Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH HUKUM MUAMALAH MENGENAI FUNGSI PASAL 29 UUD 1945 dan PASAL 2 ATURAN PERALIHAN

OLEH : Rian Hidayat A. J. B1A011118

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BENGKULU 2013

BAB I PENDAHULUAN
Islam merupakan ajaran Allah SWT yang mengatur seluruh bidang kehidupan manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW. Salah satu bidang yang diatur adalah hukum. Karakteristik hukum dalam Islam berbeda dengan hukum-hukum lain yang berlaku di masyarakat. Dalam literatur Ilmu Hukum, terdapat berbagai istilah yang sering dipakai sebagai rujukan di samping istilah Hukum muamalat untuk menggambarkan ketentuan hukum yang meng-atur transaksi dalam masyarakat. Ada yang menggunakan istilah Hukum Perutangan, Hukum gadai ataupun Hukum sayembara. Masing-masing istilah tersebut memiliki titik tekan yang berbeda satu dengan lainnya.

Ada beberapa hal yang merupakan prinsip fiqih Muammalah. Prinsip tersebut berkaitan dengan hak, milik, harta dan tasarruf (tindakan hukum). Tasarruf adalah segala tindakan yang muncul dari seseorang yang kehendaknya dan syara menetapkan beberapa hak atas orang tersebut. Tasarruf ada dua macam, yaitu tasarruf fili (segala tindakan yang dilakukan dengan anggota badan selain lidah) dan tasarruf qauli (segala ucapan yang berkaitan dengan transaksi). Tasarruf qauli ada dua bentuk, yaitu aqdi (perkataan kedua pihak yang berhubungan seperti jual beli dan menyewa) dan ghairu aqdi (pernyataan mengadakan hak atau menggugurkannya seperti wakaf dan talak serta ada yang berupa tuntutan hak seperti gugatan, ikrar dan sumpah untuk menolak gugatan). Pembicaraan mengenai fiqih Muammalah meliputi bentuk-bentuk perikatan tertentu.

BAB II PERMASALAHAN

1. Bagaimanakah fungsi pasal 29 UUD 1945 dalam berlakunya hukum Muamalah ? 2. Bagaimanakah fungsi pasal 2 aturan peralihan UUD 1945 dalam berlakunya hukum Muamalah ?

BAB III PEMBAHASAN

A. Fungsi pasal 29 UUD 1945 dalam berlakunya hukum Muamalah Secara yuridis, penerapan hukum Muamalah di Indonesia memiliki dasar hukum yang sangat kuat. Ketentuan Pasal 29 ayat (1) yang dengan tegas menyatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya mengandung tiga makna, yaitu:

(1) Negara tidak boleh membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan dasar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) Negara berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan bagi pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dari segolongan pemeluk agama yang memerlukannya; (3) Negara berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan yang melarang siapa pun melakukan pelecehan terhadap ajaran agama (paham ateisme).

Dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945 disebutkan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Kata menjamin sebagaimana termaktub dalam ayat (2) pasal 29 UUD 1945 tersebut bersifat imperatif. Artinya negara berkewajiban secara aktif melakukan upaya-upaya agar tiap-tiap penduduk dapat memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Sebenarnya, melalui ketentuan pasal 29 ayat (2) UUD 1945, seluruh syariat Islam, khususnya yang menyangkut bidang-bidang hukum muamalat, pada dasarnya dapat

dijalankan secara sah dan formal oleh kaum muslimin, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan jalan diadopsi dalam hukum positif nasional

Keharusan tiadanya materi konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan nilai-nilai ke-Tuhanan Yang Maha Esa tersebut adalah konsekuensi diterapkannya Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai salah prinsip dasar

penyelenggaraan negara. Contoh perkembangan Hukum Muamalah adalah dibidang perbankan, yaitu dengan keluarnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 itu bank syariah dipahami sebagai bank bagi hasil. Selebihnya bank syariah harus tunduk kepada peraturan perbankan umum yang berbasis konvensional.

Dengan diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, landasan hukum bank syariah menjadi cukup jelas dan kuat, baik dari segi kelembagaannya maupun landasan operasionalnya. Dalam UU ini prinsip syariah secara definitif terakomodasi.

Eksistensi bank syariah semakin diperkuat kuat dengan adanya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang menyatakan bahwa Bank Indonesia dapat menerapkan kebijakan moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah (Pasal 1 angka 7 dan pasal 11). Kedua UU tersebut menjadi landasan hukum bagi perbankan nasional untuk menerapkan sistem perbankan ganda atau dual banking system.. Bahkan melalui PBI No. 8/3/PBI/2006 telah dikeluarkan kabijakan office chanelling.

Dalam pelaksanaannya lebih lanjut, hukum dan peraturan positif perbankan syariah semakin kuat dengan adanya berbagai Surat Keputusan Dewan Direksi Bank Indonesia dan

PBI serta ditingkatkannya Biro Perbankan Syariah di BI menjadi Direktorat Perbankan Syariah. Kini tengah dibahas di DPR RUU Tentang Perbankan Syariah yang diprakarsai oleh DPR RI. Dengan disahkannya RUU Perbankan Syariah nanti akan semakin meneguhkan dilaksanakannya prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dalam politik hukum nasional, dan yang lebih penting adalah dapat mendorong pertumbuhan dan kemajuan perbankan syariah.

B. Bagaimanakah fungsi pasal 2 aturan peralihan UUD 1945 dalam berlakunya hukum Muamalah ?

Didalam Pasal 2 aturan peralihan mengatakan bahwa semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang- Undang Dasar ini. Jelas undang-undang ini merupakan salah satu dasar berlanya hukum Muamalah karena apabila kita lihat dari segi historis bahwa hukum hukum muamalah ini sudah lama hidup didalam kehidupan masyarakat indonesia hal ini tidak terlepas dari kepercayaan yang di anut oleh masyrakat indonesia yaitu agama Islam. Sedangkan Hukum Muamalah itu merupakan bagian dari ajaran islam. Pengaturan mengenai muamalah sudah ada sejak dahulu, jadi berdasarkan pasal 2 aturan peralihan pengaturan mengenai muamalah masih berlaku hingga sampai saat ini.

BAB IV SIMPULAN
Negara berkewajiban secara aktif melakukan upaya-upaya agar tiap-tiap penduduk dapat memeluk agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Sebenarnya, melalui ketentuan pasal 29 ayat (2) UUD 1945, seluruh syariat Islam, khususnya yang menyangkut bidang-bidang hukum muamalat, pada dasarnya dapat dijalankan secara sah dan formal oleh kaum muslimin, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan jalan diadopsi dalam hukum positif nasional. Dan segala pengaturan mengenai Muamalah pada masa lampau masih berlaku hingga saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,http://bacindul.blogspot.com/2012/06/hukum-muamalat.html#ixzz2LDRnCiv. Warnet Bali 2013 Anonim, http://bacindul.blogspot.com/2012/06/hukum-muamalat.html.Warnet Bali 2013

Anda mungkin juga menyukai