Anda di halaman 1dari 7

POLA PEMBINAAN PENDIDIK PENDIDIKAN IN FORMAL DENGAN PENDEKATAN TEORI PENDIDIKAN PROFETIK A.

LATAR BELAKANG Pendidikan profetik merupakan paradigma pendidikan yang berusaha melakukan sintesa antara sistem pendidikan yang konsen terhadap nilai-nilai moral dan religius dengan sistem pendidikan modern yang mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Dualisme sistem pendidikan yang dikotomis yang dalam konteks Indonesia dua sisi diametrikal antara pendidikan ala barat yang dinasionalisasi dan pendidikan ala timur yang sudah secara historis telah ada sejak nenek moyang. Pendidikan profetik dapat dikembangkan dalam tiga dimensi yang mengarahkan perubahan atas masyarakat yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi (Moh. Sofan, 2004:131). Paradigma pendidikan profetik dapat dipahami sebagai seperangkat teori yang tidak hanya mendeskripsikan dan mentransformasikan gejala sosial, dan mengubah sesuatu hanya demi perubahan namun lebih dari itu mengarahkan perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik. Cita-cita etik dan profetik inilah yang seharusnya diderivasikan dari nilai-nilai yang mengakar pada budaya, ajaran agama dan nilai-nilai moral bangsa sehingga pencapaian cita cita pendidikan tidak mengorbankan jati diri bangsa. Sementara dalam hubungan antara nilai-nilai agama dan budaya bangsa harus diletakkan dalam kerangka pluralisme dan multikulturalisme. Artinya sistem pendidikan harus memberikan pemahaman nilai-nilai agama dan nilai-nilai inilah yang kemudian menjadi tugas pendidikan untuk melakukan reorientasi konsepkonsep normatif agar dapat dipahami secara empiris (Kuntowijoyo dalam Muh Sofan, normatif moral. Konseptualisasi dan obyektifikasi dalam proses aktualisasi pendidikan moral harus difasilitasi sampai kepada kesadaran kritis yang rasional dan ilmiah. Mengajar tidak boleh lebih dominan daripada mendidik, pengajaran lebih menonjol daripada pendidikan. Pendidikan harus menyentuh seluruh 2004:135). menjadi Pendidikan konsep-konsep diorientasikan teoritis. untuk memfasilitasi deduktif-induktif terbentuknya kesadaran ilmiah dalam memformulasikan konsep-konsep Pendekatan idealnya diterapkan dalam pembelajaran pengetahuan umum dan pendidikan

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik atau merambah dalam dimensi pengetahuan, sosial, moral, religius, emosi dan hati. Pendidikan moral tidak boleh miskin keteladanan dengan menisbikan aspek moral sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dalam evaluasinya. Apa yang salah dari dunia pendidikan kita? Mengapa pendidikan kita tak lagi menghasilkan orang-orang bermoral dan punya integritas yang bisa menjadi ing ngarso sung tulodo (berdiri di depan sebagai teladan)? Mengapa pendidikan kita menjadi demikian pragmatis, birokratis, teknis, berjiwa koruptif, dan menghasilkan para koruptor? B. TUJUAN 1. Melayani Masyarakat supaya dapat tumbuh menjadi manusia yang commited pada nilai-nilai kemanusiaan (kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan kemaslahatan untuk semua). 2. Membina Masyarakat agar memiliki pengetahuan, Ilmu pengetahuan adalah sarana pencari kebenaran (science for the truth). 3. Sebagai aktor yang mencerahkan; yang selalu mendekatkan peserta didik pada realitas sosial. C. RUANG LINGKUP 1. Pembinaan kepada Kelompok-kelompok masyarakat ( paguyuban, jamaah, dll) 2. Pengembangan kapasitas dan merevitalisasi tujuan Karang taruna untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan kesadaran dan tanggung jawab sosial setiap generasi muda warga karang taruna dalam mencegah, menangkal, menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah sosial. 3. Peningkatan kapasitas lembaga-lembaga sosial agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik 4. Serta pembinaan terhadap institusi-institusi di sektor pelayanan pablic PILAR UTAMA DALAM PENDIDIKAN PROFETIK Terdapat tiga pilar utama dalam pendidikan profetik yaitu; amar maruf (humanisasi) mengandung pengertian memanusiakan manusia(kembali ke

fitroh). nahi munkar (liberasi) mengandung pengertian pembebasan. dan tuminuna bilah (transendensi), KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PROFETIK Pertama, konsep The Chosen People ada sebuah tantangan untuk bekerja lebih keras dan ber-fastabiqul khairat. Kedua, aktivisme atau praksisme gerakan sejarah. Bekerja keras dan ber-fastabiqul khairat ditengah-tengah ummat manusia (ukhrijat Linnas). Tidak dibenarkan jika para intelektual yang hanya bekerja untuk ilmu atau kecerdasan an sich tanpa menyapa dan bergelut dengan realitas sosial. Ketiga, pentingnya kesadaran. Nilai-nilai profetik harus selalu menjadi landasan rasionalitas nilai bagi setiap praksisme gerakan dan membangun kesadaran ummat manusia. Keempat, etika profetik, ayat tersebut mengandung etika yang berlaku umum atau untuk siapa saja baik itu individu (mahasiswa, intelektual, aktivis dan sebagainya) maupun organisasi (gerakan mahasiswa, universitas, ormas, dan orsospol), maupun kolektifitas (jamaah, ummat, kelompok/paguyuban). Point yang terakhir ini merupakan konsekuensi sebelumnya. PROGRAM PENDIDIKAN PROFETIK 1. 2. 3. Esensi Pendidikan Profetik ada dua yaitu Komunitas dan Sasaran Program Komunitas dalam satuan sosialnya keluarga, dan lembaga pelayan Public Kelompok, Masyarakat, karang taruna, paguyuban, dll pengembangan kemampuan komunitas Pengembangan lembaga Public logis dari tiga kesadaran yang telah dibangun

POLA PEMBINAAN PUSAT PENGEMBANG KOMPETENSI PENDIDIK PAUDNI KEPADA PAMONG BELAJAR PENDIDIKAN MASYARAKAT PENDEKATAN TEORI PENDIDIKAN PROFETIK Salah satu pendidik di lingkungan PNF adalah pamong belajar. Tugas dan fungsi pamong belajar adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembinaan, bimbingan, pemantauan, dan penilaian dalam rangka pengendalian mutu, menurut kemampuan profesional yang tinggi dari pamong belajar UU No 23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses belajar, menilai hasil pembelajaran, melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Jenis pendidikan meliputi guru, dosesn, konselor, pamong belajar, widyaiswara, totur, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai. Pola pembinaan profesionalisme pamong belajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan mereka dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu pemahaman pamong belajar terhadap 1) bagaimana mengajar yang baik, 2) bagaimana mengelola pembelajaran yang efektif, dan 3) bagaimana menyusun dan mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat merupakan faktor penting dalam penciptaan tujuan pengajaran Pembinaan profesional merupakan upaya profesionalisme mempunyai makna yang memberikan layanan dengan supervisi. bantuan profesional kepada para pamong belajar. Pemahaman pembinaan searah Sebagaimana dikuatkan oleh pakar supervisi pendidikan yaitu Sergiovanni (1987), Wiles (1982) secara eksplisit menyatakan bahwa supervisi pendidikan merupakan bentuk layanan bantuan profesionalisme kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembeajaran secara efektif dan efisien (Bafadal, 2006) Pada aspek peningkatan kualitas pembelajaran, bentuk pembinaan profesionalisme mengarah pada upaya atau usaha kepada peningkatan 1) kemampuan dan profesionalisme dalam pembelajaran, 2) SDM: kualifikasi pendidikan dan 3) hasil pembelajaran (prestasi) warga belajar. Untuk itu

perbaikan kualitas pembelajaran seharusnya di fokuskan pada 1) perbaikan perencanaan program pembelajaran, 2) perbaikan dalam penyampaian materi pembelajaran, 3) perbaikan dalam cara melakukan evaluasi belajar 4) perbaikan dalam mengelola pembelajaran, dan 5) pembinaan dalam rangka kemandirian warga belajar. Berkaitan dengan masalah pendidikan in formal sebagai salah satu bagian dari pendidikan nasional masih belum tergarap dengan baik. Baik di lihat dari alokasi anggaran maupun program yang di kelola dalam pendidikan in formal nampaknya masih terpinggirkan padahal jika di kelola dengan baik dengan perencanaan yang tepat maka pendidikan in formal bisa menjadi kekuatan dalam pembentukan jati diri masyarakat yang nantinya akan membentuk jati diri bangsa A. Jenis Pamong Dalam pendekatan teori pendidikan Profetik ini maka pamong harus di bedakan menjadi dua macam yaitu pamong yang fokus dalam pengembangan atau peningkatan kapasitas individu dan masyarakat dan yang kedua adalah pamong yang fokus dalam penghubung (mediator) terhadap satuan sosial yang ada di lingkungan kerja masing-masing B. Ruang Lingkup Kerja Pamong 1. Sebagai pengembang masyarakat Membina Masyarakat agar memiliki pengetahuan, Ilmu pengetahuan adalah sarana pencari kebenaran (science for the truth). 2. Sebagai pengembang kelompok masyarakat Seorang pamong harus dapat mendampingi dan mengupayakan adanya penyuluhan dalam bidang pendidikan dalam keluarga maupun kelompok masyarakat bagaimana agar menjadi masyarakat yang peka terhadap realitas sosial di sini pamong dituntut untuk dapat menjadi sumber pencerahan masyarakat. 3. sebagai pengembang lembaga sosial Seorang pamong harus dapat mengembangkan lembaga sosial supaya dapat tumbuh menjadi lembaga sosial yang commited pada nilai-nilai kemanusiaan untuk semua). (kejujuran, keadilan, kesetaraan, dan kemaslahatan

C. Jam Kerja Lingkup kerja pengawas untuk melaksanakan tugas yang ekuivalen dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 54 ayat (8) merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja dalam 1 (satu) minggu. D. Uraian Tugas Pamong 1. Pelayan Disini seorang fasilitator tidak minta dipenuhi keinginannya oleh masyarakat, sebaliknya fasilitator sebagai pelayan kelompok masyarakat. Masyarakat itu sendiri sebagai orang yang perlu mendapat perhatian dan pelayanan. Maka tugas seorang pelayan adalah memfasilitasi segala kebutuhan dalam proses pemberdayaan kelompok binaan 2. Inovator Masyarakat binaan biasanya rata-rata pendidikan dan pengalamannya rendah. Mereka susah untuk diajak berfikir secara kritis, apalagi diajak merubah pola berfikir ke arah yang lebih berkembang lagi. Mereka mudah merasa puas, walaupun hak-haknya dilanggar orang lain. Dengan karakter yang demikian, seorang pamong harus mampu menggerakkannya. Mengajak mereka dengan cara-cara tertentu agar perubahan sikap dan pola fikirnya 3. Motivator Pamong dalam memberikan motivasi ini tidak hanya pada saat kejenuhan terjadi. Tetapi selama proses berjalan pun hendaknya diberikannya. Sebab motivasi menurun dan meningkat tidak dengan mudah dapat diketahui, sebelum ada bukti-bukti yang konkret dapat dilihat 4. Dinamisator Seorang pamong wajib memiliki pola pikir pembaharu dalam bidang pengembangan kapasitas masyarakat. Tidak mudah putus asa, memiliki imajinasi dan daya kreasi serta kemampuan memandang ke depan. E. Pemenuhan Kewajiban Jam Tatap Muka Pamong satuan pendidikan informal , Pamong Masyarakat dan Pamong satuan sosial yang belum dapat memenuhi ketentuan karena kurangnya

jumlah satuan sosial atau pengembang kelompok masyarakat yang dibina, dapat memenuhi kekurangannya dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Mendapatkan tugas tambahan menjadi Pamong satuan pendidikan informal pada jenjang yang berbeda, misalkan Pamong Belajar merangkap menjadi Pamong Kader Desa, 2. Mendapatkan tugas tambahan sebagai mediator satuan sosial dari kepala dinas pendidikan. Jenis tugas tambahan tersebut merupakan sebagian tugas rutin pada dinas pendidikan, 3. Khusus bagi Pamong belajar satuan pendidikan informal yang berkedudukan di Provinsi dapat melaksanakan Penempatan di wilayah se Kota/Kab. Binaan sebagai pengembang model pendidikan informal dengan di bekali keahlian memotivasi dan keterampilan dalam mengubah kultur masyarakat yang kurang baik menjadi baik.

Anda mungkin juga menyukai