Bab Ii
Bab Ii
1 Dasar Teori
Pencemaran industri di beberapa daerah telah dirasakan membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Pencemaran air adalah adanya kontaminasi air oleh materi asing seperti mikroorganisme, zat kimia, dan bahan buangan atau limbah . Pencemar utama air adalah sebagai berikut : limbah rumah tangga dan limbah lain yang mengandung banyak materi karbon organic, sehingga untuk dekomposisi limbah tersebut diperlukan banyak oksigen, pupuk pertanian yang dapat merangsang pertumbuhan tumbuhan air secara berlebihan (eutrofikasi), sehingga akhirnya dapat mengakibatkan penurunan kadar oksigen badan perairan dan menimbulkan bau tidak enak, bahan kimia organic misalnya pestisida dan surfaktan pada detergen, minyak, mineral anorganik dan bahan kimia anorganik, sedimen yang terdiri dari tanah dan partikel mineral yang berasal dari lahan pertanian, pertambangan, dan daerah padat penduduk di perkotaan yang terbawa oleh aliran air hujan, bahan radioaktif yang berasal dari tambang uranium dan thorium, pembangkit listrik tenaga nuklir, kegiatan industri, medis serta penelitian yang menggunakan bahan radioaktif. Untuk dapat melaksanakan pembangunan selanjutnya, masalah tersebut diatas perlu diwaspadai sejak sekarang, yang antara lain dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan juga sumber daya manusia untuk dapat mengolah limbah industri yang telah dihasilkan dalam proses penanganan sisasisa industri dan pengelolahan limbah, diketahui beberapa cara antara lain sebagai berikut : 1. Penanganan secara fisik Digunakan untuk menangani sisa-sisa industri pada umumnya serupa dengan yang digunakan untuk menangani air buangan sehingga cocok disalurkan II-1
II-2
Bab II Tinjauan Pustaka
kedalam air-air penerima. Dapat berfungsi sebagai metode untuk mengubah limbah sehingga sesuai untuk disalurkan ke dalam saluran- saluran air kotor warga kota. Dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Sedimentasi b. Filtrasi c. Pengapungan d. Sentrifugasi e. Flokulasi ( mekanis dan kimiawi ) f. Adsorbsi (Mahida, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri Kimia.hal.440) 2. Penanganan secara kimia Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahanbahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasikoagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-3
Bab II Tinjauan Pustaka
dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida.Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia. Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organic yang ada dalam sample air, dimana pengoksidasi yang bisa digunakan yaitu K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Dilakukan bila sisa- sisa industri tersebut sedemikian hingga menghalangi kegiatan-kegiatan mikrobiologis, mengganggu proses biologis dan membuatnya kurang efisien dari biasanya. (www.wattpad.com/pengolahan-limbah-cair) 3. Penanganan secara biologis Penanganan limbah limbah industri bersama sama dengan kotoran warga kota adalah cara yang paling memuaskan dan seringkali merupakan cara penanganan limbah yang paling murah. Walaupun penanganan penanganan biologis telah di standarisasikan untuk penanganan buangan domestic, hal itu tidak dapat diberlakukan untuk sampah yang bercampur dengan sejumlah besar limbah industri. Banyaknya ragam limbah industri dan variasi kadar serta karakteristik limbah dari sebuah industri, membuat standarisasi semacam itu hamper mustahil dan limbah yang berbeda- beda harus ditangani secara terpisah. Meskipun pada umumnya proses-proses penanganan limbah secara biologis untuk industri serupa dengan untuk kotoran domestik, perincian operasioperasi serta reaksi
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-4
Bab II Tinjauan Pustaka
dari berbagai prosesnya tidak perlu harus serupa dengan yang untuk kotoran. Limbah industri yang mengandung zatzat pencemar yang dapat dibusukkan dengan kegiatan mikroba cepat menanggapi penanganan biologis. Dalam hal ini yang berguna adalah perbandingan nilai BOD selama 4 jam. Bila perbandingan ini kuran dari tiga,limbah dapat lebih mudah menerima penanganan biologis. Penangananpenanganan tersebut termasuk anaerobik dan aerob. (Mahida, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri Kimia.hal.450)
KARAKTERISTIK LIMBAH
Bahan buangan baik dari industri pada umumnya diolah terlebih dahulu dengan cara memasukkan oksigen (aerasi), sehingga bakteri dapat mempergunakan bahan buangan (limbah) tersebut sebagai bahan makanan. Persamaan pada umumnya adalah sebagai berikut : Bahan buangan + oksigen BakterI Bahan buangan olahan + bakteri baru
( John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 3 )
Sehingga terdapat 3 dasar cara untuk menyatakan kebutuhan oksigen untuk suatu bahan buangan (limbah ).
II-5
Bab II Tinjauan Pustaka
tidak dapat dihitung, tetapi dapat diperkirakan dengan kebutuhan oksigen kimiawinya. 2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi ( Chemical Oxygen Demand ) Kebutuhan oksigen kimiawi diperoleh dengan cara mengoksidasikan bahan buangan ( limbah ) dengan larutan asam dikromat yang mendidih. Proses ini dapat mengoksidasi hampir semua senyawa organik menjadi karbon dioksida dan air, dan biasanya reaksi dapat berlangsung sampai lebih dari 95 %. Keuntungan pengukuran C.O.D adalah karena hasilnya dapat diperoleh dengan sangat cepat ( dalam waktu 3 jam ), tetapi kerugian dari proses ini adalah hasil yang didapatkan tidak dapat memberikan informasi mengenai proporsi bahan buangan (limbah) yang dapat dioksidasi oleh bakteri ataupun pada tingkatan dimana biooksidasi mungkin terjadi.
II-6
Bab II Tinjauan Pustaka
telah dilakukan menunjukkan perbandingan perkiraan sebagai berikut : B.O.D5 / C.O.D = 0,5 B.O.Dw / B.O.D5 = 1,5 Adanya limbah yang berasal dari industri dan pertanian sangat mungkin merubah perbandingan tersebut. ( John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 5)
II-7
Bab II Tinjauan Pustaka
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parahjika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam. 2. Perubahan warna, bau dan rasa Air normak dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa. 3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendapdidsar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari : Bahan buangan padat Bahan buangan organik Bahan buangan anorganik (www.wattpad.com/pengolahan-limbah-cair)
II-8
Bab II Tinjauan Pustaka
II-9
Bab II Tinjauan Pustaka
Proses pengolahan limbah dengan cara biologis pada prinsipnya dibedakan atas dua cara : aerobik dan anaerobik. Perbedaan kedua cara tersebut adalah di dalam proses aerobik sangat tergantung pada konsentrasi oksigen, sedangkan pada
II-10
Bab II Tinjauan Pustaka
proses anaerobik sebaliknya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : Proses aerobik Bahan organik + O2 CO2 + H2O Proses anaerobik tanpa O2 Bahan organik CO2 + CH4
(Judjono Suwarno. 2003. hal 4)
Proses pengolahan limbah secara anaerob adalah metode yang efektif untuk pengolahan limbah dari berbagai jenis limbah organik. Proses anaerobik pada prinsipnya sama dengan proses aerobik, hanya saja dalam proses ini yang digunakan sebagai sarana pembantu mikroorganisme yang bersifat anaerobik. Yang paling mendasar dalam proses anaerobik adalah terjadinya dua tahapan proses yang saling kontradiksi, yaitu : a. Pada tahap I berlangsung proses asidifikasi, dimana pada proses ini terjadi pembentukan asam seperti : asam asetat, asam format, dan lain-lain. Kondisi ini jelas berlangsung dalam suasana asam. b. Pada tahap II berlangsung proses methanasi, dimana pada fase ini terjadi degradasi dari asam-asam asetat, format dan lain-lain, menjadi senyawa gas methan. Kondisi ini berlangsung dalam suasana basa sehingga pH akan naik kembali.
(John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 10)
OKSIDASI AEROBIK
Bakteri mengoksidasi bahan buangan untuk mendapatkan energi yang cukup bagi dirinya agar mampu mensintesakan molekul yang kompleks, misalnya protein dan polisakarida yang dibutuhkannya untuk membentuk sel baru. Jadi, metabolisme bakteri mempunya dua komponen : katabolisme ( berarti menguraikan) untuk mendapatkan energi dan anabolisme ( berarti membangun ) untuk mensintesis sel baru. Oksidasi bahan buangan disebut aerobik bila
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-11
Bab II Tinjauan Pustaka
mempergunakan oksigen molekuler sebagai agen pengoksidasi terminal, Adalah cukup jelas tetapi terlalu sederhana karena reaksi anabolic dan katabolic tidak dapat dibedakan, juga tidak menyebutkan otolisis yang merupakan bentuk katabolisme yang penting. Tiga persamaan berikut ini menjelaskan proses ini secara terpisah : Katabolisme CxHyOz N + O2 bakteri CO2 + H2O + NH3 + energi Bahan organic Anabolisme CxHyOz N + energi Otolisis C5H7NO2 + 5 O2 bakteri 5 CO2 + NH3+ 2H2O + energi Sebagai pedoman umum, sepertiga dari BOD yang tersedia dipergunakan untuk reaksi katabolic dan dua pertiganya untuk reaksi anabolik. Persamaan otolisis tidak berlanjut sampai tuntas karena kira-kira 20-25% dari massa sel resisten terhadap degradasi aerobic
( John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 11-12 )
bakteri
C5H7NO2
II-12
Bab II Tinjauan Pustaka
Settled Waste Water Treated effluent Cell Recycle Solid to treatment or disposal
II-13
Bab II Tinjauan Pustaka
NUTRIEN Air limbah rumah tangga mengandung nutrient yang kirakira seimbang bagi pertumbuhan bakteri, tetapi beberapa macam buangan industri mengandung nitrogen dan fosfor yang tidak mencukupi kebutuhan. Perbandingan BOD S : N : P harus kira-kira 100:5: 1
(John Wiley & Sons Chichester.1975. hal 12)
Zat pengoksidasi kimia telah lama digunakan untuk pengukuran oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi pada air yang terpolusi. Larutan Dermangan Dermanganate sudah lama digunakan dan hasilnya menunjukkan oksigen yang dikonsumsi dari Dermanganate. Oksidasi disebabkan oleh 13ermanganate merupakan Dermanga besar yang berperan pada berbagai macam senyawa, dan derajat oksidasi sebanding dengan jumlah reagen yang digunakan. Nilai oksigen dibutuhkan kurang dari 5 hari dari nilai B.O.D. Fakta ini menunjukkan ketidak mampuan dari permanganat untuk mengoksidasi partikel sampai titik terakhir. (Soemarwoto, otto.1981. hal 477) Ceric sulfat, potassium iodat dan potassium dikromat adalah zat pengoksidasi yang lain telah lama dipelajari, untuk penentuan C.O.D. Potasium dikromat telah ditemukan paling praktis dari semua zat pengoksidasi. Sejak potasium dikromat mampu mengoksidasi dengan hampir sempurna semua jenis senyawa organik menjadi karbondioksida dan air. Hal ini relatif mudah untuk mengukur potasium dikromat berlebih. Potassium Dikromat untuk mengoksidasi senyawa organik, larutannya harus dalam keadaan asam kuat. Potassium Dikromat relatif lebih murah dimana dapat diperoleh dengan kemurnian yang tinggi, secara analitik, reagent grade setelah pengeringan pada suhu 103 oC dapat dipergunakan untuk mempersiapkan larutan axact normality dengan cara, secara langsung menimbang dan melarutkan pada volume tertentu. Ion Dichromat adalah zat pengoksidasi dalam larutan asam
II-14
Bab II Tinjauan Pustaka
kuat, sehingga mekanisme reaksi yang akan terjadi adalah sebagai berikut : CHO + Cr2O72- + H+ 2 Cr3+ + CO2 + H2O Senyawa organik (Soemarwoto, otto.1981. hal 477). Proses-proses penanganan secara fisik yang digunakan untuk menangani sisa-sisa industri pada umumnya serupa dengan yang digunakan untuk menangani air buangan sehingga cocok disalurkan kedalam air-air penerima. Prosesproses semacam itu juga dapat berfungsi sebagai metode untuk mengubah limbah sehingga sesuai untuk disalurkan kedalam saluran-saluran air kotor warga kota. Pilihan penanganan fisik karenanya akan tergantung pada karakter buangan, sifat dan jumlah zat padat serta tujuan diperlukannya penanganan. Pengetahuan mengenai ciri-ciri khusus limbah industri pada umumnya sudah cukup untuk memungkinkan perencana memutuskan tipe penanganan fisik yang cocok. (Soemarwoto, otto.1981. hal 478) Sedimentasi biasanya mengambil bentuk proses-proses yang serupa dalam penanganan buangan. Apabila limbah yang akan ditangani mengandung zat-zat yang daya busuknya tinggi sekali, endapan harus terus-menerus diangkat karena pembusukan didalam tangki-tangki pengendapan bisa menghasilkan gelembung-gelembung gas yang menyebabkan zat-zat padat naik kepermukaan, membentuk buih, dan menimbulkan keadaan - keadaan yang sangat mengganggu. Saringan dari bahan-bahan yang kasar seperti kokas, pasir dan bahan serupa lainnya digunakan untuk filtrasi kasar dan pengangkatan zat-zat padat dari sisa-sisa industri. Filter-filter vakum digunakan dalam menangani limbah yang mengandung sedikit zat koloid.
II-15
Bab II Tinjauan Pustaka
NUTRIEN UREA
Nutrien atau hara adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau fisiologi organisme. Nutrien biasanya dikategorikan menjadi nutrien yang menyediakan energi dan yang digunakan sebagai komponen untuk tubuh atau struktur sel. Suatu nutrien disebut esensial bagi organisme jika zat tersebut tidak dapat disintesis oleh organisme dan harus dipenuhi dari sumber makanan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Nutrien)
Nutrien utama , secara tradisional diklasifikasikan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan , sifat kimia dan fungsinya dalam tubuh. Nutrien terutama dibedakan menjadi makronutrien dan mikronutrien. 1. Makronutrien diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh biasanya dalam kisaran puluhan gram. Makronutrien dalam diet meliputi karbohidrat, lemak dan protein. - Karbohidrat dan lemak merupakan penyuplai energi utama, meskipun protein juga dapat menghasilkan energy. - Ketiganya memiliki peran structural, yang terpenting dalam hal ini adalah protein. - Ketiganya mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen, selain itu protein juga mengandung nitrogen dan beberapa protein mengandung sulfur.
2. Mikronutrien adalah zat yang dibutuhkan atau yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, biasanya diukur dalam kisaran milligram atau microgram.Mikronutrien mencakup mineral dan vitamin. Urea merupakan senyawa yang tidak berwarna ,tidak berasa dan tidak berbau. Sedangkan urea yang sudah dioalah menjadi butiran memiliki sifat fisik antara lain berbentuk
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-16
Bab II Tinjauan Pustaka
butiran padat berwarna putih,memiliki bau khas,higroskopis, dan mudah larut dalam air. Urea memiliki manfaat bagi kehidupan manusia yaitu dapat menunjang pertumbuhan tanaman karena urea mengandung kadar nitrogen yang cukup besar, dan nitrogen adalah salah satu unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman maupun bakteri untuk merkembangbiak. Dalam mempelajari nutrient urea, perlu diketahui tentang : Struktur dan karakteristik nutrient Makanan apa yang merupakan sumber utamanya Bagaimana nutrient tersebut diproses dalam saluran cerna, diserap, diangkut dan disimpan Dalam bentuk apakah nutrient tersebut digunakan, apa yang menentukan penggunnanya, bagaimana dan dalam kondisi apa nutrient tersebut dimobilisasi, bagaimana kelebihan nutrient
(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/2137639-klasifikasinutrien/#ixzz2CSUep5JV)
GLUKOSA
monosakarida terpenting kadang-kadang disebut gula darah (karena dijumpai dalam darah), gula anggur (karena dijumpai dalam buah anggur), atau dekstrosa (karena memutar bidang polarisasi ke arah kanan) (Gambar 1.4). Glukose adalah suatu aldoheksosa yang terdapat dalam jumlah banyak, diikuti dengan galaktosa dan manosa.
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-17
Bab II Tinjauan Pustaka
utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan proteoglikan. Kebutuhan akan glukosa dalam industri semakin meningkat seiring dengan pemenuhan kebutuhan makanan, minuman, dan bahan baku pembuatan bahan kimia maupun obat-obatan. Produksi glukosa merupakan langkah awal dan penting dari konversi selulose menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dan mempunyai berat molekul yang lebih rendah serta membuka lapangan yang luas bagi berbagai bahan kimia, termasuk potensi untuk mensitesa polimer polimer yang pada saat ini produksinya bertumpu pada minyak bumi dan gas alam dengan proses petrokimia.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Glukosa)
REAGENSIA
Reagen adalah suatu zat kimia yang digunakan untuk menimbulkan reaksi zat kimia. Dimana penentuan reagen sangat penting dalam pengolahan air limbah, karena dengan reagen yang sesuai, hamper semua polutan yang terdapat didalam air limbah dapat dihilangkan dengan mudah. Pemilihan reagen yang sesuai aka menghilangkan logam berat,bau, warna, dan polutan limbah yang lain.
(http://husainnur.wordpress.com/2010/12/25/pengolahan-air-limbah/)
Berdasarkan jenisnya, reagensia itu sendiri terbagi dalam dua kelompok, yaitu: 1. Reagensia Kualitatif Reagen dalam pembuatannya tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, pengukuran volume dan beratnya tidak harus menggunakan neraca analitik, tidak menunutut digunakan bahan kimia yang murni ataupun menggunakan alat-alat
II-18
Bab II Tinjauan Pustaka
gelas tertentu. Misalnya : Amylum, Asam Sulfat (H2SO4), dll. 2. Reagensia Kuntitatif Reagen yang dalam pembuatanya memrlukan ketelitian yang tinggi, penimbanagnnya harus menggunakan neraca analitik dan pengukurannya harus dengan alat ukur kuantitatif. Misalnya : Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Oksalat (H2C2O4), K2Cr2O7, dll.
(http://totokanaliskesehatan.blogspot.com/2010/05/nich-yangkedua.html)
BATU DIDIH
Batu didih adalah benda yang kecil, bentuknya tidak rata, dan berpori, yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang sedang dipanaskan. Biasanya, batu didih terbuat dari bahan silika, kalsium karbonat, porselen, maupun karbon. Batu didih sederhana bisa dibuat dari pecahan-pecahan kaca, keramik, maupun batu kapur, selama bahan-bahan itu tidak bisa larut dalam cairan yang dipanaskan. Fungsi penambahan batu didih ada 2, yaitu: 1. Untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan. 2. Untuk menghindari titik lewat didih. Pori-pori dalam batu didih akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil pada batu didih). Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa menimbulkan letupan/ledakan (bumping). Batu didih tidak boleh dimasukkan pada saat larutan akan mencapai titik didihnya. Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang sudah hampir mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah yang besar secara tiba-tiba. Hal ini bisa
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-19
Bab II Tinjauan Pustaka
menyebabkan ledakan ataupun kebakaran. Jadi, batu didih harus dimasukkan ke dalam cairan sebelum cairan itu mulai dipanaskan. Jika batu didih akan dimasukkan di tengah-tengah pemanasan (mungkin karena lupa), maka suhu cairan harus diturunkan terlebih dahulu. Sebaiknya batu didih tidah digunakan secara berulangulang karena pori-pori dalam batu didih bisa tersumbat zat-zat pengotor dalam cairan.
(http://kafekimia.blogspot.com/2009/03/batu-didih.html)
II-20
Bab II Tinjauan Pustaka
II-21
Bab II Tinjauan Pustaka
kapasitas 3 m3/jam, (8) pipa PVC dengan diameter 32 mm, dan (9) sekop. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sludge, EM4, jerami padi varietas IR 64, sampah organik halaman, dan pupuk NPK. Analisis Karakteristik Bahan Baku dan Kompos Timbulan sludge diukur volume dan berat jenisnya guna mendapatkan berat sludge yang dihasilkan. Karakterisasi sludge, jerami, dan sampah organik halaman yang diukur meliputi parameter pH, kadar air, volatile solid, bahan organik (C), Nitrogen (N) total Kjehdahl, dan fosfor (P). Kadar air dan volatile solid dianalisis dengan menggunakan metoda gravimetri (Pichtel, 2005). N total organik dianalisis dengan menggunakan metoda Kjeldahl sedangkan parameter P dianalisis menggunakan metoda spektrofotometri (Eaton, Clesceri, dan Greenberg, 1995). Kompos yang telah matang dianalisis unsur haranya, yaitu C, N, P, dan kalium (K). Parameter K dianalisis menggunakan metoda flame photometric (Eaton, Clesceri, dan Greenberg, 1995) Pengomposan Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah (1) jenis sampah organik, aitu jerami dan sampah organik halaman, (2) penambahan dan tanpa penambahan iostimulan, serta (3) metoda aerasi, yaitu konvensional dan aerated pile. Bahan yang dikomposting sebesar 10 L. Komposisi bahan pencampur sebesar 70% dari volume total. Bahan pencampur yang akan digunakan dicacah hingga mencapai ukuran sebesar 3-6 cm. Selanjutnya sludge dan bahan pencampur dicampur. Sludge yang akan dikomposting diatur kadar air dan rasio C/N-nya dalam kondisi optimum. Pengaturan kadar air ini dilakukan dengan penjemuran secara alami, yaitu dengan pemanasan sinar matahari hingga bahan kompos mencapai kadar air berkisar 40-60%. Rasio C/N diatur sebesar 25-35, apabila unsur N yang kurang dapat 3 ditambahkan pupuk NPK. Penambahan pupuk NPK ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS
II-22
Bab II Tinjauan Pustaka
kompos, khususnya unsur hara seperti P dan K dalam kompos yang dihasilkan. Pengomposan yang dilakukan menggunakan biostimulan EM4 dan tanpa penambahan biostimulan. Penambahan biostimulan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan serta memparcepat proses pengomposan (Isroi, 2009; Sulistyawati, Mashita, dan Choesin, 2008). EM4 yang ditambahkan sebesar 5% dari volume bahan komposting. Aerasi secara konvensional dilakukan dengan pembalikan kompos tiap hari selama 2 bulan pertama dan dilanjutkan 2 hari sekali hingga kompos matang. Proses pengomposan pada sistem aerated pile, suplai udara yang dinjeksikan sebesar 0,6 L/menit.kg selama 2 bulan pertama dan dilanjutkan 0,4 L/menit.kg hingga kompos matang. Pengaturan suplai udara pada tiap reaktor dilakukan dengan pengaturan jumlah orifice pada pipa di tiap reaktor. Temperatur proses pengomposan diukur setiap hari. Karakteristik kompos, meliputi rasio C/N, pH dan kadar air diperiksa setelah pengomposan 2 minggu yang kemudian diukur tiap 2 minggu sekali. Apabila rasio C/N mencapai 10-20 maka kompos telah matang (SNI:19-7030-2004). Karakteristik sludge dari pengolahan air limbah MIZONE yang terkait dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku kompos adalah nitrogen total Kjeldahl 0,47-1,54% dan fosor total 0,24-0,31 mg/L. Sludge mudah menggumpal sehingga kurang baik untuk dikompos tanpa campuran sampah organik. Pengomposan optimum yang direkomendasikan adalah pengomposan sludge dicampur dengan sampah organik halaman dan diolah dengan metoda konvensional selama 8 minggu. Unsur hara kompos yang dihasilkan tersebut memenuhi spesifikasi kompos (SNI:197030-2004). Saran dari penelitian ini adalah diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemakaian kompos yang dihasilkan dari sludge dan sampah organik terhadap tanaman serta efek toksik sludge terhadap pertumbuhan mikroorganisme dalam pengomposan.
Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS