.Y., Chung J.Y, 2006, Physalis angulata induced G2/M phase arrest in human breast cancer cells, J. Food and Chemical Toxicology, 44(2006); 974-983 13. Hsu C.C., Wu Y.C., Farh L., Du Y.C., Tseng W.K., Wu C.C., Chang F.R., 2012, Physalin B from Physalis angulata triggers the NOXA-releted apoptosis pathway of human melanoma A375 cells, J. Food and Chemical Toxicology, 50(2012); 619-624

14. Hseu Y.C., Wu C.R., Chang H.W., Kumar K.J.S., Lin M.K., Chen C.S., Cho J.H., Huang C.Y., Huang C.Y., Lee H.Z., Hsieh W.T., Chung J.G., Wang H.M., Yang H.L., 2011, Inhibitory effects of Physalis angulata on tumor metastasis and angiogenis, J. Ethnopharmacology, 135(20110; 762-771 15. Ismail N., Alam M., 2001, A novel cytotoxic flavonoid glycoside from Physalis angulata, J. Fitoterapia, 72(2001); 676-679 16. Pietro R.C.L.R., Kashima S., Sato D.N., Januario A.H., Franca C., 2000, In vitro antimycobacterial activites of Physalis angulata L.

Anda mungkin juga menyukai