Anda di halaman 1dari 6

Memahami Stres dan Akibatnya Model ini mengidentifikasi tiga kelompok faktor, yaitu lingkungan, organisasi dan

pribadi yang menjadi sumber potensial stres. Apakah sumber-sumber tersebut lalu berkembang menjadi stres aktual, bergantung pada perbedaan individual seperti pengalaman kerja dan kepribadian. Ketika stres dialami oleh seorang individu, gejala-gejalanya dapat muncul ke permukaan sebagai akibat fisiologis, psikologis dan perilaku. Sumber-Sumber Potensi Stres Ada tiga kategori potensi pemicu stres (stressor): lingkungan, organisasi dan pribadi. Faktor-faktor Lingkungan Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memngaruhi tingkat stres para karyawan dalam organisasi. Perubahab dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi. Ketika ekonomi memburuk, orang akan merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan mereka. Ketidakpastian politik tidak terlalu memicu stres di Amerika Utara, tetapi tidak demikian dengan Negara seperti Haiti atau Venezuela. Perbedaan ini didasarkan padaa keadaan politik yang stabil di AS dan Kanada, dimana perubahan dijalankan dengan aturan yang pasti. Perubahan teknologi adalah faktor lingkungan ketiga yang dapat menimbulkan stres. Karena inovasi-inovasi baru dapat membuat keterampilan dan pengalaman seorang karyawan menjadi usang dalam waktu singkat, komputer, otomatisasi, dan berbagai bentuk inovsi teknologis yang merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat mereka stres. Terorisme menjadi sumber pemicu stres yang utama pada abad kedua puluh satu ini. Faktor-Faktor Organisasi Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam waktu singkat, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa diantaranya. Kita dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran dan antarpribadi. Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan itu meliputi desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman, tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Misalnya, bekerja di tempat yang terlalu penuh sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan

ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi. Beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran tercipta manakala ekspektasi peran tidak dopahami secara jelas dan karyawan tidak yakin apa yang harus ia lakukan. Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Tidak adanya hubungan dari kolega dam hubungan antarpribadi yang buruk dapat menyebabkan stress, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial tinggi. Faktor-Faktor Pribadi Seseorang biasanya bekerja 40 sampai 50 jam seminggu. Tetapi, pengalaman dan masalah yang dihadapi orang dalam waktu 120 jam lebih di luar jam kerja setiap minggunya dapat terbawa ke dunia kerja. Faktor-faktor dalam kehidupan pribadi karyawan tersebut diantaranya adalah masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Survei-survei menunjukkan secara konsisten bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. Berbagai masalah dalam kehidupan pribadi dapat menciptakan stres bagi karyawan yang terbawa ke tempat kerja. Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pengeluaran dari pendapatan juga dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja. Sebagian orang adalah manajer uang yang buruk, memiliki keinginan yang selalu melebihi kemampuan mereka dalam mendapatkan uang. Studi terhadap tiga organisasi menemukan bahwa faktor individual secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Gejala-gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu. Stresor Bersifat Aditif Sebuah kenyataan yang cenderung terabaikan adalah bahwa stres merupakan sebuah fenomena aditif. Setiap stresor yang baru dan sebelumnya menaikkan tingkat stres individu. Jika ingin menilai keseluruhan tingkatan stres yang dirasakan seseorang, kita harus menjumlahkan stres peluang, hambatan dan tuntutan yang dialaminya. Perbedaan Individu Apa yang membuat perbedaan dalam kemampuan orang mengatasi stres? Ada enam variabel yang menengahi hubungan antara potensi stresor dan stres aktual, yaitu persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, keyakinan pada pusat kendali, keyakinan diri, dan

permusuhan. Karyawan bereaksi lebih sebagai tanggapan terhadap persepsi mereka mengenai realitas daripada terhadap realitas itu sendiri. Persepsi akan menengahi hubungan antara kondisi yang berpotensi menimbulkan stres dan reaksi seorang karyawan terhadap kondisi itu. Misalnya seseorang ketakutan kehilangan pekerjaan karena perusahaan melakukan PHK, tetapi bagi orang lain mungkin itu adalah peluang mendapatkan pesangon yang besar untuk melakukan bisnis sendiri. Jadi stress terletak pada interpretasi masing-masing orang terhadap kondisi tersebut. Bukti mengenai pengalaman kerja cenderung terkait secara negatif dengan stres kerja. Ini disebabkan, yang pertama adalah gagasan pengunduran diri selektif. Orang yang bertahan lebih lama dalam organisasi adalah mereka yang lebih tahan stres atau lebih resisten terhadap karakteristik stres organisasi mereka. Kedua, orang pada akhirnya akan mampu mengembangkan mekanisme penanganan stresnya sendiri. Ada banyak bukti bahwa dukungan sosial, yaitu hubungan kolegial dengan rekan kerja atau atasan dapat membendung dampak stres. Dukungan sosial dapat mengurangi efek negatif dari pekerjaan yang menegangkan. Pusat kendali adalah atribut kepribadian. Pusat kendali internal adalah indikator dari evaluasi diri yang positif karena orang menganggap diri mengendalikan kehidupan memiliki pandangan diri yang lebih positif daripada mereka yang berpikir bahwa mereka dikendalikan oleh lingkungan mereka. Orang yang memiliki pusat kendali internal memandang pekerjaan mereka lebih sedikit menimbulkan stres dan lebih cerdas menghadapi tuntutan pekerjaan daripada orang yang memiliki pusat kendali eksternal. Dalam sebuah studi dikatakan bahwa keyakinan diri yang tinggi bereaksi lebih positif terhadap masalah seperti jam kerja yang panjang dan beban kerja yang berlebihan daripada orang dengan tingkat percaya diri yang rendah. Keyakinan terhadap diri sendiri mampu menurunkan stres. Setiap orang memiliki sifat keras dan mudah marah. Orang seperti ini senantiasa curiga dan tidak percaya kepada orang lain. Bukti ini secara signifikan menunjukkan bahwa sikap ini dapat meningkatkan stres dan risiko orang terkena penyakit jantung. Akibat dari Stres Akibat dari stress dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu gejala fisiologis, psikologis, dan gejala perilaku. Gejala Fisiologis

Pengaruh awal stress biasanya berupa gejala fisiologis, karena stress pertama kali diteliti oleh ahli ilmu kesehatan dan medis. Disimpulkan bahwa stress dapat menciptakan perubahan metabolisme, meningkatkan detak jantung, tarikan nafas, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan memicu serangan jantung. Beberapa bukti menunjukkan bahwa stres memiliki efek fisiologis yang membahayakan. Gejala Psikologis Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menimbulkan ketidakpuasan yang terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan kerja adalah efek psikologis yang paling sederhana dan paling nyata dari stres. Stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan dan sikap yang suka menunda pekerjaan. Bukti menunjukkan ketika orang ditempatkan dalam pekerjaan dengan tuntutan yang banyak dan saling bertentangan atau ketidakjelasan dalam hal tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan, stres maupun ketidakpuasan akan meningkat. Bukti yang ada mengatakan bahwa pekerjaan yang memiliki tingkat keragaman, arti penting, otonomi, umpan balik, dan identitas rendah kepada pelakunya dapat memicu stres dan mengurangi kepuasan dan keterlibatan orang itu dalam pekerjaannya. Gejala Perilaku Gejala-gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, minum, merokok, cara bicara, kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. Pola yang banyak dipelajari dalam literatur stres dan kinerja adalah hubungan U terbalik. Logika yang mendasari hubungan U terbalik adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untu bereaksi. Pola U terbalik juga menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres. Tingkat stres menengah dalam jangka panjang memiliki pengaruh negative terhadap kinerja karena intensitas stress yang terus berlanjut melemahkan individu tersebut dan menggerogoti sumber daya energinya. Model U terbalik tidak memiliki banyak dukungan empiris. Mengelola Stres Pendekatan Individual Seseorang karyawan memiliki tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat stres. Strategi individual yang terbukti efektif adalah penerapan teknik manajemen waktu, penambahan

waktu olah raga, pelatihan relaksasi, dan perluasan jaringan dukungan sosial. Banyak orang yang kurang dapat mengatur waktu mereka. Pemahaman dan dan pemanfaatan prinsip=prinsip dasar manajemen waktu dapat membantu individu untuk mengatasi ketegangan akibat tuntutan kerja secara lebih baik. Beberapa prinsip manajemen waktu yang banyak dipraktikkan adalah: (1) membuat daftar kegiatan harian yang harus dirampungkan; (2) memprioritaskan kegiatan berdasarkan tingkat kepentingan dan urgensinya; (3) menjadwalkan kegiatan menurut prioritas yang telah disusun; serta (4) memahami siklus harian dan menangani pekerjaan yang paling banyak menuntut dalam siklus kerja tertinggi ketika Anda dalam keadaan paling siap dan produktif. Olahraga nonkompetensi direkomendasikan para dokter untuk mengatasi tingkat stress yang berlebihan, misalnya bersepeda, joging, renang, dll. Orang dapat mengajar diri mereka sendiri untuk mengurangi ketegangan melalui teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, hipnosis, yang tujuannya adalah untuk mencapai keadaan relaksasi yang dalam, dimana seseorang merasa santai. Yang paling penting perubahan signifikan dalam detak jantung, tekanan darah dan faktor fisiologis lainnya. Memperluas jaringan dukungan sosial dapat menjadi sarana untuk mengurangi ketegangan, dengan memiliki teman, keluarga yang diajak bicara saat anda mengalami stres. Pendekatan Organisasional Beberapa faktor yang menyebabkan stres dikendalikan oleh manajemen. Faktor tersebut dapat dimodifikasi dan dirubah. Strategi yang bisa manajemen pertimbangkan meliputi seleksi personel dan penempatan kerja yang lebih baik, pelatihan, penetapan tujuan yang realistis, pendesainan ulang pekerjaan, peningkatan keterlibatan karyawan, perbaikan dalam komunikasi organisasai, penawaran cuti panjang atau masa sabatikal kepada karyawan, dan penyelenggaraan program-program kesejahteraan perusahaan. Masing-masing pekerjaan dapat memicu stres yang berbeda-beda. Tetapi, individu memiliki persepsi dan cara berbeda dalam menanggapi pemicu stres. Individu yang pengalamannya sedikit atau pusat kendalinya internal cenderung lebih mudah stress, dan dalam keputusan seleksi dan penempatan perlu memperhatikan ini. Individu seperti ini biasanya lebih mudah beradaptasi terhadap pekerjaan dengan tingkat stress inheren yang tinggi. Pelatihan juga dapat meningkatkan keyakinan diri seseorang dan memperkecil kendala pekerjaan. Berhubungan dengan penetapan tujuan, orang akan berkinerja baik ketika mereka memiliki kebutuhan yang

spesifik serta menantang dan menerima umpan balik mengenai kemajuan yang mereka capai. Pemanfaatan tujuan dapat mengurangi stres dan memberi motivasi. Mendesain ulang pekerjaan untuk memberi karyawan tanggung jawab yang lebih besar, pekerjaan yang lebih bermakna, otonomi yang lebih banyak, dan umpan balik yang meningkat dapat mengurangi stres, karena faktor ini memberi banyak kendali pada karyawan dan memperkecil ketergantungan pada orang lain. Tetapi tidak semua orang menginginkan pekerjaan yang lebih rumit. Untuk itu mengurangi keragaman keterampilan juga dapat mengurangi tingkat ketidakpastian dan stres. Dengan member karyawan hak suara dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh langsung terhadap kinerja mereka dapat mengurangi stres. Jadi sebaiknya manajer meningkatkan keterlibatan karyawan dalampengambilan keputusan Meningkatkan komunikasi organisasi formal dengan karyawan dapat menurunkan ketidakpastian karena memangkas ambiguitas dan konflik peran. Pemberian cuti atau libur panjang juga dapat mengurangi stress, karyawan dapat membangkitkan gairah dalam bekerja. Saran terakhir adalah program=program kesehatan yang didukung oleh organisasi, yang berfokus pada kondisi fisik dan mental karyawan secara keseluruhan. Organisasi akan merasakan manfaat dari investasi mereka dalam program kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai