Anda di halaman 1dari 1

Kebebasan Pers yang Tidak Bebas Pengendalian politik pada masa Orde Baru sering disebut sebagai pengendalian

ala gelang karet. Tampak amat ketat selama beberapa lama setelah peristiwa Malari. Kemudian berangsur-angsur longgar setelah kestabilan poltik makin pulih, tetapi tampak diperketat lagi pada waktu-waktu suasana yang dianggapa membahayakan kestabilan politik itu kembali muncul dan berkembang, dan diperlonggar lagi setelah krisis itu berlalu.1 Hal itu berdampak pada semua aspek dalam kehidupan bernegara. Pemerintah melakukan hal demikian dengan dalih untuk mengontrol kestabilan nasional, namun yang terjadi mencirikan sebuah pemerintahan yang otoriter. Dalam dunia pers pengendalian komunikasi politik yang bersifat gelang karet itu terlihat dalam konsep kebebasan pers yang bertanggung jawab. Sebagaimana antara lain dapat dilihat dalm UU no. 11 tahun 1966 tentang ketentuan-ketentuan tema pokok pers yang kemudian diubah denganUU no. 4 tahun 1976 dan diubah lagi dengan UU no. 21 tahun 1982. Makna kebebasan pers yang bertanggung jawab itu tersimpul dalam Bab II, yang berisi pasal 2 sampai dengan pasal 5, mengenai tugas, fungsi, hak, dan kewajiban pers.2 Tapi sangat disayangkan ternyata UU yang dibuat Orde Baru di bawah Pemerintahan Soeharto sebenarnya hanya sebuah ironi, semuanya bersifat bersifat menekan pers. Contoh yang menarik adalah pasal 4 yang berbunyi : kepada Pers nasional tidak dikenakan sensor dan pembredelan. Padahal segera setelah meletusnya peristiwa Malari 1974 pemerintah membredel sejumlah media cetak. Semenjak peristiwa Malari, pemerintah tampak sangat bersungguh-sungguh dalam menerapkan konsep kebebasan yang bertangguh jawab itu dalam dunia pers khususnya, dan dalam komunikasi politik umumnya. Pemerintah Orde Baru sangat mengendalikan dunia pers dalam melegitimasi kekuasaannya. Orde Baru mengetahui bagaimana perannya pers dalam mencitrakan politik pemerintahan, dan hal ini dimanfaatkan penuh dengan dalih menjaga kestabilan nasional. Praktik pelaksanaan formula pengendalian tersebut mengandung sifat gelang karet, yang menunjukkan bahwa ruang gerak kebebasan pers bertanggung jawab itu sewaktu-waktu dapat mengkerut sempit, tetapi tidak menutupnya sama sekali, kemudian ia dapat melonggar lagi, tetapi kelonggaran itu bukan tanpa batas pula. Pada mulanya pers memang kesulitan dalam melaksanakannya tetapi secara bertahap pers mampu mengikuti jalan main pemerintah, hingga akhirnya pengedalian diri pers pada masa orde baru membudaya dan menjadi ciri pers pada masanya tersebut.

1 2

Ardial, Komunikasi Politik, 2010, Jakarta: Indeks. H. 227 Ibid., H. 231

Anda mungkin juga menyukai