Anda di halaman 1dari 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa jenis-jenis pohon yang dapat tumbuh di tempat terbatas, berumur panjang, kayunya keras, secara alami memiliki bentuk dasar yang indah, pertumbuhannya vegetatif, daya tahannya kuat sehingga apabila dibentuk tanamannya tidak mati, bentuk batang dan cabangnya artistik, perakarannya menonjol dan daunnya kecil-kecil (Redaksi Trubus, 1999).

Bonsai merupakan salah satu seni pemangkasan tanaman (pohon) agar tumbuh kerdil. Untuk memperoleh kesempurnaan membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu, juga membutuhkan kreativitas, kesabaran, ketekunan, dan kecintaan pembuatan terhadap tanaman. Istilah bonsai berasal dari kata bon yang berarti pot dan sai yang berarti tanaman. Dengan demikian, bonsai bisa diartikan sebagai tanaman yang dikerdilkan di dalam pot. Tanaman yang dibuat menjadi bonsai pohon yang berbatang keras (berkayu), pohon yang berbuah maupun pohon yang berbunga dan tanaman yang akan dibonsai harus memiliki daya tarik atau keindahan, baik daun batang, akar, bunga maupun buah (Hardiansyah, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Menanam bonsai tidak hanya menanam tanaman di pot melainkan juga bisa langsung ke media tanah. Menanam bonsai butuh ketekunan dan kreativitas karena bonsai sebagai benda seni hidup yang merupakan tanaman hidup dan mengalami perubahan. Oleh karena itu, harus juga memperhatikan gaya pertumbuhan agar terlihat lebih indah (Hardiansyah, 2006).

Tanaman hias bonsai merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan alami dan daya tarik tertentu. Di samping itu, juga mempunyai nilai ekonomis untuk keperluan hiasan di dalam dan di luar ruangan karena mengandung arti ekonomi, tanaman hias bonsai dapat diusahakan menjadi suatu bisnis yang menjanjikan keuntungan besar. Seperti tanaman lain, tanaman hias bonsai ini membutuhkan sinar matahari, sirkulasi udara dan air yang cukup. Oleh karena itu, idealnya bonsai ditempatkan di luar rumah dan pada umumnya bonsai ditempatkan di sebuah taman maupun juga diletakkan di dalam ruangan sebagai penyejuk dan penghias ruangan (Sulistyo, 2008).

Beberapa tanaman di alam secara alami telah memiliki bentuk fisik yang unik dan estetis untuk dijadikan bonsai. Namun, tidak semua tanaman bisa dijadikan bonsai. Tanaman yang akan dibuat bonsai harus memiliki syarat yaitu tanaman berkeping dua, berumur panjang, bentuk indah secara alami dan tahan terhadap perlakuan. Gaya bonsai bermacam-macam diantaranya gaya tegak lurus, gaya tegak berliku, gaya miring, gaya setengah miring dan gaya menggantung. Gaya bonsai ini ditentukan pada bentuk batang, jumlah batang, karakteristik batang, ranting maupun perakaran. Selain gaya, bonsai juga dapat dikelompokkan

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan jenis ukuran, yaitu kecil (15-30 cm), sedang (31-60 cm) dan besar (61-100 cm) (Sulistyo, 2008).

Secara umum banyak faktor yang menentukan keberhasilan usahatani tanaman hias untuk mencapai tingkat pendapatan yang tinggi. Adapun faktor yang sangat mempengaruhi budidaya tanaman hias dilihat dari sudut ekonomi/cost adalah biaya produksi variabel seperti bibit, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja, dll. Biaya produksi ini sangat menunjang keberhasilan proses produksi berlangsung.

Untuk melaksanakan budidaya setiap tanaman hias memerlukan biaya. Secara teknis pada dasarnya dengan tingkatan teknologi rekayasa yang ada. Pada umumnya tanaman hias dapat didirikan dihampir semua jenis lahan asalkan suplay air cukup tersedia. Tetapi, dari segi ekonomi perlu diperhitungkan secara cermat dengan biaya pengolahan dan operasional dapat tertutupi oleh penjualan hasilnya untuk melihat sejauh mana pengelolaan dana atau modal perusahaan yang bersangkutan karena seperti yang sudah pernah diketahui bahwa tingkat efisiensi dari suatu perusahaan diukur terutama atas dasar keuntungan finansial yang didapatkannya (Gray, 2008).

Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut: 1. Faktor internal dan faktor eksternal 2. Faktor manajemen

Universitas Sumatera Utara

Faktor Internal 1. Umur petani 2. Pendidikan, Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan 3. Jumlah tenaga kerja keluarga 4. Luas Lahan 5. Modal

Faktor Eksternal 1. Input : a. Ketersediaan b. Harga 2. Output : a. Permintaan b. Harga

Usahatani Biaya dan Pendapatan

Gambar 1. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor manajemen juga sangat menentukan dimana petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.

2.2. Landasan Teori Menurut Mosher (1981) usahatani pada dasarnya adalah tanah. Usahatani dapat sebagai suatu cara hidup (a way of life). Jenis ini termasuk usahatani untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau subsistem dan primitive. Jenis usahatani seperti itu pada saat sekarang sudah langka ditemui. Pada saat sekarang, pada umumnya jenis usahatani yang termasuk perusahaan (the farm business). Setiap petani pada

Universitas Sumatera Utara

hakikatnya menjalankan perusahaan pertanian di atas usahataninya. Itu merupakan bisnis karena tujuan setiap petani bersifat ekonomis, memproduksi hasil-hasil untuk dijual ke pasar atau untuk di konsumsi sendiri oleh keluarganya. Usahatani tanaman hias yang bertujuan ekonomis termasuk usahatani perusahaan.

Usahatani hendaklah senantiasa berubah, baik di dalam ukuran (size) maupun susunannya, untuk memanfaatkan metode usahatani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien. Corak usahatani yang cocok bagi pertanian yang masih primitif bukanlah corak yang paling produktif apabila sudah tersedia metodemetode yang modern (Mosher, 1981).

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan (Fhadoli, 1991).

Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen (pengelolaan). Faktor produksi adalah faktor yang

Universitas Sumatera Utara

mutlak diperlukan dalam proses produksi, yaitu : keberadaan dan fungsi masingmasing faktor produksi tersebut. Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling terikat satu sama lain, apabila salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama 3 faktor utama seperti tanah, modal dan tenaga kerja (Daniel, 2002).

Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatankekuatan input, sumber daya atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk).

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktorfaktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Jadi, TC = TFC + TVC (Nuraini, 2001).

Kurva biaya produksi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah biaya produksi yang dipergunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Maka pola kurva biaya tetap total (TFC), biaya variabel total (TVC) dan biaya total (TC) dapat dilihat sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Rp TC

TVC

TFC

0 Gambar 2. kurva biaya produksi

Pada Gambar 2, dapat dilihat pada biaya tetap total (TFC) dilukiskan sebagai garis lurus (horizontal) sejajar dengan sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah output yang dihasilkan, besarnya biaya tetap total tidak berubah yaitu sebesar n. Pada biaya variabel total (TVC) menunjukkan bahwa kurva biaya variabel total terus menerus naik. Jadi, semakin banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel akan semakin tinggi. Namun demikian, laju peningkatan biaya tersebut berbeda-beda (tidak konstan). Laju peningkatan mula-mula dari titik asal adalah menurun hingga titik A. Pada titik A ini tidak terjadi peningkatan sama sekali. Kemudian sesudah titik A laju kenaikannya terus menerus naik, sedangkan kurva biaya total (TC) diperoleh dengan menjumlahkan kurva TFC dengan kurva TVC secara vertikal. Biaya total (TC) berada pada jarak vertikal di semua titik antara biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC), yaitu: sebesar n (Nuraini, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Pendapatan bersih (keuntungan) adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : = pq c(q). Keuntungan juga merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk

memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR1 = Y1 . Py1

Yaitu : TR Y Py = Total Penerimaan = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani = Harga y.

Sedangkan pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya. Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan usahatani, adalah :
Pd = TR TC

Universitas Sumatera Utara

Dimana : Pd TR TC = Pendapatan usahatani = Total Penerimaan = Total Biaya (Soekartawi, 2002).

Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu sendiri, yaitu faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani (Soekartawi, 1989).

Dari hasil pendapatan usahatani tanaman hias bonsai tersebut dapat diperoleh besar kontribusi terhadap pendapatan keluarga, dimana pendapatan keluarga dari usahatani bonsai adalah total keseluruhan pendapatan baik yang berasal dari usahatani

bonsai maupun yang bukan dari usahatani. Kontribusi adalah seberapa besar
sumbangan yang diberikan dari hasil usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga.

R/C adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

a = R/C R = Py.Y C = FC + VC a = (Py.Y)/(FC + VC)

Dimana : R = Penerimaan C = Biaya Py = Harga output Y = Output FC = biaya tetap VC = biaya variabel (Soekartawi, 1995).

Untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman hias bonsai ini dianalisis dengan metode analisis R/C, Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan (Revenue) dengan total biaya, yaitu dengan kriteria, bila R/C > 1 , maka usahatani layak bila R/C = 1 maka usahatani berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1 maka usaha tani tidak layak (Soekartawi, 1995).

Universitas Sumatera Utara

2.3. Kerangka Pemikiran Petani tanaman hias bonsai merupakan pengelola usahatani yang mempunyai tugas untuk mengusahakan tanaman hias bonsai dan juga mengorganisir pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam usahatani tanaman hias bonsai.

Sistem usahatani bonsai merupakan usaha budidaya dan pengembangan tanaman hias bonsai yang dilakukan dengan dua teknik, yaitu baik dengan menanam langsung di tanah maupun pembesaran di pot, dengan pengambilan bakalan bonsai dari alam/hutan. Dimana memiliki beberapa input produksi diantaranya bibit/batang, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Input produksi ini menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai.

Input dan Output dari usahatani mencakup biaya dan hasil biaya pada usaha pertanian umumnya adalah biaya produksi yang meliputi biaya investasi, yaitu : biaya yang digunakan untuk pembelian atau sewa tanah, penyediaan pot, peralatan bangunan yang mendukung jalannya usaha budidaya tanaman hias tersebut dan biaya operasional yang meliputi: pembelian lahan, bibit/batang, obat-obatan, pupuk, jasa air dan tenaga kerja, baik dari dalam keluarga maupun diluar keluarga yang mendukung jalannya usahatani tanaman hias bonsai tersebut.

Untuk mengetahui kontribusi pendapatan dari usahatani bonsai terhadap total pendapatan keluarga, maka kontribusi pendapatan usahatani bonsai diperoleh dari pendapatan usahatani tanaman hias bonsai dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Usahatani bonsai sangat ditentukan oleh faktor produksi

Universitas Sumatera Utara

seperti tanah, modal dan tenaga kerja. Suatu produksi dapat terwujud karena adanya unsur faktor produksi.

Jumlah anggota keluarga mempengaruhi besarnya konsumsi dan kontribusi pendapatan keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan konsumsi juga akan semakin tinggi, hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani, sehingga dapat dikatakan jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh yang negatif terhadap pendapatan, apabila anggota keluarga tersebut berada pada usia non produktif, tetapi sebaliknya akan memberikan pengaruh yang positif apabila jumlah anggota keluarga yang semakin tinggi itu berada pada usia produktif.

Pendapatan yang diperoleh adalah total penerimaan yang besarnya dinilai dalam bentuk uang dan dikurangi dengan nilai total seluruh pengeluaran selama proses produksi berlangsung.

Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan, sedangkan pengeluaran adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input yang diperlukan pada proses produksi yang bersangkutan.

Pendapatan rumah tangga petani merupakan total keseluruhan pendapatan baik yang berasal dari usahatani maupun yang bukan dari usahatani. Pendapatan dari usahatani yang rendah menyebabkan petani mencari tambahan di luar usahataninya.

Universitas Sumatera Utara

Kelayakan usahatani bonsai di daerah penelitian, akan menentukan peluang pengembangan bonsai ini, yaitu dengan menganalisis apakah layak atau tidak untuk diusahakan di daerah penelitian. Oleh karena itu, untuk menganalisis kelayakan usahatani bonsai ini dianalisis dengan metode analisis R/C. Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan (Revenue) dengan total biaya produksi (Cost) dengan menggunakan kriteria, bila nilai R/C >1, maka usahatani ini layak, bila nilai R/C = 1, maka usahatani ini berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1, maka usahatani ini tidak layak.

Universitas Sumatera Utara

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Petani Bonsai Biaya yang dikeluarkan - Bibit/ Batang - Pupuk - Obat-obatan - Pot - Tenaga Kerja - Tanah & Kawat

Sistem Usahatani Tanaman Hias Bonsai

Produksi

Harga

Biaya Produksi

Penerimaan

Pendapatan Usahatani

Pendapatan Keluarga

Analisis R/C

Layak

Tidak Layak

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : = Ada Hubungan = Kontribusi

Universitas Sumatera Utara

2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu : 1. Kontribusi pendapatan tanaman hias bonsai > 25% terhadap pendapatan keluarga. 2. Usahatani tanaman hias bonsai layak diusahakan di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai