Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KASUS BOM BUNUH DIRI ATAS NAMA JIHAD DALAM PERSFEKTIF DASAR PENYIMPANGAN (KAJIAN DASAR SOSIOLOGI)

KELOMPOK SOSIOLOGI 3

Ramdhani Ilham Pratama Adel

( 1006713970 )

Makalah Akhir bagi Pemicu Kasus perilaku bom bunuh diri yang mengatasnamakan jihad dalam kerangka teori penyimpangan untuk Mata Kuliah Pengantar Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PENGANTAR Belakangan ini kasus terorisme merupakan salah satu satu tema besar yang sangat penting dan memiliki pengaruh besar terhadap keamanan bangsa Indonesia. Sebab, dengan terpatrinya kasus terorisme ini khususnya bom bunuh diri mengatas namakan jihad akan berdampak kepada, identitas kebangsaan, kenegaraan, kedaulatan, kemerdekaan, kemuliaan, terjaganya harga diri, kehormatan, adat istiadat, budaya, norma dan moral Bangsa Indonesia itu sendiri. Bom bunuh diri itu sendiri merupakan penyimpangan yang dipahami dengan pandangan yang keliru baik itu dalam persfektif Islam maupun dalam kajian Sosiologi khususnya penyimpangan. Pemahaman persfektif seseorang dan pengaruh lingkungan yang negatif membuat perilaku menyimpang. Di samping lingkungan yang mendukung untuk melakukan tindakan menyimpang, faktor psikologi dan biologis yang menjadikan pondasi seseorang untuk berperilaku menyimpang tersebut yang disebabkan oleh keinginan pribadi maupun kepentingan kelompok. tidak maksimalnya control sosial yang berada di masyarakat menyebabkan penyimpanganpenyimpang terus menerus terjadi dan semakin tidak terkendali, mengakibatkan semakin semerawutnya penyimpangan yang terjadi di negri ini. 1.2 Pokok Permasalahan Penyimpangan ini sebenarnya memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat akan tetapi pada kenyataanya bahwa penyimpangan ini lebih berpengaruh kepada hal-hal yang bersifat negatif dibandingkan dengan pengaruh positif yang di berikan oleh penyimpangan itu sendiri. Permasalahan peyimpangan ini terutama dalam tindakan pera pelaku bom yang

mengatasnamakan jihad merupakan hal yang tidak di harapkan oleh masyarakat dan termasuk pada kegiatan kejahatan yang sangat berlawanan dengan keinginan yang dilakukan oleh masyarakat (konformitas). Keadaan ini menimbulkan permasalahan fatal karena penyimpangan-

penyimpangan yang di lakukan oleh individu ini akan mengganggu tatanan keamanan negara. Dari fenomena ini peneliti merangkum permasalahan yang ada menjadi sebuah penelitian yang perlu dikaji lebih lanjut. Yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini: 1. 2. Apakah penyimpangan yang mereka lakukan termasuk tindakan menyimpang atau tidak? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan bom bunuh diri tersebut?

1.3

Tujuan penelitian Berdasarkan pokok permasalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka penelitian ini

memiliki beberapa tujuan yaitu : 1. Menggambarkan penyimpangan yang mereka lakukan termasuk tindakan menyimpang atau tidak 2. Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan bom bunuh diri tersebut

1.4

Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini membahas latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dari penelitian, manfaar penelitian, sistematika penulisan, dan batasan masalah.

BAB 2 PAPARAN ARTIKEL DAN KERANGKA TEORI Bab ini mengurai teori-teori dan kajian literatur tentang penyimpangan serta berkaitan erat termasuk di dalamnya temuan-temuan dari penelitian terdahulu, juga terdapat konstruksi model teoritis beserta konsep-konsep yang dijadikan acuan dalam penelitian, juga operasionalisasi konsep untuk penelitian yang akan dilakukan, metode penelitian, jenis penelitian, dan teknik pengumpulan, pengolahan, dan analisis data.

BAB 3 ANALISIS KASUS BOM BUNUH DIRI YANG MENGATASNAMAKAN JIHAD

Pada bagian ini menjabarkan tentang analisis dari teori-teori penyimpangan terhadap kasus bom bunuh diri yang marak terjadi pada saat ini. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi aksi bom bunuh diri itu sendiri.

BAB 4 PENUTUP Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan isi dan saran bagi peneliti.

BAB 2 PAPARAN KASUS DAN KERANGKA TEORI

2.1 PAPARAN KASUS 2.1.1 Artikel 1 Yayasan Tempat Ledakan Bom Beji, Depok, tak Berizin
(http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/09/10/ma4ird-yayasan-tempatledakan-bom-beji-depok-tak-berizin akses 2/10/2012 20:30)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK - Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara tempat terjadinya ledakan bom di Jalan Nusantara Raya Nomor 63 Beji Kota Depok tidak mempunyai izin resmi dari Pemkot Depok. "Beroperasinya juga baru setelah lebaran kemarin, dan tak pernah lapor jadi izinnya belum ada," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Depok, Abdul Harris di Depok, Ahad (10/9).

Seharusnya kegiatan yatim piatu yang dilakukan kelompok masyarakat mempunyai izin. Untuk mendapatkan perizinan antara lain ada bangunannya harus mempunyai Izin Mendirikan Bangunan, selain itu juga harus benar-benar ada kegiatannya. "Kami akan pantau dan akan mencari data-data di lapangan," tegasnya.

Ia mengatakan, berdasarkan laporan masyarakat kegiatan yang ada di Pondok Bidara sebenarnya adalah balai pengobatan alternatif. "Mungkin saja Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara hanya merupakan kedok saja," ujarnya.

Dikatakannya, data Yayasan Panti Asuhan yang mengasuh anak yatim piatu di Kota Depok ada lebih dar 30 yayasan. Menurut warga sekitar, aktivitas rumah yatim piatu tersebut tidak diketahui. "Saya tak pernah lihat ada anak-anak yang diasuh," ujar Agung.

Terjadi ledakan bom di Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara Sabtu malam sekitar pukul 21.30 WIB. Pondok Bidara yang terletak di Jalan Nusantara ini merupakan jalan utama yang menghubungkan Depok dengan Srengseng Sawah dan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Lokasi ledakan sekitar satu kilometer dari Polsek Beji atau tepat di belakang Posko FBR Depok dan juga pemukiman kontrakan warga, sedangkan di seberang jalan tersebut merupakan Perumahan Perumnas Depok Utara.

Akibat ledakan tersebut 3 orang luka ringan, dua orang luka berat dan seorang kritis. Mereka dirawat ri Rumah Sakit Bhakti Yudha dan Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok di Jalan Margonda Raya atau tepatnya di sebelah Polres Kota Depok. 2.1.2 Artikel 2 Bom Bunuh Diri, Jihadkah?
(http://www.antaranews.com/berita/276921/bom-bunuh-diri-di-gereja-gbis-solo-satu-tewas akses 2/10/2012 20:30)

Kaum muslimin semoga Allah menjaga aqidah kita dari kesalahpahaman- sesungguhnya menunaikan jihad dalam pengertian dan penerapan yang benar termasuk ibadah yang mulia. Sebab Allah telah memerintahkan kaum muslimin untuk berjihad melawan musuh-musuh-Nya. Allah berfirman (yang artinya), Hai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan orangorang munafiq, dan bersikaplah keras kepada mereka (QS. At-Taubah: 9). Karena jihad adalah ibadah, maka untuk melaksanakannya pun harus terpenuhi 2 syarat utama: (1) ikhlas dan (2) sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah fenomena pengeboman yang dilakukan oleh sebagian pemuda Islam di tempat maksiat yang dikunjungi oleh turis asing yang notabene orang-orang kafir. Benarkah tindakan bom bunuh diri di tempat semacam itu termasuk dalam kategori jihad dan orang yang mati karena aksi tersebut -baik pada saat hari-H maupun karena tertangkap aparat dan dijatuhi hukuman mati- boleh disebut orang yang mati syahid? Bom Bunuh Diri Bukan Jihad Allah taala berfirman (yang artinya), Dan janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah Maha menyayangi kalian. (QS. An-Nisaa: 29) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang bunuh diri dengan menggunakan suatu alat/cara di dunia, maka dia akan disiksa dengan cara itu pada hari kiamat. (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun bunuh diri tanpa sengaja maka hal itu diberikan udzur dan pelakunya tidak berdosa berdasarkan firman Allah azza wa jalla (yang artinya), Dan tidak ada dosa bagi kalian karena melakukan kesalahan yang tidak kalian sengaja akan tetapi (yang berdosa adalah) yang kalian sengaja dari hati kalian. (QS. Al-Ahzab: 5). Dengan demikian aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh sebagian orang dengan mengatasnamakan jihad adalah sebuah penyimpangan (baca: pelanggaran syariat). Apalagi dengan aksi itu menyebabkan terbunuhnya kaum muslimin atau orang kafir yang dilindungi oleh pemerintah muslimin tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Allah berfirman (yang artinya), Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan alasan yang benar. (QS. Al-Israa: 33)

2.2 KERANGKA TEORI

2.2.1 KONFORMITAS Konformitas ini berakar dari pengaruh sosial normatif (Aronson, 1980; Deustch & Gerard, 1955; Kelley, 1952). Pada satu keadaan, individu akan merasa terpaksa untuk bertindak sesuai dengan norma-norma kelompok karena khawatir akan memperoleh sejumlah konsekuensi negatif dari penyimpangan tersebut. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas : pengaruh normatif (normative influence) pengaruh informasi (informational influence) motif-motif pengenalan diri (self presentational motives) kelengahan si pelaku terhadap situasi(the conformers inattention to the situation)

2.2.2 PENYIMPANGAN Penyimpangan adalah salah satu bentuk pelanggaran terhadap norma. Menurut James Vander Zanden penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela. Bentuk penyimpangan adalah salah satunya tindak kejahatan, seperti: 1) Mencuri di toko buku 2) mengemudi saat mabuk Penyimpangan bukan sesuatu yang melekat pada bentuk prilaku tertentu, melainkan diberi penyimpangan melalui definisi sosial. Untuk itu diperlukan kontrol sosial, yaitu upaya masyarakat untuk mengatur pikiran dan perilaku seseorang dalam bertindak. Seseorang dapat menyimpang akibat beberapa hal, yaitu dapat dilihat dari sudut pandang: 1) Teori Biologi 2) Teori psikologi Menurut Lamborso perilaku manusia adalah hasil dari naluri biologisnya

William Sheldon pada pertengahan abad ke-20 menunjukkan bahwa struktur tubuh bias memprediksi sebuah tindak kriminalitas, misalnya orang yang bertubuh atletis dan berotot.

Dilihat dari teori psikologi, penyimpangan terfokus pada ketidaknormalan pada diri orang yang melakukan penyimpangan tersebut akibat suatu kepribadian yang terbentuk oleh pengalaman sosial. Penyimpangan yang dilakukannya termasuk hasil dari sosialisasi tidak sempurna.

Jadi, teori biologi dan psikologi melihat sebuah penyimpangan adalah sifat dari individu itu sendiri. Fondasi Awal Perilaku Menyimpang Ada 3 fondasi sosial dari perilaku penyimpangan: 1. Variasi penyimpangan menurut norma budaya Contohnya: di Bangor, dilarang merokok di mobil ketika sedang membawa anak kecil. 2. Seorang melakukan penyimpangan akibat apa yang didefinisikan orang lain. 3. Kedua norma dan cara orang menentukan suatu aturan pelanggaran yang melibatkan aturan sosial. Fungsi dari Penyimpangan menurut (Emile Durkheim). Durkheim awalnya mengatakan bahwa kejahatan merupakan suatu gejala normal yang biasa yang ada di dalam masyarakat. Lalu, Durkheim menyebutkan fungsi dari penyimpangan ialah: a. Menegaskan suatu penyimpangan nilai dan budaya. Jadi, penyimpangan dibutuhkan untuk mendefinisikan dan mendukung moral yang berlaku. b. Menanggapi batasan moral penyimpangan. Dengan adanya penyimpangan, orang menjadi tahu batasan-batasan antara sesuatu hal yang dianggap benar maupun salah. c. Menanggapi bahwa penyimpangan membawa orang untuk hidup bersama. Contohnya, pada September 2011 teroris menyerang AS, lalu orang-orang disana bergabung untuk melindungi kota secara bersama-sama. d. Penyimpangan mendorong adanya suatu perubahan sosial.

Seorang bernama Robert Merton (1938,1968) mengatakan bahwa lingkungan masyarakat dapat mendorong banyak perilaku penyimpangan. Contohnya pada kasus masyarakat yang hidup di garis kemiskinan, maka mereka terdorong melakukan penyimpangan dengan mencuri atau menjual narkotika. Teori Labeling Teori lain yang menjelaskan penyimpangan ialah teori labeling yang dikemukakan oleh M.Lemert. Seorang menjadi menyimpang akibat julukan atau pemberian merek yang diberikan masyarakat kepadanya. Hal ini berkaitan dengan adanya penggolongan tindakan penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer: Contohnya membolos sekolah, hal ini masih bias ditoleransi oleh masyarakat. Penyimpangan sekunder: Contohnya orang yang suka minum-minuman keras. Tindakan tersebut berlangsung berulang dan tidak dapat lagi ditoleransi oleh masyarakat karena dampaknya yang mengganggu lingkungan. Menurut Merton, terdapat lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu: 1.Konformitas. Merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berprilaku sesuai dengan harapan kelompok. 2. Innovation. Cara dimana perilaku sesuai dengan harapan masyarakat tetapi dengan cara yang dilarang. 3. Ritualism. Perilaku seseorang yang meninggalkan tujuan budaya namun masih berpegang pada cara yang digariskan masyarakat. 4. Retreatism. Pola ini sama seklai tidka mengikuti tujuan budaya dan juga tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya. 5. Rebellion. Seseorang tidak lagi mengakui struktur yang ada lalu membuat struktur sosial lain.

2.2.3 TINDAK KEJAHATAN Tindak kejahatan merupakan penyimpangan dalam hukum kriminal yang di buat oleh lingkungan, negara, atau pemerintah. semua kejahatan mempunyai dua komponen utama yaitu

prilaku dan tujuan. sebagai contoh ketika kita memb.nuh orang karena kita di rampok (proses mempertahankan diri) oleh seorang penjahat, apakah itu termasuk tindakan kriminal? ketika orang tersebut membunuh (act) orang untuk tujuan mempertahankan diri dari tindak kejahatan (purpose). Tipe Kejahatan Kejahatan Terhadap Manusia : Penyerangan, Perkosaan, Perampasaan, Pembunuhan Kejahatan Terhadap Properti : Larceny theft (Pencuri), arson (Perusak Properti), Auto theft (Pencuri Kendaraan) Kejahatan Tampa Korban : Obat illegal (Narkotika), Prostitusi, dan Penjudian

Kategori yang Melakukan Kejahatan Umur : Orang-orang yang berusia antara umur 15 24 tahun rentan terhadap pengrusakan property dan kekerasan Gender : Kaum laki-laki lebih banyak melakukan tindak kejahatan dibandingkan wanita Kelas Sosial : Kaum sosial tingkat bawah, lebih melakukan banyak kejahatan fisik di bandingkan dengan kaun menengah dan kaum kelas atas Etnik dan Ras : Orang kulit hitam lebih sering melakukan kejahatan di banding orang kulit putih karena kelas sosial yang rendah (Amerika) Hukuman Retribusi : Keadaan moral masyarakat yang membuat penyerang (penjahat) merasakan

penderitaan seperti penderitaan yang di sebabkan olehnya kepada korbannya. Pencegahan : dengan cara menghalangi kejahatan dengan menggunakan hukuman, mereka tidak akan melanggar peraturan karena berfikir spenyiksaan hukuman yang ada. Rehabilitasi : mencegah pelanggaran di kemudian hari dengan memprogram ulang tingkah laku kebiasaan manusia Perlindungan Sosial : digunakan dalam masa moderen sekarang. (penjara).

BAB 3 ANALISIS KASUS BOM BUNUH DIRI YANG MENGATASNAMAKAN JIHAD

3.1 Analisis Artikel 1 Analisis Konformitas : Individu tidak bertindak sesuai aturan/norma yang berlaku kegiatan pembangunan yayasan yatim piatu yang seharusnya ada pelaporan izin bangunan, sehingga di duga merupakan kedok dalam aksi kejahatan Analisis Penyimpangan : Kegiatan yatim piatu ini diduga kegiatan yang menyimpang selain karena tidak melakukan izin bangunan, dan juga kegiatan tidak jelas sehingga tidak bisa di pantau oleh masyarakat Analisis Kejahatan : Kejahatan di lakukan ialah kejahatan terhadap orang (manusia) dan properti. karena terdapat 3 orang luka ringan, dua orang luka berat dan seorang kritis dan kerusakan terhadap properti bangunan.

3.2 Analisis Artikel 2 Jihad adalah salah satu perintah yang ada dalam agama Islam. Dimana disatu kasus seorang melakukan pengeboman terhadap tempat-tempat yang dikiranya terdapat orang-orang kafir yang pantas untuk di musnahkan. Lalu pelaku sekaligus membunuh dirinya sendiri. Agama merupakan institusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Menurut Emanuel Kant agama adalah perasaan berkewajiban melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Akan tetapi, terjadinya bom bunuh diri ini merupakan suatu ketimpangan sosial yang disebabkan disharmoni kehidupan agama, sehingga adanya rasa fanatisme yang berlebihan dan menimbulkan rendahnya kesadaran bertoleransi beragama. Para pelaku yang menganggap perbuatan mereka benar, mengacu pada konformitas. Yaitu mereka berinteraksi bersama golongannya dan memiliki suatu acuan yang dianggap benar olah golongannya tersebut. Maka muncullah aksi-aksi bom bunuh diri contohnya di Jakarta bertemoat di J.W Merriot. Ya, tindakan ini tentu merupakan bentuk penyimpangan karena ada unsur kejahatan di dalamnya.

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN Setelah memberikan contoh artikel tentang pemilihan umum, serta memaparkan berbagai teori tentang penyimpangan sosial dan meganalisisnya kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Mengacu pada konformitas. Golongannya para prerilaku bom memiliki suatu acuan yang dianggap benar olah golongannya tersebut. sehingga sangat menyimpang dari aturan/norma yang di lakukan oleh masyarakat 2. Perilaku jihad ini termasuk kejahatan tingkat serius karena selain menimbulkan kerusakan bangunan juga mengakibatkan banyak orang yang terluka hingga kematian. .

Anda mungkin juga menyukai