Anda di halaman 1dari 26

Teknologi energi dan Lingkungan

Industri buah Kelapa dan Pengolahan Limbahnya

1. Latar belakang
Tanaman kelapa merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh disepanjang pesisir pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada umumnya. Buah kelapa yang menjadi bahan baku minyak disebut kopra. Dimana kandungan minyaknya berkisar antara 60 65 %. Sedang daging buah segar (muda) kandungan minyaknya sekitar 43 %. Minyak kelapa terdiri dari gliserida, yaitu senyawa antara gliserin dengan asam lemak. Kandungan asam lemak dari minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang diperkirakan 91%, dan asam lemak tak jenuh sekitar 9 %. (Warisno, 2003)

Kandungan asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam minyak kelapa dapat mengakibatkan ketengikan pada minyak yang disimpan dalam waktu tertentu tanpa pengawetan. Cengkeh memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga dapat mengatasi ketengikan minyak kelapa karena zat antioksidan tersebut mampu memutus ikatan rangkap persenyawaan peroksida sehingga bilangan peroksida pada minyak dapat diturunkan. Dengan diturunkannya bilangan peroksida maka kesempatan persenyawaan peroksida untuk membentuk persenyawaan yang dapat menimbulkan ketengikan semakin kecil. Adanya asam lemak tidak jenuh menyebabkan ketengikan pada minyak kelapa dan hal ini mengakibatkan minyak kelapa tidak tahan terhadap penyimpanan dalam waktu yang lama. Salah satu usaha pencegahan ketengikan minyak kelapa adalah dengan memberikan antioksidan sebagai penghambat terjadinya oksidasi pada minyak kelapa.

2. Pengenalan buah kelapa


Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil). Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Adakalanya pohon kelapa dapat bercabang, namun hal ini merupakan keadaan yang abnormal, misalnya akibat serangan hama tanaman. Penggolongan varieties kelapa pada umunya didasarkan pada perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah, serta sifat-sifat khusus yang lain. Kelapa memiliki berbagai nama daerah. Secara umum, buah kelapa dikenal sebagai coconut, orang Belanda menyebutnya kokosnoot atau klapper, sedangkan orang Prancis menyebutnya cocotier. Di Indonesia kelapa biasa disebut krambil atau klapa (Jawa). (Warisno, 2003)

Gambar Pohon Kelapa dan buah kelapa

3. Pengenalan Minyak Kelapa


Kelapa (Coccos nucifere) merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kelapa sawit (Elacis guineensis). Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan akan minyak nabati di Indonesia, baik minyak untuk kebutuhan rumah tangga maupun minyak secara komersil, maka peningkatan produksi minyak umumnya dan minyak kelapa khususnya perlu mendapat perhatian (Ketaren, 1986). Minyak kelapa yang belum dimurnikan mengandung komponen yang bukan minyak misalnya : pospatida, gum, sterol (0,06 0,08 %), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (kurang lebih 5%).

4. Pembuatan Minyak Kelapa


Proses pembuatan minyak kelapa ada berbagai macam cara antara lain, yaitu: 1. Cara basah, 2. Cara pres dan 3. Cara ekstraksi pelarut 1 Cara Basah Cara ini relatif sederhana. Buah kelapa dikupas Sabut dan Tempurunya kemudian daging buah kelapa diparut (digiling), kemudian ditambah air dan diperas sehingga mengeluarkan santan. Setelah itu dilakukan pemisahan minyak pada santan. Pemisahan minyak tersebut dapat dilakukan dengan pemanasan, atau pengorengan. Pada pemanasan, santan dipanaskan sehingga airnya menguap dan padatan akan menggumpal. Gumpalan padatan ini disebut blando. Minyak dipisahkan dari blando dengan cara penyaringan.

Blando masih banyak mengandung minyak. Minyak ini dicampur dengan minyak sebelumnya. Cara basah ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat di dapur keluarga. Minyak yang diperoleh disaring untuk memperoleh minyak yang bersih dan jernih. Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Kemudian santan dipanaskan untuk menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari minyak. Terakhir, blondo diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.

2) Cara Pres. Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin. Uraian ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut: 1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar. 2. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya. 3. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring. 4. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut: Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi (menghilangkan asam lemak bebas). Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening. Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan

menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak dikehendaki. 5. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
3) Cara Ekstraksi Pelarut Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena biayanya relatif mahal.

Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah sebagai berikut: 1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk. 2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula. 3. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini berlangsung terus menerus sampai 3 jam. 4. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. Penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut pada minyak. 5. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau.

Skema Pembuatan Minyak Kelapa

pertama, daging kelapa segar dicuci bersih dan kemudian digiling atau diparut dengan penggilingan atau parutan Kedua, potongan-potongan daging kelapa yang digiling, kemudian dimasukkan dalam wadah penggorengan yang telah berisi minyak goreng panas pada suhu 110oC -120oC selama 15-40 menit. Proses ini tergantung dari suhu dan rasio daging kelapa giling dan minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng. Meningkatnya suhu dalam wadah penggorengan akan menghasilkan uap air dari penggorengan daging kelapa giling. Jika uap tersebut sudah tidak ada lagi berarti penggorengan sudah selesai dan akan terlihat bahwa daging kelapa giling akan berubah warnanya dari warna kekuningkuningan menjadi kecoklatan

Ketiga, untuk mempercepat pemisahan butiran kelapa panas dengan unsur minyak dapat dilakukan dengan cara mengaduk-aduknya. Butiran yang sudah berpisah dari minyak kemudian dikeluarkan dari wadah penggorengan, sementara minyak hasil penggorengan dibiarkan mengalir terpisah ke tempat penampungan minyak. Keempat, butiran-butiran kelapa yang sudah dikeluarkan tadi masih mengandung banyak minyak. Oleh karena itu butiran kelapa diperas menggunakan mesin press. Minyak yang dihasilkan dari proses ini kemudian ditampung. Kelima, minyak kelapa dapat langsung dikemas dalam jerigen untuk langsung dijual.

Gambar peralatan yang digunakan;


Mesin Giling Mesin Pres Wajan

5. Jumlah, jenis dan mutu Produksi


Dengan bahan baku dua ton daging kelapa segar, akan dihasilkan sekitar 30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa. Pada umumnya, minyak kelapa hasil olahan industri kecil mempunyai harum yang khas. Selain itu, warnanya lebih keruh dibandingkan dengan minyak kelapa hasil olahan pabrik besar sehingga perlu diberikan bahanbahan pemurni, pemutih, dan penghilang bau. Selain memproduksi minyak kelapa, proses produksi juga menghasilkan produk sampingan yaitu: bungkil kelapa, sisa pengepresan. Produk ini dapat dihasilkan sebanyak 20%-25% dari total jumlah input.

Produksi optimum yang dapat dihasilkan oleh kapasitas 2 ton daging kelapa akan dihasilkan sekitar 30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa. Oleh karena itu, dengan menggunakan input sebanyak 2 ton daging kelapa akan diperoleh bungkil kelapa sebanyak 400 kg sampai 500 kg. Produk ini dapat dijual sebagai bahan baku pembuatan industri pakan ternak dengan harga Rp 500 sampai Rp 600 per kg. Dengan demikian, produk hasil olahan minyak kelapa sebetulnya ada dua, yaitu: minyak kelapa dan blondo kelapa.

Gambar Hasil Minyak Kelapa yang Dihasilkan

6. Limbahnya yang dihasilkan


Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan minyak kelapa adalah sebagai berikut: 1. Limbah padat 2. Limbah cair dan 3. Limbah gas 1. Limbah padat yang dihasilkan berupa; serabut kelapa, tempurun kelapa,ampas kelapa dan blondo

2. Limbah cair berupa minyak yang tertumpak yang bisa berdampak pada lingkungan hidup 3. Limbah gas yang dihasilkan berupa gas karbondioksida akibat dari proses pembakaran yang dilakukan selama proses produksi

7. Pengolahan limbah
Pohon kelapa merupakan komoditas yang paling luas penyebarannya. Buah kelapa merupakan hasil pertanian yang cukup penting, dimana hampir tiap bagiannya dapat dimanfaatkan. Namun selama ini mayoritas petani hanya memanfaatkan isi buah kelapa saja yaitu sebagai kelapa sayur. Sedangkan sisanya hanya menjadi limbah karena dianggap tidak bernilai ekonomis. Kalaupun ada pemanfaatan terhadap sabut kelapa tersebut hanya sebatas untuk bahan baku kerajinan yang nilai ekonomisnya tidak terlalu tinggi. Padahal sabut kelapa menyimpan potensi ekonomis yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari bagan berikut ini.

Untuk menghasilkan produk bahan baku seperti gambar 1.1 maka sabut kelapa perlu diolah sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan serat dan debu kelapa.

Terdapat beberapa metode dalam pengolahan sabut kelapa yaitu pengupas sabut kelapa, penyerat sabut kelapa dan pemilah serat. Pengupas sabut kelapa merupakan sub-sistem yang berfungsi untuk mengupas sabut kelapa sampai terlepas dari tempurungnya. Penyerat sabut kelapa bertujuan memisahkan serat (cocofiber) dan debu (cocodust) dari sabut kelapa. Pemilah serat bertujuan memisahkan cocofiber dari cocodust. Pada dasarnya sebagai pemilah dan untuk memisahkan cocofiber dari cocodust yang menempel.

Pengolahan tempurun kelapa digunakan sebagai bahan bakar. Ampas kelapa sebagai makanan ternak. Blondo digunakan sebagai makanan dan juga nilai ekonomis yang cukup.

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan diatas maka, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: Pohon kelapa merupakan komoditas yang paling luas penyebarannya. Buah kelapa merupakan hasil pertanian yang cukup penting, dimana hampir tiap bagiannya dapat dimanfaatkan. Namun selama ini mayoritas petani hanya memanfaatkan isi buah kelapa saja yaitu sebagai kelapa sayur. Sedangkan sisanya hanya menjadi limbah karena dianggap tidak bernilai ekonomis. Kalaupun ada pemanfaatan terhadap sabut kelapa tersebut hanya sebatas untuk bahan baku kerajinan yang nilai ekonomisnya tidak terlalu tinggi. Padahal sabut kelapa menyimpan potensi ekonomis yang cukup besar.

Saran
Penulis menyarankan bahwa: tingkat pendapatan petani kelapa menjadi sangat rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa adalah dengan meningkatkan nilai tambah dari produk yang selama ini dijual oleh petani dalam bentuk kelapa butiran ataupun kopra menjadi produk minyak kelapa yang dikelola sendiri oleh petani. Tingkat harga minyak kelapa yang lebih tinggi dari produk kelapa butiran ataupun kopra akan menghasilkan tambahan penghasilan sehingga akan meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri. Lebih lanjut, dilihat dari segi kesehatan, minyak kelapa merupakan minyak yang paling sehat jika dibandingkan dengan minyak sayuran (seperti: minyak jagung, minyak kedelai, minyak canola, dan minyak bunga matahari). minyak kelapa sangat diperlukan oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai