Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
susana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sanjaya, 2008:2)
Ayat Al-Quran tentang pendidikan dalam surat AL-Mujaadilah Ayat 11 yang
berbunyi:

Og^4C 4g~-.-
W-EONL4`-47 -O) 1g~ 7
W-OOOE> ) +)UEE^-
W-O=O^ gE=O^4C +.- 7
W -O)4 1g~ W-+O=e-
W-+O=e ;7O4C +.-
4g~-.- W-ONL4`-47 7Lg`
4g~-.-4 W-O>q =Ug^-
eE_4OE1 _ +.-4 E)
4pOUEu> OO)lE= ^
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
2



dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut siswa untuk
memiliki kompetensi khusus dalam semua pelajaran setelah proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran ada kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang
maksimal (Sutikno, 2008:33).
Trianto (2010:5) mengemukakan bahwa perubahan paradigma pembelajaran
yang dituntut KTSP adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru
(teacher contered) beralih berpusat pada siswa (student contered), perubahan tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun
hasil pendidikan.
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami
perubahan, model-model pembelajaran tradisional kini sudah ditinggalkan dan
berganti dengan model-model pembelajaran yang lebih modern, dan diyakini mampu
membantu siswa untuk lebih aktif di kelas dan jauh lebih memahami materi yang
sedang dipelajari (Isjoni, 2010:5)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Model pembelajaran
dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutanya),
3



dan sifat lingkungan belajarnya. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang
lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur (Trianto, 2010:23)
Dalam pembelajaran Biologi yang berlangsung di SMA saat ini pada
umumnya menggunakan pengajaran konvensional, lebih berpusat pada aktivitas guru.
Hal ini dapat menimbulkan kurang berkembangnya sikap kemandirian belajar pada
anak, dan sikap ketergantungannya pada guru di sekolah.
Berdasarkan hasil pengamatan ketika Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)
terhadap proses pembelajaran biologi terdapat berbagai kendala, di antaranya:
1. Keaktifan siswa kurang karena siswa kurang pemahaman materi yang
disampaikan.
2. Kebanyakan siswa merasa bosan dan kurang termotivasi dalam belajar
karena cara pengajaran guru yang konvensional.
3. Banyak siswa yang gaduh dan bicara pada saat kegiatan belajar mengajar.
Kendala-kendala tersebut disebabkan oleh pembelajaran biologi yang
berlangsung kurang melibatkan siswa dan tidak terdapatnya proses pembelajaran
yang nyaman serta menarik. Dalam hal ini peran guru sebagai pengembang ilmu
sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien
bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran
yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan
komunikasi antara guru, siswa dapat berjalan dengan baik.
Beranjak dari permasalahan yang muncul di atas, untuk mengatasi kelemahan
pembelajaran berbasis konvensional maka digunakan suatu bentuk pembelajaran
4



yang diharapkan mampu membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa lebih
aktif. Dalam belajar yaitu dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe index
card match (pencocokan kartu indeks).
Model pembelajaran aktif tipe index card match ini memungkinkan siswa
untuk belajar secara aktif. Menurut Silberman (2009: 240) index card match ini
merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran.
Cara ini memungkinkan siswa untuk berpasangan dan memberi pertanyaan kuis
kepada temannya.
Adapun materi yang akan dijadikan penelitian adalah mengenai Sistem
Ekskresi Manusia yang meliputi organ-organ ekskresi dan proses-proses yang terjadi
di dalamnya. Sistem ekskresi pada manusia adalah materi yang sangat penting untuk
di pahami siswa karena materi ini menjelaskan proses pengeluaran zat-zat sisa
metabolisme serta zat-zat berlebih yang sudah tidak digunakan oleh tubuh.
Pengeluaran zat-zat tersebut dapat melalui urine, keringat, atau pernapasan. Materi
pokok sistem ekskresi pada manusia adalah bagian dari materi Sistem Ekskresi di
kelas dua maka materi ini diambil sebagai sampel dari penerapan model pembelajaran
aktif tipe index card match.
Tidaklah mudah untuk memahami materi tersebut apabila model yang
digunakan kurang tepat sehingga membuat siswa jenuh dan sulit untuk memahami
materi. Melihat kelebihan model pembelajaran aktif tipe index card match yang
diungkapkan di atas maka diharapkan penggunaan model pembelajaran ini dapat
5



meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam mempelajari materi pokok sistem
ekskresi pada manusia.
Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, maka akan dilakukan
penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card
Match Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Ekskresi Manusia
(Penelitian Terhadap Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Rancaekek-Bandung).
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam pembahasan penelitian, maka dirumuskan
permasalahan dan dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1 Rancaekek pada materi
sistem ekskresi manusia dengan menggunakan model pembelajaran aktif
tipe index card match?
2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1 Rancaekek pada materi
sistem ekskresi manusia tanpa menggunakan model pembelajaran aktif
tipe index card match?
3. Bagaimana pengaruh model pembelajaran aktif tipe index card match
terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi manusia?
4. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran aktif tipe index
card match dan yang tanpa menggunakan model pembelajaran aktif tipe
index card match pada saat pembelajaran berlangsung?


6





C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa dikelas XI antara lain untuk mengetahui:
1. Hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan model pembelajaran
aktif tipe index card match pada materi sistem ekskresi manusia.
2. Hasil belajar kognitif siswa tanpa menggunakan model pembelajaran aktif
tipe index card match pada materi sistem ekskresi manusia.
3. Pengaruh model pembelajaran aktif tipe index card match terhadap hasil
belajar siswa pada materi sistem ekskresi manusia?
4. Respon siswa terhadap model pembelajaran aktif tipe index card match
dengan yang tanpa menggunakan model pembelajaran aktif tipe index
card match.
D. Batasan Masalah
Untuk menjadikan permasalahan yang dibahas lebih terarah, maka untuk
menghindari meluasnya pembahasan ada beberapa batasan masalah,yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4
semester 2 SMAN 1 Rancaekek-Bandung.
2. Konsep yang disampaikan dalam penelitian ini adalah materi sistem
ekskresi manusia.
7



3. Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif
yang meliputi Memahami (C2), Mengaplikasikan (C3), Menganalisis
(C4), dan Mengevaluasi (C5).
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif
dalam mengembangkan model pembelajaran.
2. Bagi siswa dapat memberikan kemudahan dalam memahami materi yang
telah disampaikan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam
kegiatan proses belajar mengajar.
F. Kerangka Berfikir
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk
siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2010: 11). Sedangkan menurut
Mulyasa (2007:255) pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Aspek yang mempengaruhi
pembelajaran itu, diantaranya yaitu aspek yang terdapat dalam diri siswa, lingkungan
dan guru. Dengan kata lain pembelajaran itu melingkupi komponen-komponen yang
mesti dirancang sedemikian rupa untuk keberhasilan proses belajar siswa (Sukmara,
2007 :67)
8



Proses pembelajaran merupakan proses kegiatan interaksi dua unsur
manusiawi, yakni: siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang
mengajar (Sukmara, 2007: 70). Guru dalam memilih metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Karena guru sebagai pihak yang
mengajar harus memiliki kreatifitas dan inovasi dalam melaksanakan proses
pembelajaran sehingga dapat mengembangkan dan memilih model pembelajaran
yang tepat (Sukmara, 2007 :70)
Menurut Sutikno (2008: 91) model pembelajaran konvensional (metode
ceramah) merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan penyajian materi
melalui penjelasan lisan oleh seorang guru kepada siswa-siswanya. Metode ceramah
ini merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi kepada siswanya.
Model pembelajaran konvensional (metode ceramah) merupakan cara
mengajar yang paling tradisional dalam sejarah pendidikan. Cara ini kadang-kadang
membosankan, maka dalam pelaksanaanya memerlukan keterampilan tertentu agar
gaya penyajianya tidak membosankan (Roestiyah, 2008:136-137). Dengan terjadinya
komunikasi searah tersebut maka sangat dimungkinkan terjadinya salah komunikasi,
sebab tidak semua materi dalam pelajaran Biologi dapat disampaikan dengan model
pembelajaran konvensional (metode ceramah). Ada sebagian materi yang
memerlukan metode lain, salah satu contohnya adalah materi sistem ekskresi dengan
menggunakan model pembelajaran aktif.
9



Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan siswa
mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan
mensintesis serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan
dengan model pembelajaran aktif self discovery learning, yakni pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri sehingga dapat dijadikan
sebagai nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
(Rusman, 2011:324).
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning)
kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur
sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran (Rusman, 2011:324).
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dan
menemukan sendiri atau memantapkan konsep yang dipelajari tentang materi sistem
ekskresi pada manusia adalah model pembelajaran aktif tipe index card match atau
mencari pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru
10



pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas
mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu sehingga ketika masuk kelas
mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Menurut Suprijono (2009:120-121), langkah-langkah model pembelajaran
aktif tipe index card match (pencocokan kartu indeks) adalah sebagai berikut:
a. Membuat potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada
didalam kelas
b. Membagi kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama
c. Pada seluruh bagian, tulis pertanyaan tentang berisi satu pertanyaan
d. Pada kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dibuat.
e. Mengocok semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban.
f. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan berpasangan. Separuh siswa yang akan mendapatkan soal dan
separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
g. Meminta kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka, jika ada
yang sudah menemukan pasangan mintalah kepada mereka untuk duduk
berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberitahukan materi yang
mereka dapatkan kepada teman yang lain.
h. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk bersama, mintalah
kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang
diperoleh dengan kertas kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya
soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

11



Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran aktif tipe index card
match menurut Handayani (2009) adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan dari model pembelajaran aktif tipe index card match yaitu:
1. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar
2. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
4. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan
belajar.
5. Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.
b. Kekurangan dari model pembelajaran aktif tipe index card match yaitu:
1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas
dan prestasi.
2. Guru harus meluangkan waktu yang lebih
3. Lama untuk membuat persiapan
4. Guru harus memilki jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai
dalam hal pengelolaan kelas
5. Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja
sama dalam menyelsaikan masalah.
6. Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas
lain.
Dari uraian di atas diharapkan melalui model pembelajaran aktif tipe index
card match dalam kegiatan pembelajaran dapat mengetahui hasil belajar kognitif
siswa materi pokok sistem ekskresi manusia. Hasil belajar adalah hasil dari proses
belajar mengajar yang dapat dijadikan indikator bagi ketercapaian sasaran yang
ditentukan. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor (Sudjana, 2005:22).
Adapun penilaian hasil belajar pada penelitian ini menggunakan ranah
kognitif. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
lima aspek, yaitu: memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), dan
12



mengevaluasi (C5). Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan kedua
aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
Dari uraian kerangka pemikiran di atas, secara skematis dapat digambarkan
sebagai berikut:


















Proses Pembelajaran Konsep
Sistem Ekskresi Manusia
Kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional
(ceramah)
Kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran aktif tipe
index card match
Tahapan:

1. Guru menyampaikan materi
2. Siswa mendengarkan
3. Guru memberi peluang
kepada siswa untuk
bertanya.
4. Guru dan siswa
menyimpulkan materi.

Kelebihan :
1. Praktis dalam menyiapkan
bahan pelajaran
2. Waktu lebih efisien
3. Dapat menyampaikan
materi lebih banyak
4. Mendorong siswa
menguasai materi
5. Lebih mudah mengontrol
kelas
6. Peserta didik tidak perlu
persiapan

Kekurangan :
1. Membosankan
2. Membuat siswa pasif
3. Mengandung unsur paksaan
kepada siswa
4. Menghambat daya kritis
siswa
Tahapan :
1. Guru menyampaikan materi
2. Guru membuat potongan kertas yang
berisikan jawaban dan soal pada dua kertas
yang terpisah
3. Guru mengocok semua kertas, sehingga
setiap siswa mendapatkan satu kertas.
4. Siswa mencari pasangan atas isi kertas
yang diterimanya.
5. Setiap pasangan secara bergantian
membacakan soal dan jawaban di depan
kelas dan membuat klarifikasi dari materi
yang diterimanya.
Kelebihan :
1. Menumbuhkan kegembiraan
2. Materi pelajaran menarik perhatian siswa
3. Mampu menciptakan suasana yang aktif
dan menyenangkan
4. Mampu meningkatkan hasil belajar
5. Penilaian dilakukan bersama pengamat
dan pemain.
Kekurangan :
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Guru harus meluangkan waktu yang lebih
3. Lama untuk membuat persiapan
4. Guru harus mampu pengelolaan kelas
5. Mnuntut siswa bekerja sama dalam
menyelsaikan masalah
6. Suasana kelas menjadi gaduh

Hasil Belajar
13








Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
14



G. Hipotesis
Arikunto (2006:71) mengemukakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai
suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis pada penelitian ini adalah Model
pembelajaran aktif tipe index card match berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
pada materi sistem ekskresi manusia.
H. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam penelitian ini akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif, kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir sedangkan
kualitatif diperoleh dari angket skala sikap.
2. Menentukan Sumber Data
Untuk menentukan sumber data ini berkaitan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Rancaekek-Bandung. Alasan dilokasi ini
terdapat sarana dan prasarana cukup memadai sehingga cukup baik untuk digunakan
lokasi penelitian.


15



b. Menentukan Populasi
Sugiyono (2010:117) mengemukakan populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI
SMAN 1 Rancaekek yang berjumlah empat kelas yang telah diukur homogenitasnya
dengan jumlah masing-masing kelas 30 siswa.
c. Menentukan Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,
2010:118).
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan teknik sampling
purposive dikarenakan seluruh populasi sudah homogen. Sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:124)
Dengan berbagai pertimbangan maka terpilihlah dua kelas dari empat kelas
yang tersedia, yaitu (XI IPA 3) sebagai kelas kontrol dan (XI IPA 4) sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah 60 orang.



16



3. Pengumpulan Data
a. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode quasi eksperimen design. Desain
ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang melaksanakan eksperimen (Sugiyono,
2010:114)
b. Desain Penelitian
Dari data populasi yang diambil dua kelompok sampel, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. pengukuran pertama disebut tes awal atau pretest
yang dimaksud untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan dasar siswa
sebelum perlakuan diberikan. Pengukuran kedua disebut tes akhir atau postest yang
dimaksud untuk melihat bagaimana peningkatan hasil belajar siswa.
Mengacu pada rencana penelitian di atas, rancangan penelitian ini desainnya
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Treatmen Posttest
Eksperimen O
1
X
1
O
2

Kontrol O
3
X
2
O
4

Keterangan :

O
1&
O
3
: Test awal (Pretest)
O
2&
O
4 :
Test akhir (Posttest)
X
1
: Diberi Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran aktif
tipe index card match
X
2 :
Tidak diberi perlakuan khusus hanya menggunakan metode ceramah
(konvensional) atau tanpa menggunakan model pembelajaran aktif
tipe index card match
Maka pengaruh perlakuannya adalah : (O
2
- O
1
)-( O
4
- O
3
).
17



c. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes tertulis pretest dan postest
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu penguasaan konsep Biologi pada
materi sistem ekskresi manusia, pedoman angket digunakan untuk mengukur respon
siswa terhadap penggunaan model pembelajaran aktif tipe index card match dalam
pembelajaran biologi khususnya pada materi sistem ekskresi pada manusia.
Dalam pengumpulan data dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegasi, kemampuan yang dimiliki
oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Teknik ini dilakukan melalui tes
awal (pretest) tujuan untuk mengetahui kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas
kontrol, sedangkan tes akhir (postest) dilakukan untuk melihat peningkatan hasil
belajar siswa pada dua kelas tersebut setelah diberi perlakuan yang berbeda. Alat
pengumpulan data yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini adalah tes
objektif pilihan ganda (Multiple Choice) sebanyak 20 butir soal dengan lima pilihan
jawaban (A, B, C, D dan E), yang sebelum penelitian digunakan terlebih dahulu soal-
soal tersebut diuji cobakan. Kemudian setiap soal terlebih dahulu dianalisis untuk
mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tiap soal agar
diperoleh soal yang baik dan layak digunakan.

18



Adapun langkah-langkah uji coba soal adalah sebagai berikut:
1) Menguji Validitas Soal
Ypbi =


Keterangan :
Ypbi = Angka indeks validitas
Mp = Mean skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab
benar yang dicari dengan tes
Mt = Mean skor total yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta
St = Deviasi standar dari skor total
P = Proporsi peserta tes yang menjawab benar
q = Proporsi peserta tes yang menjawab salah

Tabel 1.2 Klasifikasi Indeks Validitas
Koefisien validitas Interprestasi
0,80 <y
pbi
1,00 Sangat tinggi
0,60 < y
pbi
0,80 Tinggi
0,40 < y
pbi
0,60 Sedang
0,20 < y
pbi
0,40 Rendah
y
pbi
0,20 Sangat rendah
(Arikunto,2010:75)
2) Menguji Reliabilitas Soal


Keterangan :
N = jumlah siswa yang diuji
Rxy = koefisien antara variable x dan y
xy = jumlah perkalian x dan y
x = jumlah variable x
y = jumlah variable y
x
2
= jumlah variabel x
2
y
2
= jumlah variabel y
2

19



Tabel 1.3 Interprestasi Reabilitas
Koefisien reabilitas Interprestasi
0,80 <

rxy 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy

0,80 Tinggi
0,40 < rxy 0,60 Sedang
0,20 < rxy 0,40 Rendah
0,00 < rxy 0,20 Sangat rendah
(Arikunto,2010:75)
3) Menghitung Taraf Kesukaran (P)
Untuk menghitung taraf kesukaran dapat dicari dengan rumus:
P
i
=



Dimana :
P
i =
Tingkat kesukaran butir i atau proporsi menjawab benar butir i

= banyaknya testee yang menjawab butir i


= skor maksimum
N = jumlah testee

Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis tingkat kesukaran butir soal
adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Harga Koefisien Kriteria
p 0.30 Sukar
0.3 < p 0.70 Sedang
P > 0.70 Mudah
(Rasyid, 2011:241)



20



4) Daya Pembeda (D)
Analisis Daya Pembeda, menggunakan rumus:
D =

=P
A
- P
B
Keterangan :
D = Daya Pembeda
B
A
= Banyaknya Peserta kelompok atas
B
B
= Banyaknya peserta kelompok bawah
J
A
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
J
B
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar

Tabel 1.5 Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interprestasi
DP 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP 0,20 Jelek
0,20 < DP 0,40 Cukup
0,40 < DP 0,70 Baik
0,70 < DP 1,00 Sangat baik
(Sudijono, 2008:389)
2. Angket atau Kuesioner (Questionnaire)
Menurut Arikunto (1998:140) Angket adalah sejumlah pernyataan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Angket pada penelitian ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pernyataan yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran dijawab secara tertulis pada kelas eksperimen untuk
mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pelajaran biologi dengan menggunakan
21



model pembelajaran aktif tipe index card match. Angket dibuat sebanyak 20
pernyataan dengan pilihan lima jawaban alternatif. Angket tersebut terdiri dari lima
kualifikasi jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang setuju (KS), Tidak
Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS), yang diberikan kepada siswa setelah
dilakukan kegiatan belajar mengajar.
I. Analisis Data
Analisis data diambil dari pengolahan data-data, baik itu data kualitatif atau
data kuantitatif. Untuk data kualitatif akan dianalisis dengan pendekatan logika
sedangkan data kuantitatif akan memakai statistik. Adapun statistik analisisnya
sebagai berikut:
a. Analisis peningkatan hasil belajar siswa
Analisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pada penelitian ini. Dilakukan analisis data hasil pretest dan posttest, yaitu
berupa jawaban siswa dengan berpedoman pada kunci jawaban, dan kriteria
pemberian skor yang terdapat pada instrumen soal.
Data peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari skor normal-gain (indeks
gain). Rumus normal-gain menurut Meltzer (2002:1260) dalam Herlanti (2006:71)
sebagai berikut:
Ngain =




22



Tabel 1.6 Kriteria Penilaian N-Gain (NG)
Nilai NG Kriteria
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g 0,7 Sedang
g 0,3 Rendah
(Herlanti, 2006:71)
b. Analisis Data N-Gain
1) Uji Normalitas
Uji normalitas menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengkonversikan masing-masing variable dengan menunjukan semua
item yang diperoleh.
b) Membuat daftar distribusi frekuensi masing-masing variable, dengan
terlebih dahulu mencari:
1. Menentukan Rentang (R) dengan rumus:
R = Xt Xr
2. Menentukan Banyak Kelas Interval (K) dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log n
3. Menentukan Panjang Kelas Interval dengan rumus:
K
R
P

(Subana, 2005:124)

c) Dari daftar frekuensi masing-masing yang telah dibuat, kemudian
dihitung nilai mean dengan rumus:


(Subana, 2005:66)
d) Melakukan proses uji normalitas dengan menentukan standar deviasi,
dengan rumus:

23



Sd =

(Subana, 2005:92)
e) Membuat distribusi frekuensi observasi dan ekspektasi masing-masing
variabel
Menguji kenormalan distribusi dengan menggunakan Chi Square (X
2
)
Sebagai berikut:
X
2
=

(Subana, 2005:124)
2) Uji Homogenitas N- gain
Menentukan homogenitas, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Di uji dengan Menentukan F hitung dengan rumus:


Vk
Vb
F

terkecil Variansi
terbesar Variansi
F

b) Menentukan derajat kebebasan (db)
db = n
1
+ n
2
2
keterangan:
db
1
= n
1
1 = Derajat kebebasan pembilang
db
2
= n
2
2 = Derajat kebebasan penyebut
1
n

= Ukuran sampel yang variasinya besar
2
n

= Ukuran sampel yang variasinya kecil


24



c) Menentukan F dari daftar
=
F
()(db1/db2)

=
F
(1 - )(db)

d) Penentuan Homogenitas
Terima (homogen), jika F
hitung
F
tabel
(Subana, 2005:124)

3) Jika data tidak normal dan tidak homogen, maka analisis data dilakukan
dengan statistika non parametris:
a. Tulis data yang tidak berdistribusi normal untuk menguji hipotesis.
b. Membuat daftar rank nilai hasil pretest dan posttest masing-masing
diurutkan dari yang terkecl sampai yang terbesar sehingga diperoleh
pasangan setaraf dari yang terkurang hingga yang terpandai.
c. Menentukan hasil wilcoxon (Z)
d. Nilai Z adalah bilangan yang paling kecil dari jumlah Rank negatif, nilai
Z diambil dari salah satunya.
e. Menentukan nilai Z dari daftar.
f. Perhitungan Uji Wilcoxon (Z) dengan rumus:
T
T
T
z





25



Dimana, T = Jumlah jenjang/ranking yang kecil
4
) 1 (

n n
T


24
) 1 2 )( 1 (

n n n
T


Dengan demikian:
Z =
T
T
T


=
24
) 1 2 )( 1 (
4
) 1 (

n n n
n n
T
(Sugiyono, 2008: 136)
4) Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menghitung korelasi antara variabel X dan
variabel Y dengan menggunakan rumus uji-t (t-test) pada taraf signifikan 5%
(0,05), yaitu:
a) Jika data kedua kelompok data berdistribusi normal dan variensinya homogen
maka uji t dengan rumus:
B A
N N
s
Y X
t
1 1
0


Keterangan:
T
o
= t
skor

X = mean kelas eksperimen
Y = mean kelas kontrol
S = standar deviasi
N
A
= jumlah sampel kelas eksperimen
N
B
= jumlah kelas kontrol

26



b) Jika kedua kelompok berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka
dilakukan uji-t dengan rumus:

2
2
2
1
2
1
2 1
n
s
n
s
x x
t
hit



c) Menentukan derajat kebebasan (db)
db = n
1
n
2
2
d) Menentukan t tabel dengan rumus:
t
tabel
= t
(1-)(db)

e) Menyimpulkan hipotesis
Ho = - t
tabel
< t
hitung
<
tabel
H1 = t
hitung
> t
tabel
atau t
hitung
< - t
tabel.
Kriteria pengujiannya: Tolak Ho jika t
hitung
> t
tabel
, dalam hal lain Ho
diterima. (Subana,2005:171)
c. Skala sikap
Data yang diperoleh dari angket yang dianalisis dengan cara sebagai berikut:
a. Penentuan rata-rata indikator dengan rumus:
X =

x 100
b. Menjumlahkan skor jawaban tiap item pernyataan dalam setiap katagori,
yang mana untuk pernyataan positif dan negatif. Untuk setiap pernyataan
27



positif, yaitu SS= 5, S= 4, RR= 3 TS= 2, STS= 1, dan untuk setiap
pernyataan negatif bernilai sebaliknya.
c. Menginterprestasikan tinggi-rendah, dengan menetapkan kriteria.
Tabel 1.6 kriteria interprestasi skor
Harga Koefisien Interpretasi
0,5 1,5 Sangat Rendah
1,5 2,5 rendah
2,5 3,5 Sedang
3,5 4,5 Tinggi
4,5 5,5 Sangat Tinggi

(Riduwan, 2007:88)

28

























Gambar 1.2 Skema Alur Penelitian
Rumusan Masalah
Analisa Materi sistem ekskresi
Penyusunan Instrumen Penelitian
Uji Coba Instrumen Penelitian
Hasil Penelitian
Simpulan
Angket
Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Revisi Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian
Pretest
Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card Match
Postest
Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai