Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH

SISITEM PERKEMIHAN
DOSEN PENGAJAR

Ns. JOIS LAOH, S.Kep. M.Kep.


TUGAS BAHASAN

GLOMERULONEFRITIS
DIPRESENTASIKAN OLEH

KELOMPOK IV
1. 2. 3. ALMI J.E MANTUR PAULA P. PELEALU FEMMY VEMMY TUMUATJA

PROGRAM STRUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA(UNPI) MANADO


TAHUN AJARAN 2012 - 2013

A. PENGERTIAN
GLOMERULONEFRITIS
SUATU PROSES RADANG NON-SUPURATIF YANG MENGENAI GLOMERULI

SUATU REAKSI IMUNOLOGIS PADA GINJAL TERHADAP BAKTERI ATAU VIRUS TERTENTU

ISTILAH YANG DIPAKAI UNTUK MENJELASKAN BERBAGAI RAGAM PENYAKIT GINJAL YANG MENGALAMI PROLIFERASI DAN INFLAMASI GLOMERULUS YANG DISEBABKAN OLEH SUATU MEKANISME IMUNOLOGIS.

YANG SERING TERJADI IALAH AKIBAT INFEKSI KUMAN STREPTOCOCCUS

B. ETIOLOGI
SEBAGIAN BESAR (75%) GLOMERULONEFRITIS PASKA STREPTOKOKUS TIMBUL SETELAH INFEKSI SALURAN PERNAPASAN BAGIAN ATAS, YANG DISEBABKAN OLEH KUMAN STREPTOKOKUS BETA HEMOLITIKUS GRUP A TIPE 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49.

BAKTERI STREPTOKOKUS

PENYEBAB LAIN DIANTARANYA: 1. BAKTERI : STREPTOKOKUS GRUP C, MENINGOCOCCOCUS, STERPTOCCOCUS VIRIDANS, GONOCOCCUS, LEPTOSPIRA, MYCOPLASMA PNEUMONIAE, STAPHYLOCOCCUS ALBUS, SALMONELLA TYPHI, DLL.

2. VIRUS : HEPATITIS B, VARICELLA, VACCINIA, ECHOVIRUS, PARVOVIRUS, INFLUENZA, PAROTITIS EPIDEMIKA, DLL.
3. PARASIT : MALARIA DAN TOKSOPLASMA

INFEKSI KUMAN STREPTOKOKUS BETA HEMOLITIKUS INI MEMPUNYAI RESIKO TERJADINYA GLOMERULONEFRITIS AKUT PASKA STREPTOKOKUS BERKISAR 10-15%

C. PATOFISIOLOGI
SEBENARNYA BUKAN STERPTOKOKUS YANG MENYEBABKAN KERUSAKAN PADA GINJAL TERBENTUK KOMPLEKS ANTIGEN-ANTIBODI DIDALAM DARAH (KOMPLEKS IMUN) SUATU ANTIBODI YANG DITUJUKAN TERHADAP SUATU ANTIGEN KHUSUS YANG MERUPAKAN UNSUR MEMBRAN PLASMA STREPTOKOKAL SPESIFIK

KOMPLEKS IMUN TADI IKUT DALAM SIRKULASI DAN MASUK KE DALAM GLOMERULUS DAN SECARA MEKANIS TERPERANGKAP DAN MENGENDAP DALAM MEMBRAN BASALIS.

KOMPLEKS IMUN AKAN TERFIKSASI PADA MEMBRANE BASALIS DAN MENGAKIBATKAN LESI DAN PERADANGAN.

PERADANGAN AKAN MENARIK LEUKOSIT POLIMORFONUKLEAR (PMN) DAN TROMBOSIT MENUJU TEMPAT LESI.

FAGOSITOSIS DAN PELEPASAN ENZIM LISOSOM JUGA MERUSAK ENDOTHEL DAN MEMBRAN BASALIS GLOMERULUS (IGBM).

SEBAGAI RESPON TERHADAP LESI YANG TERJADI, TIMBUL PROLIFERASI SEL-SEL ENDOTEL YANG DIIKUTI SEL-SEL MESANGIUM DAN SELANJUTNYA SEL-SEL EPITEL.

MENYEBABKAN DESTRUKSI PADA MEMBRAN BASALIS GLOMERULUS DAN SEMAKIN MENINGKATNYA KEBOCORAN KAPILER GROMELURUS MENYEBABKAN PROTEIN DAN SEL DARAH MERAH DAPAT KELUAR KE DALAM URINE YANG SEDANG DIBENTUK OLEH GINJAL.

MENGAKIBATKAN PROTEINURIA DAN HEMATURIA

D. MANIFESTASI KLINIS
KERUSAKAN PADA RUMBAI KAPILER GROMELURUS MENGAKIBATKAN : Hematuri/kencing berdarah Urine mungkin tampak kemerah-merahan atau seperti kopi Albuminuria Edema, derajat edema tergantung pada berat peradangan glomerulus Oliguria

Peningkatan Tekanan darah, kembali normal dalam beberapa minggu,


menjadi permanen bila kerusakkan ke arah kronis Peningkatan Suhu tubuh Gejala gastrointestinal ; mual, muntah, tidak ada napsu makan, konstipasi dan diare terkadang menyertai glomerulonefritis

E. GAMBARAN LABORATORIUM
PADA PEMERIKSAAN URINALISIS MENUNJUKKAN ADANYA :
Proteinuria (+1 sampai +4),

Hematuria makroskopik ditemukan hampir pada 50% penderita,


Kelainan sedimen urine dengan : eritrosit disformik, Leukosituria serta torak selulet, Granular, Eritrosit(++), Albumin (+), Silinder lekosit (+) dan lain-lain. Kadang-kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat dengan tanda gagal ginjal seperti : Hiperkalemia, Asidosis, Hiperfosfatemia dan Hipokalsemia

F. PENATALAKSANAAN
TIDAK ADA PENGOBATAN YANG KHUSUS PENYEMBUHAN KELAINAN DI GLOMERULUS. YANG MEMPENGARUHI

Istirahat mutlak selama 3-4 minggu Memberi kesempatan pada ginjal untuk menyembuh Pemberian penisilin pada fase akut Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih ada Makanan Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Pengobatan terhadap hipertensi

Dialisis pertonium/hemodialisis, Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari)


Pemberian obat diurektikum

G. KOMPLIKASI
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi Gangguan sirkulasi Anemia

Gagal ginjal kronik

H. PATOFLOW
INVASI BAKTERI STREPTOKOKUS KE DALAM TUBUH

Kompleks imun mengikuti sirkulasi darah

Protein dan sel darah merah keluar ke dalam urine

Masuk ke dalam kapiler glomerulus

Hematuria dan albuminuria

Terbentuk kompleks antigen-antibodi (Kompleks imun)

Terfiksasi dan mengendap pada basal membrane glomerulus

Gangguan Pola Eliminasi HIPERTERMI

Terjadi inflamasi dan lesi endothel dan membrane basalis

Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom NYERI

Leukosit polimorfonuklear(PMN) dan trombosit menuju tempat lesi

Memperburuk kerusakan endothel dan membran basalis glomerulus (IGBM)

Sakit kepala

Pada tahap kronis terbentuknya jaringan parut

Proliferasi sel endotel, sel mesangium dan sel-sel epitel

Peningkatan tekanan Intrakranial

Menurunnya filtrasi glomerulus Meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus Oliguri dan retensi air, sodium dan produk sisa nitrogen

GANGGUAN PERFUSI JARINGAN

Menurunkan Blood Pressure, dan konsentrasi Na+

Peningkatan Tekanan darah

Meningkatnya volume cairan, edem, dan asotemia

Aktivasi RAA System

Peningkatan Volume darah

KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

DEFISIT VOLUME CAIRAN TUBUH

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG DAPAT DIANGKAT PADA KLIEN DENGAN GLOMERULONEFRITIS.
1. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN B/D RETENSI AIR DAN NATRIUM SERTA DISFUNGSI GINJAL. 2. GANGGUAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL/KARDIOPULMONAL B/D RESIKO KRISIS HIPERTENSI. 3. DEFISIT VOLUME CAIRAN TUBUH B/D FASE DIURETIK GINJAL. 4. NYERI B/D PENINGKATAN TEKANAN VASKULAR SEREBRAL 5. KURANG PENGETAHUAN TENTANG KONDISI, PRONOSISI DAN PENGOBATAN B/D SALAH INTERPRETASI INFORMASI, TIDAK MENGENAL SUMBER INFORMASI 6. INTOLERANSI AKTIFITAS B.D. KEKURANGAN PROTEIN DAN DISFUNGSI GINJAL

1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan.
Rencana Rasional 1. Pantau kekurangan protein yang berlebihan[ 1. Kekurangan protein beerlebihan dapat proteinuri, albuminuria ] menimbulkan kelelahan. 2. Gunakan diet protein untuk mengganti protein yang hilang. 3. Beri diet tinggi protein tinggi karbohidrat. 2. Diet yang adekuat dapat mengembalikan kehilangan 3. TKTP berfungsi menggantikan

4. Tirah baring
5. Berikan latihan selama pembatasan aktifitas 6. Rencana aktifitas denga waktu istirahat. 7. Rencanakan cara progresif untuk kembali beraktifitas normal ; evaluasi tekanan darah dan haluaran protein urin.

4. Tirah baring meningkatkan mengurangi penggunaan energi.


5. Latihan penting untu kmempertahankan tunos otot

6. Keseimbangan aktifitas dan istirahat mempertahankan kesegaran.


7. Aktifitas yang bertahap menjaga kesembangan dan tidak mmemperparah proses penyakit

3. Kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal. Tujuan : Klien tidak menunjukan kelebihan volume cairan
Rencana
1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan : 1.

Rasional
1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga dapat dilakukan tindakan penanganan

2.
3. 4. 5. 6. 7.

Ukur dan catat intak dan output setiap 4-8 jam


Catat jumlah dan karakteristik urine Ukur berat jenis urine tiap jam dan timbang BB tiap hari Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pembatasan diet 3. natrium dan protein Berikan es batu untuk mengontrol rasa haus dan maasukan dalam perhitungan intak 4. 5. 2. 3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat menunjukan adanya ketidak seimbangan cairan.

Natrium dan protein meningkatkan osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi cairan. Rangsangan dingin ddapat merangsang pusat haus Memonitor adanya ketidak seimbangan elektrolit dan menentukan tindakan penanganan yang tepat.

8.

Pantau elektrolit tubuh dan observasi adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh ; Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia; Hiperkalemia : kram otot, kelemahan; Hipokalsemia : peka rangsang pada neuromuskuler; Hiperfosfatemia : hiperefleksi, parestesia, kram otot, gatal, kejang; Uremia : kacau mental, letargi,gelisah 6. Kaji efektifitas pemberian elektrolit parenteral dan oral

Pemberian elektrolit yang tepat mencegah ketidak seimbangan elektrolit.

4. Gangguan perfusi jaringan : serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi. Tujuan : Klien tidak mengalami perubahan perfusi jaringan.
Rencana Pantau tanda dan gejala krisis hipertensi [ Hipertensi, takikardi, bradikardi, kacau mental, penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, tinitus, mual, muntuh, kejang dan disritmia]. Pantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi bila ada peningkatan TD sistole >160 dan diastole > 90 mm Hg Kaji keefektifan obat anti hipertensi Pertahankan TT dalam posisi rendah Rasional Krisis hipertensi menyebabkan suplai darah ke organ tubuh berkurang. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan suplay darah berkurang. Efektifitas obat anti hipertensi penting untuk menjaga adekuatnya perfusi jarringan. Posisi tidur yang rendah menjaga suplay darah yang cukup ke daerah cerebral

1.

1. 2.

2.

3.

3. 4.

4.

5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema. Tujuan : Klien tidak menunjukan adanya perubahan integritas kulit selama menjalani perawatan.
Rencana
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu. Jaga kulit tetap kering dan bersih Bersihkan & keringkan daerah perineal setelah defikasi Rawat kulit dengan menggunakan lotion untuk mencegah kekeringan untuk daerah pruritus. Hindari penggunaan sabun yang keras dan kasar pada kulit klien Instruksikan klien untuk tidak menggaruk daerah pruritus. Anjurkan ambulasi semampu klien. Bantu klien untuk mengubah posisi setiap 2 jam jika klien tirah baring. Pertahankan linen bebas lipatan Beri pelindung pada tumit dan siku. Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat menyebabkan sirkulasi terhambat. Tangani area edema dengan hati -hati. Berikan suntikan dengan hati-hati . Pertahankan nutrisi adekuat. 1.

Rasional
Mengantisipasi adanya kerusakan kulit sehingga dapat diberikan penangan dini. 2. Kulit yang kering dan bersih tidak mudah terjadi iritasi dan mengurangi media pertumbuhan kuman. 3. Lotion dapat melenturkan kulit sehingga tidak mudah pecah/rusak. 4. Sabun yang keras dapat menimbulkan kekeringan kulit dan sabun yang kasar dapat menggores kulit. 5. Menggaruk menimbulkan kerusakan kulit. 6. Ambulasi dan perubahan posisi meningkatkan sirkulasi dan mencegah penekanan pada satu sisi. 7. Lipatan menimbulkan ttekanan pada kulit. 8. Sirkulasi yang terhambat memudahkan terjadinya kerusakan kulit.. 9. Elastisitas kulit daerah edema sangat kurang sehingga mudah rusak 10. Nutrisi yang adekuat meningkatkan pertahanan kulit

DEMIKIANLAH PRESENTASI DARI KELOMPOK II SEKIAN

DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai