Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Motor asinkron 3-fasa ada 2 macam, yaitu motor asinkron belitan dan

motor asinkron rotor sangkar. Motor asinkron rotor sangkar mempunyai bagian-bagian stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang berputar). Stator terdiri dari rumah motor (enclosure). Pada bagian dalam terdapat inti stator yang berupa laminasi pelat-pelat baja tipis terisolasi satu sama lain, slot belitan stator (alur) yaitu tempat menempatkan belitan pada stator . Pada bagian luar stator sirip pendingin motor, yang berguna untuk membuang panas yang berasal dari rugi-rugi pada motor, juga terdapat terminal motor di mana hubungan ke rangkaian luar motor dilakukan. Pada bagian lain terdapat papan nama (name plate) motor, berisi data motor yang meliputi tegangan, arus, frekuensi kerja serta jumlah fasa, kelas isolasi, hubungan belitan dan lain-lain. Bantalan dan as terdapat pada sumbu motor dan merupakan pertemuan bagian stator dan rotor. Rotor terdiri dari suatu massa inti rotor dengan batang-batang Al atau Cu yang merupakan belitan rotor yang dihubung singkat dengan suatu ring pada kedua ujung sisi rotor. Rotor menyatu konstruksi dengan as motor. Pada ujung as sebelah lain sisi beban, sering dipasang sudut-sudut fan pendingin yang ikut berputar dengan putaran as- rotor.

1.2 Rumusan Masalah Adapun pembahasan sebagai batasan masalah dalam makalah ini adalah analisa mesin asinkron, rangkaian ekuivalen dan karakteristik motor asinkron. 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai tugas yang harus dipenuhi dan juga penulis mengharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Page | 1

BAB II PEMBAHASAN Motor AC asikron 3 fasa banyak digunakan pada mesin-mesin penggerak di Industri karena daya keluaran mesin mesin tersebut lebih besar dari 1. Adapun kelebihan dan kekurangan motor induksi bila dibandingkan dengan jenis motor lainnya, adalah : Kelebihan Motor Induksi Mempunyai konstruksi yang sederhana. Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yanglainnya. Menghasilkan putaran yang konstan. Mudah perawatannya. Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak mula. Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi. Kekurangan Motor Induksi Putarannya sulit diatur. Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal

Rangkaian Ekivalen
Rangkaian Ekivalen Lengkap. Untuk menentukan rangkaian ekuivalen dari motor induksi tiga fasa, pertama-tama perhatikan keadaan pada stator. Gelombang fluks pada celah udara yang berputar serempak membangkitkan ggl lawan 3 phasa yang seimbang didalam fasa stator. Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh tegangan pada impedansi stator, sehingga dapat dinyatakan persamaan:

Arus pada stator (I1) terbagi menjadi dua bagian yaitu I2 dan I0. Arus I0 ini terbagi lagi menjadi dua komponen, yaitu komponen pemagnetan Im dan komponen beban Ic. Arus Im menghasilkan medan magnet pada celah udara sedangkan arus Ic akan menghasilkan rugirugi inti. Arus Ic ini sefasa dengan E1 sedangkan arus Im ketinggalan terhadap E1 sebesar 900. Sehingga dapat dibuat rangkaian ekuivalen pada stator seperti gambar berikut.

Page | 2

Pada rotor belitan, jika belitan yang dililit sama banyaknya dengan jumlah kutub dan fasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap pasa pada lilitan stator banyaknya a kali jumlah lilitan. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan yang terdapat pada rotor ekuivalen megnetis yang mempunyai jumlah lilitan yang sama seperti stator. Untuk kecepatan dan fluksi yang sama, hubungan antara E2 yang diimbaskan pada rotor yang sebenarnyadan tegangan E2 yang dimbaskan pada rotor ekuivalan adalah:

Bila rotor-rotor diganti secara magnetis, lilitan ampere masing-masing harus sama dan hubungan antara arus rotor sebenarnya I2 dan arus I2 pada rotor ekuivalen haruslah:

Akibat hubungan impedansi bocor Z2 dari rotor ekuivalen dan impedansi bocor Z2 dari rotor yang sebanarnya haruslah sebagai berikut:

Karena rotor terhubung singkat, hubungan fasor antara ggl frekuensi slip E2 yang dibangkitkan pada fasa patokan dari rotor patokan dan arus I2 pada fasa tersebut adalah

Page | 3

Raektasnsi pada persamaan diatas dinyatakan dala,m denag cara yang demikian, karena sebanding denga frekuensi rotor dan slip. Jadi X2 didefenisikan sebagai harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada frekuensi stator. Pada rotor stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron. Gelombang fluks ini mengakibatkan tegangan pada rotor dengan frekuensi slip sebesar E2s. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah s kali kecepatan terhadap rotor, hubungan antara ggl induksi adalah:

Dan

Didapat hubungan bahwa :

jika

persamaan

dibagi

dengan

maka

didapat:

Maka dapat digambarkan rangkaian ekuivalen pada rotor sebagai berikut

Page | 4

Pada saat rotor akan berputar, tegangan yang diinduksikan pada belitan rotor E2. Sehingga rangkaian ekuivalennya sebagai berikut:

Untuk mempermudah perhitungan rangakian ekuivalen motor induksi tiga pasa digambarkan sebagai berikut.

Dimana:

Penentuan Parameter Rangkaian


a) Pengukuran Resistansi. Resistansi belitan stator maupun belitan rotor dapat diukur. Namun perlu diingat bahwa jika pengukuran dilakukan dengan menggunakan metoda pengukuran arus searah dan pengukuran dilakukan pada temperatur kamar, harus dilakukan koreksi-koreksi. Dalam pelajaran lebih lanjut kita akan melihat bahwa resistansi untuk arus bolak-balik lebih besar dibandingkan dengan resistansi pada arus searah karena adanya gejala yang disebut efek kulit. Page | 5

Selain dari itu, pada kondisi kerja normal, temperatur belitan lebih tinggi dari temperatur kamar yang berarti nilai resistansi akan sedikit lebih tinggi. 1. Uji Beban nol. Dalam uji beban nol stator diberikan tegangan nominal sedangkan rotor tidak dibebani dengan beban mekanis. Pada uji ini kita mengukur daya masuk dan arus saluran. Daya masuk yang kita ukur adalah daya untuk mengatasi rugi tembaga pada beban nol, rugi inti, dan daya celah udara untuk mengatasi rugi rotasi pada beban nol. Dalam uji ini slip sangat kecil, arus rotor cukup kecil untuk diabaikan sehingga biasanya arus eksitasi dianggap sama dengan arus uji beban nol yang terukur. 2. Uji Rotor Diam. Uji ini analog dengan uji hubng singkat pada transformator. Dalam uji ini belitan rotor di hubung singkat tetapi rotor ditahan untuk tidak berputar. Karena slip s = 1, maka daya mekanis keluaran adalah nol. Tegangan masuk pada stator dibuat cukup rendah untuk membatasi arus rotor pada nilai yang tidak melebihi nilai nominal. Selain itu, tegangan stator yang rendah (antara 10 20 % nominal) membuat arus magnetisasi sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Rangkaian ekivalen dalam uji ini adalah seperti pada Gambar. Perhatikan bahwa kita mengambil tegangan fasa-netral dalam rangkaian ekivalen ini.

Jika Pd adalah daya tiga fasa yang terukur dalam uji rotor diam, Id adalah arus saluran dan Vd adalah tegangan fasa-fasa yang terukur dalam uji ini, maka:

Jika kita menggunakan rangkaian ekivalen pendekatan, pemisahan antara X1 dan X2 tidak diperlukan dan kita langsung memanfaatkan Xe.

Page | 6

Karakteristik Kerja Motor Asinkron

a) Karakteristik T-N motor dan beban

b) Diagram kerja motor

Gambar 2.4. Operasi motor asinkron.

Pada gambar tersebut terlihat bahwa keseimbangan putaran terjadi pada n=N di mana pada saat itu kopel beban = kopel putar motor. Daya mekanis keluar motor saat itu :

Bila saat itu motor mendapat tegangan catu 3-fasa V dan arus jala-jala I dengan faktor kerja = cos maka daya masuk motor Pin =3xVxI cos sehingga efisiensi motor

Pada saat start, motor mendapat momen/ kopel percepatan sebesar:

T : Kopel percepatan motor saat start


a S

T : Kopel start motor T : Kopel lawan dari beban saat start


SB

Page | 7

Dari hubungan itu terlihat bahwa kecepatan start motor adalah tergantung pada tegangan masuknya. Untuk motor yang sama, , selanjutnya diagram pada

Gambar 2.4.a memperlihatkan karakteristik motor asinkron dalam melayani beban. Pada beban yang lebih besar, waktu start motor akan lebih panjang, arus kerja motor lebih tinggi dan putaran kerja motor lebih rendah. Sementara itu oleh besarnya arus motor, temperatur kerja motor akan lebih tinggi pula. Batas pembebanan motor ditentukan oleh batas kenaikan temperatur yang terjadi yang masih dapat ditolerir oleh isolasi belian motor. Tiap jenis isolasi beliatan motor mempunyai batas temperatur kerja maksimum sendiri-sendiri yang tak boleh terlewati. Bila terlewati maka isolasi belitan tersebut akan rusak hingga terjadi hubung singkat yang kemudian membakar isolasi belitan motor. Gambar 2.4. Diagram perjalanan waktu dari arus dan putaran motor untuk dua macam pembebanan

Gambar 2.5. Diagram perjalanan waktu dari arus dan putaran motor untuk dua macam pembebanan.

Page | 8

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Harga I generator maupun motor akan semakin besar dibandingkan dengan harga I generator maupun motor tanpa beban. Perputaran motor akan menurun pada penambahan beban S. Harga cos cenderung meningkat pada penambahan beban. Rugi daya yang timbul dapat berasal dari panas belitan motor dan generator, serta sambungan antara generator dan motor yang kurang baik. Rugi daya ini menyebabkan daya motor tidak sama dengan daya generator. Tegangan pada motor tidak menurun pada penambahan/ pengurangan beban.

SARAN Untuk penulis makalah generasi berikutnya, agar menggunakan makalah ini sebagai sumber referensi dan semoga bermanfaat.

Page | 9

DAFTAR PUSTAKA

http//:www.google/motor-ac-asinkron-3-f http//:www.google/motor-asinkron1 http//:www.google/motor asinkron/universitas-sumatera-utara http//:www.google/analisis_karakteristik_motor_induksi_sebagai_generator_(misg) http//:www.google/motor_asinkron_Chapter_II

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai