Anda di halaman 1dari 9

OPERATIONAL AMPLIFIER NON-INVERTING DAN INVERTING

Abdul Rohman Sayyid(1211703002)*, Cut Wulandayu(1211703008), Muhammad Purwanto(1211703022), Muklis Nugraha(1209703025) Asisten : Muhammad Agung S (1210703020) Tanggal Praktikum: 05/02/2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Tujuan


Mengerti dan memahami gerbang tentang Operational Ampifier Non-Inverting dan Inverting

1.2. Teori Dasar


Penguat operasional (Opamp) adalah suatu blok penguat yang mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Opamp bisa dipasaran berupa rangkaian terpadu (integrate Circuit-IC) Inverting Inverting amplifier ini, input dengan outputnya berlawanan polaritas. Jadi ada tanda minus pada rumus penguatannya. Penguatan inverting amplifier adalah bisa lebih kecil nilai besaran dari 1, misalnya -0.2 , -0.5 , -0.7 , dst dan selalu negatif. Rumus nya :

Non-Inverting Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan noninverting. Rumusnya seperti berikut :

Sehingga persaamaan menjadi Hasil tegangan output noninverting ini akan lebih dari satu dan selalu positif. Rangkaian nya adalah seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 2.2 Non-Inverting Amplifier

Buffer Rangkaian buffer adalah rangkaian yang inputnya sama dengan hasil outputnya. Dalam hal ini seperti rangkaian common colektor yaitu berpenguatan = 1. Rangkaiannya seperti pada gambar berikut ini

Gambar 2.3 Rangkaian Buffer

Nilai R yang terpasang gunanya untuk membatasi arus yang di keluarkan. Besar nilainya tergantung dari indikasi dari komponennya, biasanya tidak dipasang alias arus dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan op-ampnya.

Adder/ Penjumlah Rangkaian penjumlah atau rangkaian adder adalah rangkaian penjumlah yang dasar rangkaiannya adalah rangkaian inverting amplifier dan hasil outputnya adalah dikalikan dengan penguatan seperti pada rangkaian inverting. Pada dasarnya nilai outputnya adalah jumlah dari penguatan masing masing dari inverting, seperti :

Bila Rf = Ra = Rb = Rc, maka persamaan menjadi : Vo = -(Va +Vb +Vc) Tahanan Rom gunanya adalah untuk meletak titik nol supaya tepat, terkadang tanpa Rom sudah cukup stabil. Maka rangkaian ada yang tanpa Rom juga baik hasilnya. Rangkaian penjumlah dengan menggunakan noninverting sangat suah dilakukan karena tegangan yang diparalel akan menjadi tegangan terkecil yang ada., sehingga susah terjadi proses penjumlahan.

Gambar 2.4 Rangkaian penjumlah dengan hasil negative

Subtractor/ Pengurang Rangkaian pengurang ini berasal dari rangkaian inverting dengan memanfaatkan masukan non-inverting, sehingga persamaannya menjadi sedikit ada perubahan. Rangkaian ini bisa terdiri 2 macam yaitu : a. Rangkaian dengan 1 op-amp b. Rangkaian dengan 2 op-amp c. Rangkaian dengan 3 op-amp Rangkaian pengurang dengan 1 op-amp ini memanfaatkan kaki inverting dan kaki noninverting. Supaya benar benar terjadi pengurangan maka nilai dibuat seragam seperti gambar. Rumusnya adalah: sehingga

Gambar 2.5 Rangkaian pengurang dengan 1 op-amp

Rangkaian pengurang dengan 2 op-amp tidak jauh berbeda dengan satu opamp, yaitu salah satu input dikuatkan dulu kemudian dimasukkan ke rangkaian pengurang, seperti gambar dibawah ini.Perhitungan rumus yang terjadi pada titik Vz adalah : sehingga Vo menjadi

Bila Rf=Ri maka persamaannyaakan menjadi : Vo = 2Vx -Vy

Gambar 2.6 Rangkaian pengurang dengan 2 op-amp.

II. METODE PERCOBAAN 2.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam perconaan ini adalah 1. Kit Elektronika dasar untuk Operasional Amplifier Inverting dan Non-Inverting 2. Multimeter 3. Kabel penghubung 4. Catu Daya

2.2. Prosedur Kerja


Dari percobaan yang telah dilakukan, hal pertama yang harus dilakukan menyiapkan alat dan bahan dan memeriksa kil elektronika dasar Operasional Amplifier Inverting dan Non-inverting masih keadan baik dan dapat digunakan setelah itu merangkai kit elektronika dasar Operasional Amplifier Inverting dan Non-inverting yang

dihubungkan dengan kabel koneksi dengan catudaya dengan menguji tegangan pada inverting dan non-inverting yang menggunakan multi meter dengan mengatur hambatan pada Rf dan Ri.

III. DATA DAN PENGOLAHAN 3.1. Data dan Pengolahan Data


Diketahui : R(1) = 1 KOhm R(2) = 2 KOhm Tabel 3.1.1. Tabel Pengamatan Inverting Dengan Tegangan (Vcc) 6 Volt No. 1. 2. 3. 4. Inverting Ri(1) Ri(2) Rf(1) Rf(2) Vin 6,3 Volt 6,3 Volt 6,3 Volt 6,3 Volt Vout - 4,34 Volt - 5,40 Volt - 3,12 Volt - 4,92 Volt Vout (Manual) - 6,3 Volt - 12,6 Volt - 3,15 Volt - 6,3 Volt

Tabel 3.1.2. Tabel Pengamatan Non-Inverting Dengan Tegangan (Vcc) 6 Volt No. 1. 2. 3. 4. Non-Inverting Ri(1) Ri(2) Rf(1) Rf(2) Vin 6,3 Volt 6,3 Volt 6,3 Volt 6,3 Volt Vout 6,10 Volt 6,62 Volt 6,02 Volt 6,42 Volt Vout (Manual) 12,30 Volt 18,9 Volt 9,45 Volt 12,6 Volt

Tabel 3.1.3. Tabel Pengamatan Inverting Dengan Tegangan (Vcc) 3 Volt No. 1. 2. 3. 4. Inverting Ri(1) Ri(2) Rf(1) Rf(2) Vin 3,3 Volt 3,3 Volt 3,3 Volt 3,3 Volt Vout - 3,3 Volt - 4,7 Volt - 1,6 Volt - 3,29 Volt Vout (Manual) - 3,3 Volt - 6,6 Volt - 1,65 Volt - 3,3 Volt

Tabel 3.1.4. Tabel Pengamatan Non-Inverting Dengan Tegangan (Vcc) 3 Volt Non-Inverting Ri(1) Ri(2) Rf(1) Rf(2) Vin 3,3 Volt 3,3 Volt 3,3 Volt 3,3 Volt Vout 5,02 Volt 5,65 Volt 4,65 Volt 5,27 Volt Vout (Manual) 6,6 Volt 9,9 Volt 4,95 Volt 6,6 Volt

No. 1. 2. 3. 4.

IV. ANALISIS DATA


Pada table pengamatan Inverting dapat dilihat bahwa pada pengamatan ini

Menggunakan Vcc pada Catu Daya dengan tegangan 6 Volt, namun pada saat dicek tegangan yang dikeluarkan oleh Catu Daya sebesar 6,3 Volt namun sebagai contoh pada saat

hambatan di Ri1 dan hambatan pada Rf1 tegangan outputan menjadi -4,34 Volt hal ini dikarenakan tegangan pada inputan di inverting sehingga mengeluarkan tegangan yang berupa min(-) namun pada saat dihitung dengan manual didapatkan hasil -6,3 Volt. Setelah dibandingkan antara hasil perhitungan manual dan percobaan terjadi perbedaan dan tidak sinkronya hasil dari perhitungan manual dengan percobaan. Pada table pengamatan Non-Inverting dapat dilihat bahwa pada pengamatan ini juga menggunakan Vcc pada Catu Daya dengan tegangan 6 Volt, namun pada saat dicek tegangan yang dikeluarkan oleh Catu Daya sebesar 6,3 Volt namun sebagai contoh pada saat

hambatan di Ri1 dan hambatan pada Rf1 tegangan outputan menjadi 6,10 Volt namun pada saat dihitung dengan manual didapatkan hasil 12,30 Volt. Setelah dibandingkan antara hasil perhitungan manual dan percobaan terjadi perbedaan dan tidak sinkronnya hasil dari perhitungan manual dengan percobaan namun yang paling mendekati dari kedua hsil tersebut yaitu tegangan output yang dihasilkan oleh percobaan. Pada table pengamatan Inverting dapat dilihat bahwa pada pengamatan ini

Menggunakan Vcc pada Catu Daya dengan tegangan 3 Volt, namun pada saat dicek tegangan yang dikeluarkan oleh Catu Daya sebesar 3,3 Volt namun sebagai contoh pada saat

hambatan di Ri1 dan hambatan pada Rf1 tegangan outputan menjadi -3,3 Volt hal ini

dikarenakan tegangan pada inputan di inverting sehingga mengeluarkan tegangan yang berupa min(-) namun pada saat dihitung dengan manual didapatkan hasil -3,3 Volt pula. Setelah dibandingkan antara hasil perhitungan manual dan percobaan didapatkan hasil nilai yang sama. Pada table pengamatan Non-Inverting dapat dilihat bahwa pada pengamatan ini juga menggunakan Vcc pada Catu Daya dengan tegangan 3 Volt, namun pada saat dicek tegangan yang dikeluarkan oleh Catu Daya sebesar 3,3 Volt namun sebagai contoh pada saat

hambatan di Ri1 dan hambatan pada Rf1 tegangan outputan menjadi 5,02 Volt namun pada saat dihitung dengan manual didapatkan hasil 6,6 Volt. Setelah dibandingkan antara hasil perhitungan manual dan percobaan terjadi perbedaan antara hasil dari perhitungan manual dengan percobaan namun yang paling mendekati dari kedua hsil tersebut yaitu tegangan output yang dihasilkan oleh percobaan. Setelah mengamati antara tegangan yang menggunakan6 Volt dan Tegangan 3 Volt baik secara inverting maupun non-inverting, nilai yang paling mendekati yaitu pada percobaan dengan menggunakan tegangan 3 Volt yang. Adapun nilai dari Hambatan yang ada pada Rf maupun Ri berguna untuk membatasi arus yang akan dikeluarkan. Besarnya suatu hambatan tergantunga dari nilai hambatan komponennya. Sehingga arus yang masuk ke Op-Amp akan dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan Op-Amp. Adapun dari percobaan ini tidak begitu sesuai dengan teori hal ini diakibatkan adanya human eror baik secara perhitungan manual maupun hasil dari percobaan.

V. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, telah didapatkan suatu kesimpulan dari percobaan ini yaitu a. Suatu tegangan yang masuk melalui inverting akan dibalikan sehingga inputan yang berupa nilai positif yang akan dikeluarkan menjadi suatu nilai negative. b. Nilai dari Hambatan yang ada pada Rf maupun Ri berguna untuk membatasi arus yang akan dikeluarkan. Sehingga arus yang masuk ke Op-Amp akan dimaksimalkan sesuai dengan kemampuan Op-Amp.

c. Suatu nilai tegangan yang masuk dan yang keluar yang paling mendekati dengan nilai outputan yaitu nilai pada inverting baik pada tegangan 3 Volt maupun tegangan 6 Volt.

VI. PUSTAKA
1. Horn, Delton, (1994), Basic Electronics Theory Professional. 2. Modul praktikum, (2012), Elektronika Dasar II, Jurusan Fisika, UIN Bandung. 3. http://id.wikipedia.org/wiki/Penguat_operasional
4. Reka,

(edisi

ke-4).

McGraw-Hill

S.

Rio,

1999, Fisika

dan

teknologi

semikonduktor,

PT.

Pradnya

Paramita;

Jakarta.

5. Dwihono, 1996, Rangkaian Elektronika Analog, PT.Elax Media; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai