Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA)

Definisi Erosi Erosi merupakan proses pelepasan (detachment) dan pengangkutan ( transportation) dari bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi ( Ellison,1946) Erosi merupakan berpindah atau terangkutnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh media alami ( Arsyad,1980). Erosi (oleh air) merupakan proses pengangkutan tanah oleh daya disperse (pemecahan) dan transportasi (pengangkutan) oleh aliran air di atas permukaan tanah dalam bentuk aliran permukaan

(Baver,1972). Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena stres yang yang ditimbulkan oleh gerakan angin atau air pada permukaan tanah atau dasar perairan. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam secara alami maupun oleh adanya tindakan dari manusia yang berusaha untuk mengolah tanah dan lingkungan demi kepentingannya (Ahmad Basyar dkk,2006:2).

Dari beberapa definisi erosi oleh para ahli di atas dapat di ambil sebuah pengertian erosi secara umum, yaitu erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka bumi. Tenaga pengangkut tersebut bisa berupa angin, air, maupun gletser atau es yang mencair. Erosi bisa terjadi di darat ataupun di pantai. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah
Page | 1

yang

digunakan

untuk

menghasilkan

tanaman

pertanian

biasanya

mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.

Faktor-faktor penyebab erosi Setiap permasalahan sudah tentu memiliki penyebab, begitu pula dengan erosi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah: 1. Iklim Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi. 2. Tanah Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi). 3. Topografi Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi penggenangan.

Page | 2

4.

Tanaman penutup tanah Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.

5.

Manusia Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi. Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam pengelolaan lingkungan, seperti

penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal pertanian,dan lain-lain.

Jenis-jenis erosi Jenis-jenis erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya, yaitu :

Erosi oleh Air Erosi ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk : Splash erosion: erosi oleh butiran air hujan yang jatuh ke tanah. Karena benturan butiran air hujan, partikel-partikel tanah yang halus terlepas dan terlempar ke udara. Sheet erosion: erosi oleh air yang jatuh dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di permukaan tanah. Permukaan tanah menjadi lebih rendah secara merata. Erosi ini terjadi bila permukaan tanah memiliki ketahanan terhadap erosi yang relatif seragam. Riil erosion: erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah dengan membentuk alur-alur kecil dengan kedalaman beberapa senti meter.
Page | 3

Erosi ini terjadi pada permukaan tanah yang landai dan memiliki daya tahan yang seragam terhadap erosi. Gully erosion: erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah yang miring atau di lereng perbukitan yang membentuk alur-aluryang dalam dan lebarnya mencapai beberapa meter, dan berbentuk V Valley erosion: erosi oleh air yang mengalir di daerah perbukitan yang membentuk lembah-lembah sungai atau lereng-lereng perbukitan. Alur atau lembah berbentuk berbentuk V. Erosi dominan secara vertical. Stream erosion: erosi oleh air dalam bentuk aliran sungai. Lembah sungai berbentuk U. Terjadi erosi lateral yang makin ke hilir makin dominan dan dapat membentukaliran sungai bermeander.

Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat mengikis tepi sungai dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sedimen, kedua air dapat mengikis sedimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga pertikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air juga dapat mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai.

Erosi oleh Gelombang Erosi ini terjadi akibat gelombang laut yang memukul ke pantai. Erosi oleh gelombang dapat dibedakan menjadi : Erosi oleh pukulan gelombang yang memukul ke tebing pantai. Pukulan gelombang menyebabkan batuan pecah berkeping-keping. Abrasi atau corrasi (abrasion / corrasion): erosi oleh material yang diangkut gelombang ketika gelombang memukul ke tebing pantai.

Page | 4

Erosi oleh Angin Erosi ini terjadi oleh angin yang bertiup. Erosi ini terjadi di daerah yang tidak bervegetasi atau bervegetasi sangat jarang di daerah gurun atau pesisir. Erosi ini dapat dibedakan menjadi : Deflasi: erosi oleh angin yang bertiup dan menyebabkan material lepas yang haalus terangkut. Abrasi: erosi oleh material-material halus yang diangkut oleh angin ketika angin menerpa suatu batuan.

Erosi oleh Es Erosi ini terjadi oleh gerakan massa es dalam bentuk gletser. Gletser dapat menyebabkan abrasi atau penggerusan oleh material-material yang diangkutnya; dapat menyebabkan retakan pada batuan karena terurut ketika gletser bergerak

Page | 5

Erosi karena Gravitasi Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massa. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat memindahkan material ke tempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembungan massa terjadi terus menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan bencana tanah longsor.

Erosi oleh Organisme Erosi ini terjadi karena aktifitas organisme yang melakukan pemboran, penggerusan atau penghancuran terhadap batuan. Erosi ini disebut juga bioerosion

Page | 6

Prediksi besarnya Erosi Arsyad (1983) dan Sjahrullah (1987), mengemukakan bahwa prediksi erosi sangat bermanfaat untuk menentukan cara pencegahan erosi atau sistem pengelolaan tanah pada umumnya, sehingga kerusakan tanah oleh erosi dapat ditekan sekecil mungkin. Dalam menentukan jumlah tanah yang mungkin tererosi dari sebidang tanah di bawah suatu sistem pengelolaan tertentu, perlu ditetapkan berapa besarnya erosi dari tanah tersebut yang masih dapat

diperkenangkan/diperbolehkan. Untuk memprediksi erosi tanah, soil conservation service USDA memperhitungkan lima faktor yang

mempengaruhi erosi yaitu iklim, topografi, vegetasi, tanah dan manusia, yang dikenal dengan rumus Universal Soil Loss Equation (Kartasapoetra, 2000). Gabriels dalam Kartasapoetra, (2000) menyederhanakan faktor-faktor yang mempengaruhi erosi menjadi dua, yaitu erositivitas dan erodibilitas. Jika faktor-faktor kriteria USDA dan yang ditemukan Hudson dalam Kartasapoetra (2000) digabungkan dalam bentuk bagian yang nampak dalam Gambar 2.2. Faktor faktor penyebab erosi.

Gambar. Faktor-faktor penyebab erosi ( Kartasapoetra, 2000 )

Untuk memprediksi besarnya erosi dari sebidang tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam penanaman dan tindakan pengelolaan yang mungkin dilakukan atau yang

Page | 7

sedang dilakukan atau yang sedang dipergunakan, digunakan Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT) atau Universal Soil Loss Equation (USLE) dan rumusnya adalah sebagai berikut :

A = R. K. L. S. C.P
Dimana : A = Banyaknya tanah tererosi dalam (ton/ha/tahun) R = Faktor hujan dan aliran permukaan (ton/ha/tahun) K = Faktor erodibilitas tanah merupakan kehilangan tanah persatuan luas untuk; indeks erosivitas hujan dari tanah terbuka dengan kelerengan 9% dan panjangnya 22,14 m. L = Faktor panjang lereng (m) S = Faktor kecuraman lereng (%) C = Faktor pengelolaan Tanaman P = Faktor praktek pengendalian erosi secara mekanis (Wichmeier dan Smith, 1978 dan Asdak, 1995)

Persamaan tersebut oleh Wischmeier (1979) dianggap memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Meramalkan kisaran kehilangan tanah tahunan lahan yang khusus. 2. Memberikan petunjuk dalam memilih sistem pengelolaan

pertanaman dan praktek konservasi secara mekanis yang cocok pada suatu lahan yang miring. 3. Meramalkan perubahan kehilangan tanah yang akan dihasilkan akibat adanya perubahan sistem pengolahan pertanaman dan praktek konservasi secara mekanis pada suatu lahan. 4. Menentukan bagaimana praktek-praktek konservasi harus dilakukan agar dapat diperoleh cara pengelolaan lahan yang lebih intensif. 5. Meramalkan kehilangan tanah dari penggunaan lahan diluar pertanian (Ananta, 1991 dan Nasiah, 2000)

Page | 8

Asdak, (1995) mengemukakan kelemahan dari persamaan tersebut yakni sebagai berikut : 1. Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT) bersifat empiris dan secara matematik tidak mewakili proses erosi yang sebenarnya. 2. Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKH) dirancang untuk memperkirakan besarnya kehilangan tanah rata-rata tahunan. 3. Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT) hanya memperkirakan erosi. 4. Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT) tidak

memperhitungkan endapan sedimen.

Erosi yang dapat ditoleransikan Tanah sebagai salah satu sumber daya alam mempunyai dua fungsi utama, yaitu : 1. Sebagai sumber unsure hara bagi tanaman 2. Sebagai matrik tempat akar tanaman berjangkar dan air tersimpan, serta tempat unsure hara dan air diberikan Kedua fungsi tanah tersebut dapat turun dan hilang, dan selanjutnya akan terbentuk tanah yang rusak atau tanah yang terdegradasi. Hilangnya fungsi pertama dengan mudah dapat diperbaiki dengan menambahkan pupuk, namun untuk kerusakan fungsi kedua tidak dengan mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang sangat lama untuk pembentukan lahan. Kerusakan fungsi tanah ini pada umumnya sering terjadi karenaerosi yang berkelanjutan. Namun demikian, pada lahan berlerang tidaklah mungkin untuk menekan laju erosi sampai nol, apalagi kalau lokasi itu di usahakan dengan usaha tani tanaman semusim (perladangan). Oleh karena itu sangat diperlukan batasan-batasan sampai sejauh mana erosi tanah tersebut dapat ditoleransikan agar tidak sampai mengganggu

produktifitasnya. Laju erosi yang dapat ditoleransikan adalah besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang

Page | 9

cukup untuk pertumbuhan tanaman dan tercapainya produktifitas yang tinggi secara lestari. Dari definisi ini, tampak bahwa sebagai landasan utama dalam penetapan tingkat erosi yang masih dapat ditoleransikan adalah kedalaman solum tanah, sehubungan dengan perbandingan kecepatan pembentukan tanah dengan jumlah atau tebal erosi yang terjadi. Di Indonesia beberapa cara penetapan batas laju erosi yang dapat ditoleransikan yang umum digunakan diantaranya Thompson (1957), Wood de Dent (1983), Hammer (1981). Thompson (1957) menyarankan agar laju erosi yang dapat ditoleransikan didasarkan pada kedalaman solum tanah, permeabilitas tanah lapisan bawah, dan kondisi substratum. Tabel berikut menunjukan nilai laju erosi yang dapat ditoleransikan berdasarkan sifat-sifat tanah dan substratum.
Tabel 1. Besaran laju erosi yang dapat ditoleransikan menurut Thompson
No 1 2 3 4 5 6 Sifat tanah dan substratum Tanah dangkal di atas batuan Tanah dalam di atas batuan Tanah dengan lapisan bawah padat diatas substrata yang tidak terkonsolidasi Tanah dengan lapisan bawah berpermeabilitas lambat, di atas bahan yang tidak terkonsolidasi Tanah dengan lapisan bawah berpermeabilitas sedang, di atas bahan yang tidak terkonsolidasi Tanah yang lapisan bawahnya permeabil (agak cepat), di atas bahan yang tidak terkonsolidasi Erosi yang dapat ditoleransikan -1 -1 (t ha tahun ) 1,12 2,24 4,48 8,96 11,21 13,45

Sumber : Arsyad (1989)

Pendekatan lain yang dilakukan oleh Hammer dan Wood de Dent yaitu dengan memperhitungkan ketebalan tanah minimum dan jangka waktu penggunaan tanah yang diinginkan (resource life). Konsep ini menggunakan kedalaman tanah ekivalen dan umur guna tanah untuk menetapkan erosi yang dapat ditoleransikan. Kedalaman tanah ekivalen adalah hasil perkalian

Page | 10

kedalaman tanah efektif dan nilai faktor kedalaman tanah (tabel 2). Hammer menetapkan nilai faktor kedalaman tanah didasarkan pada laju kemerosotan produktifitas tanah sampai 60% sebagai akibat erosi.

Tabel 2. Nilai faktor kedalaman beberapa sub-ordo tanah


No 1 2 3 4 5 Alboll Udult, Ustul Aqualf, udolf, Usolf, Aquent, Aquoll, Rendoll, Aquox, Orthox, Ustox, Aquod Aquept, Ferrod Arent, Fluvent, Orthent, Psamment, Audopt, Tropept, Udoll, Ustoll, Huamox, Humod, Humult, Udert, Ustert Tanah (sub-ordo) Nilai faktor kedalaman tanah 0,75 0,80 0,90 0,95 1,00

Sumber : Hammer

Wischmeier dan Smith mengatakan bahwa nilai laju erosi yang dapat ditoleransikan untuk tanah-tanah di Amerika Serikat berkisar antara 11,2 sampai 4,5 t ha-1. Ketetapan ini didasarkan pada faktor kedalaman tanah, ciri-ciri fisik serta sifat-sifat tanah yang mempengaruhi perkembangan akar tanaman, pencegahan terbentuknya erosi parit, dan lain-lain. Adapun untuk tanah-tanah di Indonesia, Arsyad menyarankan agar mengambil pedoman kepada konsep pendekatan yang dikemukakan oleh Thompson. Penilaian ini didasarkan pada ketebalan solum tanah, permeabilitas tanah, dan kondisi substratadi bagian bawah. Erosi yang dapat ditoleransikan bukan saja ditunjukan untuk mempertahankan produktifitas tanah, tetapi juga dapat bertujuan untuk mengendalikan laju pendangkalan waduk, ataupun untuk mengantisipasi pencemaran kualitas air sungai yang sering di gunakan sebagai bahan baku air minum. Umumnya besarnya erosi yang dapat ditoleransikan untuk keperluan kedua hal diatas lebih ketat dibandingkan untuk memperbaiki produktivitas tanah pertanian.

Page | 11

Erosi yang dapat ditoleransikan (tolerable soil loss, TSL) juga dapat digunakan untuk membuat simulasi perencanaan pengelolaan DAS. Rumus yang digunakan juga masih mengadopsi rumus Hammer dengan menambahkan nilai laju pembentukan tanah sebagai berikut :

TS

TSL =

Keterangan : TSL = erosi yang dapat ditoleransikan (mm tahun-1) DE De Fd = kedalam ekivalen ( DE=De x Fd) = kedalaman efektif tanah (mm) = faktor kedalaman menurut sub-ordo tanah

D min = kedalam tanah minimum yang sesuai untuk tanaman (mm) UGT = Umur Guna Tanah (digunakan 400 tahun) LPT = Laju Pembentukan Tanah (mm tahun-1), untuk tanah tropika sebesar 2,5 mm tahun-1

Penanggulangan Erosi

Seperti pada bagian sebelumnya, bahwa erosi tidak dapat begitu saja dihilangkan namun dapat dikurangi dengan daya manusia. Walaupun sebenarnya faktor yang sangat berpengaruh dalam mempercepat laju erosi adalah manusia, namun tidak berarti bahwa manusia tidak bias berbuat apaapa dalam mengurangi terjadinya erosi. Setiap orang pasti akan mampu berupaya seperti itu, tinggal kesadaran masing-masing yang harus ada mengenai permasalahan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan oleh manusia antara lain :

Page | 12

1. sebagai manusia harus sadar akan permasalahan erosi dan dampak yang akan timbul dan menyerang kita sendiri 2. janganlah merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di hutan segera diganti dengan pohon baru 3. lakukan segera pengolahan tanah pertanian secara bijak dengan cara membuat sengkedan-sengkedan ataupun terasering untuk menahan laju erosi agar tidak terlalu besar 4. Hijaukan kembali (reboisasi) dan lakukan konservasi hutan-hutan yang telah gundul akibat keserakahan kita sebagai manusia

Page | 13

Anda mungkin juga menyukai