A . Latar Belakang
Pandangan bahwa perempuan yang menderita penyakit ginjal sebaiknya menghindari kehamilan, telah ada sejak abad lalu. Luaran bayi dipercaya akan kurang baik dan pasien yang menderita penyakit ginjal disarankan melakukan terminasi kehamilan.
Setelah tahun 1975 rasa pesimis itu berganti menjadi optimis sehubungan dengan banyaknya publikasi studi kasus mengenai kehamilan dengan penyakit ginjal yang dikonfirmasi dengan biopsy ginjal, sehingga kebanyakan perempuan dengan gangguan ginjal dapat melewati kehamilan tanpa kelainan yang berarti. Selain itu, data-data mengenai perempuan hamil dengan transplantasi ginjal sejak tahun 2000 telah memberikan hasil yang menggembirakan. Kesemuanya ini memberikan pandangan bahwa sebagian besar perempuan yang mempunyai gangguan fungsi ginjal minimal dapat hamil dengan kemungkinan kehamilannya berhasil mencapai 90%.
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan pemeriksaan hasil laboraturium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan, ada kemungkinan salah membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dan janin. Untuk itu, diperlukan asuhan yang tepat bagi ibu hamil dengan penyakit ginjal, dan dalam makalah ini akan dibahas tentang penyakit ginjal dalam kehamilan dan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penyakit ginjal.
1. Tujuan 1. Untuk mengetahui perubahan anatomik dan fungsional ginjal dan saluran kemih selama kehamilan. 2. Untuk mengetahui penyakit-penyakit ginjal dan saluran kemih yang sering terjadi pada kehamilan dan pengaruhnya terhadap kehamilan. 3. Untuk mengetahui pengaruh kehamilan terhadap penyakit ginjal dan saluran kemih. 4. Untuk mengetahui asuhan kebidanan yang tepat untuk ibu hamil dengan penyakit ginjal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan pemeriksaan hasil laboraturium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan, ada kemungkinan salah membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dan janin. Perubahan anatomic terdapat peningkatan pembuluh darah, dan ruangan intertisiil pada ginjal. Dan juga ginjal akan memanjang kira-kira 1 cm. Semuanya itu akan kembali normal setelah melahirkan. Ureter, pielum dan kaliks mengalami pelebaran dalam kurun waktu yang pendek sesudah kehamilan 3 bulan, dan terutama pada sisi sebelah kanan. Pelebaran yang tidak sama ini mungkin karena perubahan uterus yang membesar dan mengalami dekstrorotasi atau karena terjadinya penekanan pada vena ovarium kanan yang terletak di atas ureter, sedangkan pada yang di sebelah kiri tidak terdapat karena adanya sigmoid sebagai bantalan. Pelebaran juga karena pengaruh progesterone, sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis fisiologis dalam kehamilan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk, dan kadang berpindah letak ke lateral, dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan. Semua hal di atas dapat dilihat dengan pemeriksaan pielografi intravena (IVP=intravenosus pylography).
Selain itu juga terjadi hyperplasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Dilatasi ureter ini memunginkan timbulnya refluks air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter. Akibat pembesaran uterus, hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal, terjadi perubahan pada kandung kemih yang dimulai pada kehamilan usia 4 bulan. Kandung kemih akan berpindah ke lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormone esterogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 Liter, kemungkinan karena efek relaksasi dari hormone progesterone.
Perubahan fungsi
Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (RPF) dan tingkat filtrasi glomerolus (GFR). Sejak kehamilan trimester 2 GFR akan meningkat sampai 30-50%, di atas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan dari kadar kreatinin serum dan urea nitrogen darah. Nilai normal kreatinin serum adalah 0,5 mg0,7 mg/100 ml dan urea nitrogen darah 8-12 minggu/100ml.
Infeksi saluran kemih adalah bila pada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urin yang diperiksa harus bersih, segar, dan dari aliran tengah (midstream) atau duambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 103 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimtomatik, dan mungkin pula disertai dengan gejala-gejala disebut bakteriuria simptomatik. Walaupun infeksi ini dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darahatau saluran limfe, akan tetapi yang terbanyak atau tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas. Kuman yang tersering dan terbanyak sebagai penyebab adalah Escheria coli (E.coli), di samping kemungkinan kumn-kuman lain seperti Enterbacter aerogenes, Klebsiella, Psedomonas dan lain-lain.
1. Bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik) Frekuensi bacterium tanpa gejala kira-kira 2-10 %, dan dipengaruhi oleh parietas, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Di Amrika Serikat paling tiggi ditemukan pada wanita Negro. Di RS Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta, frekuensi bakteriuria tanpa gejaala dalam kehamilan sangat tinggi, yaitu 25%.
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejaian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan persalinan premature, gangguan
pertumbuhan janin, dan preeklamsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yan dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat sulfonamide ampisilin, atau nitrofurantoin.
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utama adalah E.coli, di samping dapat pula oleh kuman-kuman lain. Factor predisposisi lain adalah uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal, di samping penggunaan kateter yang sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau persalinan. Penggunaan kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk ke dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan kateter bila tidak perlu betul.
Gejala-gejala sistitis khas sekali, yaitu disuria terutama pada akhir berkemih, meningkatnya frekuensi bekemih dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian atas simpisis, perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan,air kemih kadang-kadang terasa panas, suhu badan mungkin normal atau meningkat, dan nyeri di daerah suprasimpisis. Pada pemeriksaan laboratorium, biasanya ditemukan banyak leukosit dan eritrosit dan kadang-kadang juga ada bakteri. Kadang-kadang dijumpai hematuria sedangkan proteinuria biasanya tidk ada.
Sistititis dapat diobati dengan sulfonamide, ampicilin, eritromisin. Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak bagi janin, ataupun bagi ibu.