SGB ini seringkali mencemaskan penderita dan keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yang baik. Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu Idiopathic polyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post Infectious Polyneuritis, Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy, Guillain Barre Strohl Syndrome, Landry Ascending paralysis, dan Landry Guillain Barre Syndrome. Definisi Parry mengatakan bahwa, SGB adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut Bosch, SGB merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis. Etiologi Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain: 1. Infeksi 2. Vaksinasi 3. Pembedahan a. b. c. d. keganasan systemic lupus erythematosus tiroiditis penyakit Addison 4. Penyakit sistematik:
SGB sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus SGB yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal Infeksi akut yang berhubungan dengan SGB Infeksi Virus Definite CMV EBV Probable HIV Varicella-zoster Vaccinia/smallpox Possible Influenza Measles Mumps Rubella Hepatitis Coxsackie Echo Bakteri Campylobacter Jejeni Mycoplasma Pneumonia Typhoid Borrelia B Paratyphoid Brucellosis Chlamydia Legionella Listeria
Patogenesa Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yang mempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi.Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada sindroma ini adalah : 1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (celi mediated immunity)
terhadap agen infeksious pada saraf tepi. 2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi 3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf tepi. Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi virus. Peran imunitas seluler Dalam sistem kekebalan seluler, sel limposit T memegang peranan penting disamping peran makrofag. Prekursor sel limposit berasal dari sumsum tulang (bone marrow) steam cell yang mengalami pendewasaan sebelum dilepaskan kedalam jaringan limfoid danperedaran. Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi pada saraf tepi antigen harus dikenalkan pada limposit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag yang telah menelan (fagositosis) antigen / terangsang oleh virus, allergen atau bahan imunogen lain akan memproses antigen tersebut oleh penyaji antigen (antigen presenting cell = APC). Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan pada limposit T (CD4). Setelah itu limposit T tersebut menjadi aktif karena aktivasi marker dan pelepasan substansi interlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa TNF. Kelarutan E selectin dan adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan berperan dalam membuka sawar darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan makrofag . Makrofag akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin disamping menghasilkan TNF dan komplemen. Patologi Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran pembengkakan saraf tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan pertama berupa edema yang terjadi pada hari ke tiga atau ke empat, kemudiantimbul pembengkakan dan iregularitas selubung myelin pada hari ke lima, terlihat beberapa limfosit pada hari ke sembilan dan makrofag pada hari ke sebelas,poliferasi sel schwan pada hari ke tigabelas. Perubahan pada myelin, akson, dan selubung schwan berjalan secara progresif, sehingga pada hari ke enampuluh enam, sebagian radiks dan saraf tepi telah hancur. Asbury dkk mengemukakan bahwa perubahan
pertama yang terjadi adalah infiltrasi sel limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil pada endo dan epineural. Keadaan ini segera diikuti demyelinisasi segmental. Bila peradangannya berat akan berkembang menjadi degenerasi Wallerian. Kerusakan myelin disebabkanmakrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan selubung myelin dari sel schwan dan akson. Klasifikasi Beberapa varian dari sindroma Guillan-Barre dapat diklasifikasikan, yaitu : 1. Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy 2. Subacute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy 3. Acute motor axonal neuropathy 4. Acute motor sensory axonal neuropathy 5. Fishers syndrome 6. Acute pandysautonomia Gejala klinis dan kriteria diagnosa Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi sitoalbumin pada likuor dan gangguan sensorik dan motorik perifer. Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu: Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis: a. Terjadinya kelemahan yang progresif
b. Hiporefleksi
Progresifitas : gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
o Relatif simetris
Gejala saraf kranial 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang < 5% kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain
Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang sampai beberapa bulan. Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dangejala vasomotor. Tidak ada demam saat onset gejala neurologis.
Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3 Varian:
pada LP serial o o
Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3
Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari normal.
Diagnosa Banding Gejala klinis SGB biasanya jelas dan mudah dikenal sesuai dengan criteria diagnostik dari NINCDS, tetapi pada stadium awal kadang-kadang harus dibedakan dengan keadaan lain, seperti: o Mielitis akuta o Poliomyelitis anterior akuta o Porphyria intermitten akuta o Polineuropati post difteri
Terapi Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendir. Pengobatan secara umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi). Kortikosteroid Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB. Plasmaparesis Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan factor autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama). Pengobatan imunosupresan: 1. Imunoglobulin IV Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh. 2. Obat sitotoksik Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah: o
o o
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit kepala.
Prognosa Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengankeadaan antara lian:
o o o o
Pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal Mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset Progresifitas penyakit lambat dan pendek Pada penderita berusia 30-60 tahun
STATUS NEUROLOGI
: 170731 : Ny. S : Permpuan : 34 tahun : Ibu Rumah Tangga : SLTA : Katolik : Jl.Jati Barat Rt 07/08
ANAMNESIS
: : : :
9 November 2011 Lemas Seluruh Badan Sesak Nafas, Borok dibokong, Demam
Riwayat perjalanan penyakit : Pasien diantar oleh keluarganya dengan keluhan lemas pada seluruh badan sejak kurang lebih satu bulan yang lalu. Kelurah berawal dari rasa pegal pada punggu seperti ditepuk tepuk dan lemas pada ke dua tangannya, untuk mengurani keluhan itu pasien pergi ke tukang pijat, namun keluhan tidak berkurang, ketika dalam perjalanan pulang pasien mulai merasa lemas pada ke dua tungkainya, namun pasien masih dapat berjalan sendiri. Ketika tiba di rumah pasien terjatuh Karina kakinya menjadi semakin lemas sehinga tidak dapat menggerakan kakinya lagi, kemudian perut terasa keram dan berlanjut ke dada sehingga pasien merasa sesak. Pasien juga menyatakan tangannya juga terasa semakin lemas. Pasien sempat dirawat di RS pasarebo selama tiga hari, Setelah itu
pasien pulang dan dirawat di rumah, pasien juga mengeluh muncul borok bokongnya.
pada
Riwayat Batuk Pilek, Diare, Demam, Vaksinasi dan hamil di sangkal oleh pasien. Riwayat Kencing manis, Daranh tinggi, Sakit jantung, Alergi di sangkal Terapi yang sudah didapat
sehari
PEMERIKSAAN UMUM Kesadaran Nadi Tekanan Darah Suhu Respirasi Umur klinis Bentuk Badan Gizi Kulit KGB : : : : : : : : : : E4 V5 M6 ( Composmentis ) 88 x/menit, reguler, kuat angkat 90/60 MmHg 37,8 C 27 x / menit 30 an Pignicus Baik Sawo matang Tidak teraba membesar
Kalvarium Mata Hidung Mulut Telinga Leher Toraks Jantung Paru-paru Abdomen Hepar Lien Extremitas Sendi Otot-otot
: : : : : : : : : : : : : : :
Tak ada kelainan Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik Bentuk biasa, lapang, sekret (-) Tak ada kelainan Tak ada kelainan Tak ada kelainan Pergerakan simetris, kanan = kiri BJ I dan II murni, gallop (-), mur - mur () BND Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Supel, BU (+) 2x/menit, timpani Tidak teraba Tidak teraba Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang Meningen
: : : :
>70 / / / >70 -
Brudzinski II :
2. Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius) Kanan cavum nasi Penciuman N. II (Optikus) Visus Lihat warna Kampus Funduscopy : : : : Baik Baik Luas Tidak dilakukan Lapang Normosmia Kiri Lapang Normosmia
: : : : :
Diplopia
Deviasi Konjuge :
Pergerakan Bola mata Lateral kanan Lateral kiri Atas Bawah Berputar Pupil : : : : : Baik Baik Baik Baik Baik
Bentuk Isokor
: :
Bulat, letaknya ditengah, tepi rata Isokor 3mm / 3mm Kanan Kiri + + +
+ + +
N. V (Trigeminus) Motorik - Membuka Mulut - Gerakan Rahang - Menggigit : : : Baik Baik Baik
Sensorik - Rasa Nyeri - Rasa Raba - Rasa Suhu - Rasa Selaput Lendir Reflek: : : : : Baik Baik Tidak dilakukan Tidak dilakukan : : Tidak dilakukan -
N.VII (Fasialis) Sikap wajah Mimik Angkat Alis Kerut Dahi Lagoftalmus Kembung Pipi Menyeringai : : : : : : : Simetris Biasa Baik,Simetris Kanan = Kiri Baik,Simetris Kanan = Kiri Tidak dilakukan Baik,Simetris Kanan = Kiri Baik,Simetris SNL Kanan = Kiri Tidak dilakukan
: :
Kokhlearis :
Suara bisik Gesekan jari Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach
: : : : :
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus) Arkus Faring Palatum Mole Disfoni Rinolali Disfagi Batuk Menelan Mengejan Refleks Faring Refleks Okulokardiak Refleks Sinus Karotikus : : : : : : : : : : : Simetris Intak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (+) ( + ) normal ( + ) normal
N.XII ( Hipoglosus ) Sikap lidah dalam mulut : Julur lidah Gerakan lidah Tremor : : : Simetris Baik, Tidak ada lateralisasi Baik (-)
: : :
3. Motorik
Fleksor Ekstensor
: :
Hipotonus Hipotonus
Tungkai
-
: :
Hipotonus Hipotonus
Khorea Atetosis
: :
4. Koordinasi
Statis
-
Duduk Berdiri Tes Romberg Telunjuk Hidung Jari-jari Disdiadokokinesis Dismetri Bicara Menulis
: : : : : : : : :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dinamis
-
5. Refleks
Refleks Tendo
-
: : :
++ ++ + + -
/ / / / / / / / / /
++ ++ + + -
Achilles Pes Reflex : Babinski Chaddock Oppenheim Gordon Schaeffer Hoffman Trommer : : : : : :
Refleks Abnormal
-
: :
/ /
6. Sensibilitas
Eksteroseptif - Rasa raba - Rasa nyeri - Rasa suhu Propioseptif - Rasa sikap - Rasa getar : : Baik Baik : : : Kanan dan kiri berkurang Kanan dan Kiri berkurang Tidak dilakukan
7. Vegetatif
: : : : :
8. Fungsi Luhur
Memori Bahasa : : Baik : Baik : Baik Baik Baik
9. Tanda Regresi
: : : :
: :
11.
12.Pemeriksaan Penunjang
EKG CT Scan
Assesment :
Diagnosa Klinis Diagnosa Topis Diagnosa Etoilogis : Tetraperese : Saraf Perifer : WD : Sindroma Guillain Barre DD : SNH
Programe : Diet IVFD : : I NaCl 0,9 % I RL + Neurobion / 24 Jam Mm : Ceftriaxon Garam dapur 2 x 1 gr 2 x 1 gr
Folow Up
Tanggal 10 November 2011 Keadaan Umum
Kesadaran Nadi Tekanan Darah Suhu Respirasi : : : : : E4 V5 M6 ( Composmentis ) 90 x / menit, reguler, kuat angkat 110 / 80 MmHg 37,8 C 28 x / menit
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Rangsang Meningen
a. Kaku kuduk b. Brudzinski I
: :
-/-
Laseque Kerniq
: :
> 70 / /
> 70 -
c. Brudzinski II :
2. Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius) Kanan Cavum nasi Penciuman N. II (Optikus) Visus Lihat warna
Kampus
Lapang Normosmia
: : :
Funduscopy
Tidak dilakukan
: : : : : :
- / -
Pergerakan Bola mata Pupil Reflek cahaya Langsung Konsensual : : Bentuk Isokor : : Kanan + + Bulat, letaknya ditengah, tepi rata Isokor 3mm / 3mm Kiri + + Lateral kanan Lateral kiri Atas Bawah Berputar : : : : : Baik Baik Baik Baik Baik
Reflek akomodasi
N. V (Trigeminus) Motorik - Membuka Mulut - Gerakan Rahang - Menggigit : : : Baik Baik Baik
Sensorik Reflek: - Rasa Nyeri - Rasa Raba - Rasa Suhu - Rasa Selaput Lendir Reflek Kornea Reflek Maseter : : : : Baik Baik Tidak dilakukan Tidak dilakukan : : Tidak dilakukan -
N.VII (Fasialis) Sikap wajah Mimik Angkat Alis : : : Simetris Biasa Baik,Simetris Kanan = Kiri
: : : :
Baik,Simetris Kanan = Kiri Tidak dilakukan Baik,Simetris Kanan = Kiri Baik,Simetris SNL Kanan = Kiri Tidak dilakukan
: :
Kokhlearis :
Suara bisik Gesekan jari Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach
: : : : :
Baik Baik Baik / Baik Tidak ada lateralisasi Sama dengnan pemeriksa
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus) Arkus Faring Palatum Mole Disfoni Rinolali Disfagi Batuk Menelan Mengejan : : : : : : : : Simetris Intak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
: : :
N.XII ( Hipoglosus ) Sikap lidah dalam mulut : Julur lidah Gerakan lidah Tremor Fasikulasi Atrofi Tenaga otot lidah : : : : : : Simetris Baik, Tidak ada lateralisasi Baik (-) (-) (-) Baik.
3. Motorik
Jalan
-
Langkah
Tidak di lakukan
: : :
Fleksor Ekstensor
: :
Hipotonus Hipotonus
Tungkai
-
Fleksor Ekstensor
: :
Hipotonus Hipotonus
4. Koordinasi
Statis
-
Duduk Berdiri
: :
: : : : : : :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dinamis
-
5. Refleks
Refleks Tendo
-
: : :
++ ++ + + -
/ / / / / / / / / / / /
++ ++ + + -
Achilles Pes Reflex : Babinski Chaddock Oppenheim Gordon Schaeffer Hoffman Trommer Klonus lutut Klonus Kaki : : : : : : : :
Refleks Abnormal
-
6.
Sensibilitas
Eksteroseptif Rasa raba Rasa nyeri : : Kanan dan kiri berkurang Kanan dan Kiri berkurang
Rasa suhu
Tidak dilakukan
7. Vegetatif
8.
: : : : :
Fungsi Luhur
Memori Bahasa : : Baik : Baik : Baik Baik Baik
9. Tanda Regresi
: : : :
: :
11. Laboratorium
12.Pemeriksaan Penunjang
Assesment :
Diagnosa Klinis Diagnosa Topis Diagnosa Etoilogis : : Saraf Perifer : WD : Sindroma Guillain Barre DD : SNH
Programe : Diet IVFD : : I NaCl 0,9 % I RL + Neurobion / 24 Jam Mm : Ceftriaxon Garam dapur 2 x 1 gr 2 x 1 gr
Folow Up
Tanggal 11 November 2011 Keadaan Umum
Kesadaran Nadi Tekanan Darah Suhu Respirasi : : : : : E4 V5 M6 ( Composmentis ) 90 x / menit, reguler, kuat angkat 110 / 80 MmHg 37,8 C 28 x / menit
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
13.Rangsang Meningen
a. Kaku kuduk b. Brudzinski I
: :
-/-
Laseque Kerniq
: :
> 70 / /
> 70 -
c. Brudzinski II :
14.Saraf Kranial
N.I (Olfaktorius) Kanan Cavum nasi Penciuman N. II (Optikus) Visus Lihat warna
Kampus
Lapang Normosmia
: : : :
Funduscopy
: : : : : :
- / -
Pergerakan Bola mata Lateral kanan Lateral kiri Atas : : : Baik Baik Baik
Pupil
Bawah Berputar
: :
Baik Baik
Bentuk Isokor
: : Kanan : : : + + +
N. V (Trigeminus) Motorik - Membuka Mulut - Gerakan Rahang - Menggigit : : : Baik Baik Baik
Sensorik - Rasa Nyeri - Rasa Raba - Rasa Suhu : : : Baik Baik Tidak dilakukan
Reflek:
Reflek Maseter
N.VII (Fasialis) Sikap wajah Mimik Angkat Alis Kerut Dahi Lagoftalmus Kembung Pipi Menyeringai : : : : : : : Simetris Biasa Baik,Simetris Kanan = Kiri Baik,Simetris Kanan = Kiri Tidak dilakukan Baik,Simetris Kanan = Kiri Baik,Simetris SNL Kanan = Kiri Tidak dilakukan
: :
Kokhlearis :
Suara bisik Gesekan jari Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach
: : : : :
Baik Baik Baik / Baik Tidak ada lateralisasi Sama dengnan pemeriksa
N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus) Arkus Faring Palatum Mole Disfoni Rinolali Disfagi Batuk Menelan Mengejan Refleks Faring Refleks Okulokardiak Refleks Sinus Karotikus : : : : : : : : : : : Simetris Intak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (+) ( + ) normal ( + ) normal
N.XII ( Hipoglosus ) Sikap lidah dalam mulut : Julur lidah Gerakan lidah Tremor Fasikulasi Atrofi : : : : : Simetris Baik, Tidak ada lateralisasi Baik (-) (-) (-)
Baik.
15.Motorik
Jalan
-
: : : :
Fleksor Ekstensor
: :
Hipotonus Hipotonus
Tungkai
-
Fleksor Ekstensor
: :
Hipotonus Hipotonus
: : : : :
16.Koordinasi
Statis
-
Duduk Berdiri Tes Romberg Telunjuk Hidung Jari-jari Disdiadokokinesis Dismetri Bicara Menulis
: : : : : : : : :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Dinamis
-
17.Refleks
Refleks Tendo
-
: : :
++ ++ + + -
/ / / / / /
++ ++ + + -
Refleks Abnormal
-
: : : : : :
/ / / / / /
18. Sensibilitas
Eksteroseptif Rasa raba Rasa nyeri Rasa suhu : : : Kanan dan kiri berkurang Kanan dan Kiri berkurang Tidak dilakukan
19.Vegetatif
20. Fungsi
: : : : :
Luhur
Memori Bahasa : : Baik : Baik : Baik Baik Baik
21.Tanda Regresi
: : : :
: :
23. Laboratorium
24.Pemeriksaan Penunjang
Assesment :
Diagnosa Klinis Diagnosa Topis Diagnosa Etoilogis : : Saraf Perifer : WD : Sindroma Guillain Barre DD : SNH
Mm
2 x 1 gr 2 x 1 gr
RESUME
Pasien seorang wanita 34 tahun datang dengan keluhan lemas pada seluruh badan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Kelurah berawal dari lemas pada ke dua tangannya yang berawal dari ujung jari yang merambat keatas, kemudian pasien mulai merasa lemas pada ke dua tungkainya, namun pasien masih dapat berjalan 30 menit kemudian pasien terjatuh karina kakinya menjadi semakin lemas sehinga tidak dapat menggerakan kakinya lagi, kemudian perut terasa keram dan berlanjut ke dada sehingga pasien merasa sesak. Pasien sempat dirawat di RS pasarebo selama tiga hari, Setelah itu pasien pulang dan dirawat di rumah, pasien juga mengeluh muncul borok pada bokongnya. Riwayat Batuk Pilek, Diare, Demam, Vaksinasi dan hamil di sangkal oleh pasien. Riwayat Kencing manis, Daranh tinggi, Sakit jantung, Alergi di sangkal.
Keadaan Umum :
Kesadaran Nadi Tekanan Darah Suhu Respirasi : : : : : E4 V5 M6 ( Composmentis ) 90 x / menit, reguler, kuat angkat 110 / 80 MmHg 37,8 C 28 x / menit
Pemeriksaan Neurologis :
1. Rangsang Meningen 2. Saraf Kranial 3. Motorik
: Dalam batas normal : Dalam batas normal : Derajat kekuatan otot ( 0-5 ) 3333 2233 1111 1111 : Hipotonus.
Tonus otot (hiper,normo,hipo,atoni) Refleks Fisiologis - Biseps - Triseps - Knee Pes Reflex - Achilles Pes Reflex Refleks Abnormal : : : : : :
4. Refleks :
++ ++ + + (-)
/ / / /
++ ++ + +
: :
: :
Baik Baik Kateter Pampers Baik (-) : : Teraba, tidak keras, nyeri (-) Tidak teraba
6. Vegetatif Miksi : Defekasi : 7. Fungsi Luhur : 8. Tanda Regresi : 9. Palpasi Saraf Tepi N. Ulnaris N.Aurikularis Magnus
10. Laboratorium
Na
11. Pemeriksaan Penunjang
: :
Assesment :
Diagnosa Klinis Diagnosa Topis Diagnosa Etoilogis : : : Tetraparese Saraf Perifer WD DD : : Sindroma Guillain Barre SNH.
Programe :
Diet IVFD
Mm
Ceftriaxon
2 x 1 gr
Garam dapur 2 x 1 gr
Prognosis :
- Ad vitam - Ad sanasionum - Ad fungsionum :Dubia at bonam :Dubia at bonam :Dubia at bonam