Tawaqal
Tawaqal
Dan bertawakallah hanya kepada Allah jika engkau beriman (QS. al-Maaidah : 23).
Hakikat tawakal
Hakikat tawakal adalah apabila seorang hamba menyandarkan diri kpd Allah SWT dg sepenuh hati dlm berbagai kemaslahatan agama dan dunianya dg disertai melakukan sebab-sebab yg mengantarkan kpd tujuan selama cara itu diperbolehkan oleh syariat. Dg demikian tawakal itu meliputi keyakinan hati, penyandaran diri serta melakukan amal perbuatan. Yang dimaksud dengan itiqad di sini adalah meyakini bahwa segala urusan ada di tangan Allah. Segala sesuatu yang dikehendaki Allah pasti terjadi. Dan segala yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak terjadi. Allah semata pemberi manfaat, madharat, pemberi karunia dan yg berhak mencegah pemberiannya. Setelah dia meyakini hal itu maka hendaknya dia menyandarkan hatinya kepada Allah Rabbnya subhanahu wa taala serta mempercayakan urusan sepenuhnya kepada-Nya. Kemudian setelah itu dia melaksanakan bagian yang ketiga yaitu melakukan cara-cara yang diperbolehkan agama
Rukun tawakal
Untuk bisa mewujudkannya diperlukan dua hal, yaitu : 1. Bersandar kepada Allah dengan sungguh-sungguh 2. Menempuh cara-cara yang diperbolehkan untuk mewujudkan keinginannya Barangsiapa yang terlalu bersandar kepada cara/sarana yang ditempuh maka tawakalnya kepada Allah semakin berkurang. Sehingga hal ini membuatnya secara tidak langsung mencela kekuasaan Allah untuk bisa mengatasi segala problema. Yaitu tatkala seorang hamba menjadikan seolah-olah hanya cara itulah yang menjadi inti keberhasilan, agar apa yang diinginkan tercapai dan apa yang tidak disukai hilang. Barangsiapa yang membuat tawakalnya kepada Allah menyebabkan dirinya melalaikan cara/usaha maka sesungguhnya ia telah mencela hikmah Allah. Karena Allah menciptakan segala sesuatu memiliki sebab musabab. Sehingga orang yang semata-mata bersandar kepada Allah tanpa mau menjalani sebab maka tindakan tersebut merupakan bentuk celaan terhadap hikmah yang Allah tetapkan. Padahal Allah itu Maha bijaksana (Hakiim) yang mempertautkan sebab-sebab dengan akibat-akibatnya. Seperti contohnya orang yang menyandarkan dirinya kepada Allah demi mendapatkan anak tapi tidak mau menikah.
Kaidah Sebab-Akibat
Allah telah menciptakan hukum sebab akibat yang berlaku di alam semesta ini dengan amat sempurna. Apabila seseorang lapar maka hendaknya dia makan supaya kenyang. Apabila seseorang ingin berharta maka hendaknya dia bekerja. Apabila seseorang ingin memiliki anak maka hendaknya dia menikah. Demikianlah diantara hukum-hukum sebab akibat yang sama-sama sudah kita mengerti Dalam perkara lain pun berlaku hal itu, maka tidak boleh kita menempuh sebab-sebab sebagai jalan keluar dari masalah kecuali apabila memenuhi tiga syarat berikut ini : 1. Hanya mencari sebab yang diizinkan oleh agama, tidak boleh memakai sebab yang haram dan tidak masuk akal. 2. Hanya menggantungkan hati kepada Allah 3. Meyakini bahwa berhasil atau tidaknya hanya Allah yang menentukan
Tawakal palsu
Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa di masa Umar radhiyallahu anhu pernah ada sekelompok orang Yaman yang berangkat haji tanpa membawa perbekalan. Maka mereka pun dipanggil untuk menghadap Umar. Kemudian Umar menanyai mereka. Mereka mengatakan, Kami adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah. Umar menimpali, Kalian bukan termasuk orang yang bertawakal. Tetapi kalian adalah orang yang pura-pura bertawakal.
Macam-macam tawakal
Tawakal itu ada tiga macam : Tawakal ibadah dan ketundukan, Bergantung kepada orang dalam hal rezeki dan urusan keduniaan lainnya, Menyerahkan urusan kepada seseorang yang dia percayai.
Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). (Ath-Tholaq:3).