Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang semakin pesat di segala bidang dan kemajuan teknologi yang mengarah ke globalisasi, mengakibatkan adanya perubahan dalam tata kehidupan dari yang sederhana menjadi modern. Dari perubahan ini, masyarakat mendapat berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhan seharihari. Hal ini menyebabkan pergeseran dari kebutuhan sekunder menjadi primer. Adanya perubahan ini dalam mesyarakat, membuat masyarakat perlu bersaing dalam menguasai sumber daya alam, untuk memenuhi tuntutan hidup sehinga hal tersebut mempengaruhi gaya hidup manusia yang cenderung individualistik. Gejolak perubahan terjadi pada masyarakat, menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri, tetapi tidak semua individu bisa menyesuikan diri terhadap perubahan tarsebut dan bila terjadi kegagalan dalam menyesuikan diri, akan menimbulkan goncangan jiwa yang disebut stress psikososial. Apabila stress psikososial ini terjadi berkepanjangan, manusia akan jatuh ke dalam gangguan jiwa. Walaupun timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun akan menghambat dan merugikan pembangunan, bukan saja karena beban ekonomis untuk pengobatan tetapi karena penderita tidak produktif dan efisien. Oleh karena itu,kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perawatan kesehatan jiwa semakin meningkat, meningkatnya keluhan-keluhan di bidang kejiwaan, seperti gangguan jiwa skizofrenia.
1

Skizofrenia merupakan suatu keadaan jiwa yang pecah atau retak (Hawari,2001). Keretakan jiwa ini dibuktikan dengan tidak adanya

keharmonisan antara pikiran, perasaan dan perbuatan dari seorang penderita skizofrenia. Salah satu perilaku yang nampak pada penderita skizofrenia adalah menarik diri, dimana individu mencoba untuk menghindari interaksi dan juga hubungan dengan orang lain. Dimana individu akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi baik di masyarakat maupun dengan lingkungannya (Sunaryo, 2004). Menurut Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen

Kesehatan Indonesia dikatakan bahwa saat ini diperkirakan terdapat 450 juta orang mengalami gangguan jiwa di seluruh dunia dan di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 didapatkan data prevalensi yang mengalami gangguan jiwa yaitu 264 dari 1.000 anggota rumah tangga di indonesia. (Azwar, 2001). Sedangkan di Bali sesuai laporan tahunan RSJ Provinsi Bali tahun 2009 tiga bulan terakir (Maret - Mei 2009) diperoleh data bahwa 915 orang klien yang dirawat, terdapat 874 (95,5%) klien yang menderita skizofrenia, dianaranya yaitu 620 (70,9%) laki-laki dan 254 (29,1%) Perempuan. Sedangkan dari data kepala Ruangan Darmawangsa selama tiga bulan terakir (Maret mei 2009) terdapat 150 orang klien penderita skizofrenia hebefrenik,dimana 58 klien (37,4%) dengan kerusakan menarik diri. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik mengangkat laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien G.M Dengan Kerusakan Interaksi interaksi sosial :

Sosial : Menarik diri di Ruang Darmawangsa RSJ Provinsi Bali dari tanggal 22 Juni 26 Juni 2009. Mengingat kondisi ini apabila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa yang lebih berat misalnya resiko mencederai diri sendiri dan orang lain, penyembuhan klien ini tidak saja dengan pemberian obat terapi yang paling penting adalah bagaimana perawatan yang diberikan dalam suasana lingkungan yang lebih kondusif. Untuk itu dibutuhkan ketrampilan yang khusus agar dapat memberikan asuhan secara optimal dengan menitikberatkan pada keadaan psikososial tanpa mengabaikan keadaan fisiknya. Manfaat yang penulis harapkan, semoga laporan kasus ini berguna bagi keperawatan dengan teori yang didapat mampu diaplikasikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit jiwa dalam bidang memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada klien dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan lkien dengan kerusakan hubungan sosial : menarik diri 2. Tujuan khusus Penulis mampu : a. Melakukan pengkajian pada klien dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri secara sistematis dan lengkap. b. Menyusun rencana perawatan pada klien dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri.

c. Melaksanakan tindakan keperwatan klien dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri. d. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan ashan keperawatan pada klien dengan kerusakan interaksi sosial : menarik diri. C. Metode Penulisan Metoda penulisan yang digunakan dalam laporan kasus adalah metode deskriptif dengn teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. D. Sistematika Penulisan Dalam penyusunaan laporan kasus ini secara garis besar dibagi menjadi empat Bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut : Bab I yaitu pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II mencakup tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, dimana tinjauan teoritis meliputi melipti konsep dasar teori yang menuraikan tentang pengertian, psikopatologi, penatalaksanaan medis dan konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sedangkan tinjauan kasus meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Bab III Pembahasan yang membahas tentang kesenjangan antara teori dengan kenyataan, argumentasi atas kesenjangan yang terjadi dan solusi yang diambil saat memberikan asuhan keperawatan. Bab IV Penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai