Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR Modulus Elastisitas

Disusun oleh : Nama NPM Kelompok Hari / Tanggal Waktu Asisten : Ghina Khoerunisa : 240210120091 : 2 / B1 : Kamis, 11 Oktober 2012 : 13.00 14.40 WIB : Rijalul Fikri Rusyda Sofyan

LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJAJARAN JATINANGOR 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dari sekian sifat fisik yang dimiliki benda padat, ada salah satu sifat yang sangat unik dimiliki oleh benda padat, yaitu modulus elastisitas yang merupakan sifat atau kemampuan lentur (kelenturan) yang dimiliki oleh benda padat. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat membedakan antara benda elastis dan benda non elastis. Sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu benda memiliki kecenderungan masing-masing. Salah satu sifat tersebut adalah sifat mekanik yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya disebabkan karena adanya gaya yang bekerja pada benda tersebut. Ketika gaya diberikan pada suatu benda, maka terdapat dua kemungkinan yang bisa terjadi pada benda tersebut, yaitu benda mengalami perubahan bentuk dan benda tidak mengalami perubahan bentuk atau tetap. Perubahan secara langsung tidak dapat terlihat tetapi apabila menggunakan alat yang peka, maka perubahan bentuk tersebut dapat dilihat. Modulus Elastisitas adalah perbandingan antara tegangan tarik dengan regangan tarik. Dengan mempelajarinya, kita dapat mengetahui nilai pelenturan atau nilai elastisitas dari sebuah benda secara kuantitatif maupun secara kualitatif.Secara kuantitatif modulus elastisitas menunjukkan besaran kelentingan sebuah benda dari hasil perhitungan.Secara kualitatif, untuk membuktikan apakah suatu benda termasuk kedalam benda elastis atau plastis, maka dilakukan praktikum modulus elastisitas ini dengan cara pelenturan terhadap benda. Berbeda dengan praktikum Modulus Young sebelumnya, dalam praktikum Modulus Elastisitas ini, yang ditentukan adalah kelentingan atau elastisitas dari benda padat. Untuk itulah praktikum ini dilakukan untuk mengetahui langkahlangkah menentukan nilai keelastisan benda padat. Setiap bendapun berbeda-beda tingkat keelastisitasannya. Maka dalam pratikum kali ini pratikan diajarkan untuk menghitung tingkat keelastisitasan dari beberapa jenis batang kayu.

Modulus elastisitas kayu dapat dihitung melalui pemberian beban sebagai tegangan yang diberikan pada kayu dan mengamati penunjukan oleh garis rambut sebagai regangannya.

2.2. Tujuan 1. 2. Membedakan pengertian tegangan dan regangan Menentukan modulus elastisitas (E) dari suatu batang kayu dengan cara pelenturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Elastisitas Elastisitas atau kelentingan adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan. Sedangkan benda yang tidak elastis atau plastis adalah benda yang tidak kembali ke bentuk awalnya saat gaya dilepaskan, misalnya saja pada tanah liat. Bila anda menekan segumpal tanah liat, bentuknya akan berubah, tetapi saat gaya dilepaskan dari benda, tanah liat tidak kembali ke bentuk awalnya. Yang dimaksud dengan Modulus Elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan. Modulus ini dapat disebut dengan sebutan Modulus Young.

2.2. Tegangan Tegangan adalah gaya per satuan luas penampang. Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik (F) yang dialami batang dengan luas penampangnya (A) atau bisa juga didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Tegangan merupakan sebuah besaran skalar dan memiliki satuan N/m atau Pascal (Pa). Secara matematis dapat dituliskan:

2.3. Regangan Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang L dengan panjang awalnya L. Atau perbandingan perubahan panjang dengan panjang awal. Karena pertambahan panjang L dan panjang awal L adalah besaran yang sama, maka regangan e tidak memiliki satuan atau dimensi. Secara matematis dapat dituliskan:

Dari kedua persamaan di atas dan pengertian modulus elastisitas, kita dapat mencari persamaan untuk menghitung besarnya modulus elastisitas,satuan untuk modulus elastisitas adalah N/m2.Secara matematis dapat dituliskan:

2.4. Hukum Hooke Hukum Hooke sendiri berbunyi, Jika gaya tarik tidak melampui batas elastis pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya. Pernyataan ini dikemukakan oleh Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan membangun kembali gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666. Oleh karena itu, pernyataan ini dikenal sebagai Hukum Hooke Secara matematis, hukum Hooke ini dapat dituliskan sebagai berikut

F = gaya yang dikerjakan (N) x = pertambahan panjang (m) k = konstanta gaya (N/m)

Perlu diingat bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik.

2.5.

Modulus Elastisitas Setiap benda memiliki elastisitas yang berbeda-beda dan mempunyai batas

kelenturan, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya panjang penyangga, jenis bahan, berat beban dan juga gravitasi. Berikut ini adalah tabel tentang modulus elastis benda.

Tabel 1. Modulus Elastisitas beberapa benda padat Bahan Modulus Elastisitas (N/m2) 200 x 10 9 100 x 10 9 70 x 10 9 56 x 10 9 10 x 10 9 5 x 10 9

Baja Besi Alumunium Kuarsa Kayu Nilon

Untuk menghitung besaran pelenturan, digunakan rumus berikut:

f = pelenturan ( m ) L = panjang batang antara dua tumpuan ( m ) b = lebar batang ( m ) B = berat benda ( N h = tebal batang ( m ) E = modulus elastisitas ( N/m2 )

U B Y P

Grafik 1. Grafik Batas Elastisitas

2.5.1.

Batas Elastis (Elastic Limit) Koordinat suatu titik yang hampir berimpitan dengan titik P

diketahui sebagai batas elastis, yaitu tegangan maksimum yang terjadi selama tes tarikan sedemikian sehingga tidak terjadi perubahan bentuk atau deformasi maupun residu permanen ketika pembebanan dipindahkan. Untuk kebanyakan bahan nilai batas elastis dan batas proporsi adalah hampir sama dan sering digunakan sebagai istilah yang saling menggantikan. Pada kasuskasus dimana pemisahan diantara dua nilai ditemukan, nilai batas elastis selalu sedikit lebih besar daripada batas proporsi.

2.5.2.

Selang Elastis dan Plastis (Elastic and Plastic Ranges) Daerah atau rentang kurva tegangan-regangan yang ditarik dari

origin sampai batas proporsi disebut selang elastis, sedangkan rentang kurva tegangan regangan yang ditarik dari batas proporsi sampai titik runtuh (point of rupture) disebut selang pastis.

2.5.3.

Titik Lelah (Yield Point) Koordinat titik Y pada gambar diatas, yang dinyatakan dengan yp,

dimana terjadi peningkatan atau pertambahan regangan tanpa adanya penambahan tegangan disebut sebagai titik lelah dari bahan. Setelah pembebanan mencapai titik Y, maka dikatakan terjadi kelelahan. Pada beberapa bahan terdapat dua titik pada kurva tegangan-regangan dimana terjadi peningkatan regangan tanpa perubahan tegangan. Masing-masing disebut titik lelah atas dan titik lelah bawah.

2.5.4.

Tegangan Maksimum (Ultimate Strength, Tensile Strength) Koordinat titik U pada gambar diatas, koordinat maksimum pada

kurva, diketahui sebagai tegangan maksimum atau tegangan puncak dari bahan.

2.5.5.

Tegangan Putus (Breaking Strength) Koordinat pada titik B pada gambar diatas disebut tegangan putus

dari bahan. Tegangan putus terjadi jika pertambahan panjang bend mencapai titik patah dan benda tersebut akan patah.

BAB III METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat 1. Meja Berfungsi sebagai alas/dasar alat praktikum modulus elastisitas 2. Dua buah tumpuan Berfungsi sebagai tumpuan batang kayu yang akan diuji coba 3. Skala cermin Berfungsi sebagai penunjuk skala pelenturan batang kayu ketika diberikan beban

3.1.2. Bahan 1. Beban dan dudukan beban Berfungsi sebagai pemberat dalam menentukan pelenturan batang kayu 2. Kait yang dilengkapi garis rambut Berfungsi untuk mengaitkan beban pada skala cermin 3. Tiga buah batang kayu yang berbeda geometri Berfungsi sebagai bahan yang akan ditentukan modulus

elastisitasnya

3.2. Prosedur 1. Mengukur panjang (jarak antara dua tumpuan), lebar, dan tebal masingmasing batang kayu. 2. 3. Menimbang massa beban. Menyusun alat-alat seperti gambar dibawah ini :

Batangkayu

Gariskaret Tumpuan meja

4.

Beban

Gambar 1. Gambar Rangkaian Alat 5. Mencatat kedudukan garis rambut pada kedudukan setimbang, yaitu kedudukan tanpa beban. 6. 7. Menambahkan beban, tiap penambahan catat kedudukan garis rambut. Mengurangi beban, tiap pengurangan beban catat kedudukan garis rambut sampai pada keadaan tanpa beban. 8. 9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel. Menghitung modulus elastisitas batng kayu.

10. Menggambar kurva antara beban terhadap pelenturan. 11. Menghitung modulus elastisitas batang kayu secara grafik. 12. Membandingkan hasil percobaan dengan literature (E kayu = 1,0 x 1011 dyne/cm2 sampai dengan 1,5 x 10 11 dyne/cm2) 13. Memberikan kesimpulan mengenai praktikum ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan a. Ukuran batang kayu Batang I II III Panjang / L (m) 0,8 m 0,8 m 0,8 m Lebar / b (m) 1,9 x 10-2 m 1,4 x 10-2 m 1,0 x 10-2 m Tebal / h (m) 0,9 x 10-2 m 1,4 x 10-2 m 0,9 x 10-2 m

Massa satu buah beban = 0,5 kg

b. Batang I Massa (kg) B= m x 9,8 (N) f+ (m) 7,0 x 10-2 7,1 x 10


-2

f(m) 7,0 x 10-2 7,2 x 10


-2

frata-rata (m) 7,0 x 10-2 7,15 x 10


-2

E (m) (N/ )

Eratarata (N/ )

0 0,1 x 10
-2

0 6,33 x 108 12,32 x 108 18,11 x 108 23,28 x 108 28,30 x 108 33,11 x 108 17,35 x 108

0,5

4,9

9,8

7,3 x 10-2 7,5 x 10


-2

7,4 x 10-2 7,5 x 10


-2

7,35 x 10-2 7,5 x 10


-2

0,1 x 10-2 0 0,1 x 10-2 0

1,5

14,7

19,6

7,7 x 10-2 8,0 x 10-2 8,2 x 10-2

7,8 x 10-2 8,0 x 10-2 8,2 x 10-2

7,75 x 10-2 8,0 x 10-2 8,2 x 10-2

2,5

24,5

29,4

c. Batang II Massa (kg) B= m x 9,8 (N) f+ (m) 7,0 x 10


-2

f(m) 7,1 x 10
-2

frata-rata (m) 7,05 x 10


-2

E (m) 0,1 x 10-2 0,05 x 10-2 0,1 x 10


-2

Erata) rata (N/ )

(N/

0 2,21 x 108 4,35 x 108 6,44 x 108 8,54 x 108 10,53 x 108 12,56 x 108 6,37 x 108

0,5

4,9

7,35 x 10-2 7,5 x 10


-2

7,4 x 10-2 7,5 x 10


-2

7,37 x 10-2 7,5 x 10


-2

9,8

1,5

14,7

7,6 x 10-2 7,65 x 10-2 7,75 x 10-2 7,8 x 10-2

7,6 x 10-2 7,65 x 10-2 7,75 x 10-2 7,8 x 10-2

7,6 x 10-2 7,65 x 10-2 7,75 x 10-2 7,8 x 10-2

19,6

2,5

24,5

29,4

d. Batang III Massa (kg) B= m x 9,8 (N) f+ (m) 7,0 x 10-2 7,3 x 10
-2

f(m) 7,0 x 10-2 7,3 x 10


-2

frata-rata (m) 7,0 x 10-2 7,3 x 10


-2

E (m) (N/ )

Eratarata (N/ )

0 1,17 x 108 2,26 x 108 3,28 x 108 4,14 x 3,09 x 108

0,5

4,9

9,8

7,6 x 10-2 7,8 x 10-2 8,3 x

7,6 x 10-2 7,9 x 10-2 8,3 x

7,6 x 10-2 7,85 x 10-2 8,3 x

0 0,05 x 10-2 0

1,5 2

14,7 19,6

10-2 2,5 24,5 8,6 x 10-2 8,9 x 10-2

10-2 8,3 x 10-2 8,9 x 10-2

10-2 8,3 x 10-2 8,9 x 10-2 0

108 5,0 x 108 5,8 x 108

29,4

4.2. Perhitungan

1. Batang I

A = -163,3 B = 2364,7 y = 2364,7x 163,3

N/m2

2. Batang II

A = -271,6 B = 3813,65 y = 3813,65x 271,6

N/m2

3. Batang III

A = -105,83 B = 1518,82 y = 1518,82x 105,83

N/m2

Modulus Elastisitas secara Grafik


35 30 25 Berat beban 20 15 10 5 0 0.065 Linear (Grafik Modulus Elastisitas) Grafik Modulus Elastisitas

0.07

0.075 F(rata-rata)

0.08

0.085

Grafik 2. Grafik Modulus Elastisitas Batang I

35 30 25 Berat Beban 20 Grafik Modulus Young 15 10 5 0 0.068 Linear (Grafik Modulus Young) y = 3565x - 253.95 R = 0.8575

0.07

0.072

0.074

0.076

0.078

0.08

F(rata-rata)

Grafik 3. Grafik Modulus Elastisitas Batang II

35 30 25 Berat Benda 20 15 10 5 0 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 F(rata-rata) Linear (Grafik Modulus Elastisitas) Grafik Modulus Elastisitas y = 1586.7x - 110.65 R = 0.983

Grafik 4. Grafik Modulus Elastisitas Batang III

4.2. Pembahasan Percobaan kali ini membahas mengenai Modulus Elastisitas simana percobaanya menggunakan batang kayu sebagai bahan dalam menentukan modulus elastisitas kayu. Batang kayu yang digunakan sebanyak 3 batang yang memiliki lebar dan tebal yang berbeda-beda.Modulus elastisitas kayu dapat dihitung melalui pemberian beban sebagai tegangan yang diberikan pada batang kayu dan mengamati penujukkan skala oleh garis rambut sebagai regangannya. Percobaannya dilakukan sebanyak 7 kali pada tiap batang kayu dengan penambahan berat beban yang konstan yaitu sebesar 0,5 kg dari berat awal beban 0 kg hingga 3 kg. Dan pengurangan berat bebannya juga 7 kali pada tiap batang kayu dengan pengurangan sebesar 0,5 kg dari berat mawal 3 kg hingga 0 kg. Pada dasarnya, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui keelastisitasan suatu benda dan kelenturanya apabila pada benda tersebut diberi suatu gaya tertentu. Berdasarkan hasil percobaan kelompok kami, diperoleh kelenturan

batang kayu yang berbeda-beda dengan penambahan dan pengurangan berat benda yang sama.

Perbedaan kelenturan batang kayu ini disebabkan oleh batang kayu itu sendiri, yaitu panjang, lebar, dan tinggi batang kayu. Selain itu, juga dipengaruhi oleh berat benda yang digantung. Kelenturan batang kayu berbanding terbalik dengan modulus elastisitas, lebar, dan tebal batang kayu, tetapi sebanding dengan berat benda dan panjag benda. Semakin tebal dan lebar batang kayu, maka kelenturannya makin kecil dan sebaliknya. Sedangkan apabila berat suatu benda semakin besar, maka kelenturan batang kayu semakin besar pula. Dari percobaan batang I, batang II, dan batang III, data yang kami peroleh nilai kelenturannya tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor ketidaktelitian dalam pengukuran, yaitu karena kesalahan sistematis, seperti kesalahan kalibrasi (faktor alat), kesalahan titik nol yang skalanya tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk. Kesalahan dalam cara pemasangan alat pun sangat mempengaruhi, misalnya kesalahan dalam menempatkan batang kayu. Selain itu juga, kesalahan bisa disebabkan kelelahan alat yang sering dipakai terus menerus sehingga kondisi alat kurang baik dan tidak akurat lagi, seperti kait yang dilengkapi garis rambut yang digunakan untuk mengukur skala ternyata posisinya miring dan tidak seimbang, sehingga dalam pembacaan rentan mengalami keslahan. Kesalahan pun dapat terjadi ketika membaca nilai skala (keslahan sudut pandang), pembaca berpindah-pindah tempat ketika membacanya atau tidak tepat melihatnya. Kemudian yang paling sering terjadi adalah keteledoran pengamat dalam membaca hasil pengukuran terlalu tergesa-gesa dan kurang teliti. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai modulus elastisitas (E) ditentukan oleh berat benda (B), kelenturan(f), panjang batang kayu(L), lebar batang kayu(b), tebal batang kayu (h). Hasil yang diperoleh pada tiap batang berbeda-beda. Batang III lebih elastis dari batang II dan batang I. Dan batang I lebih elastis dari pada batang II. Padahal seharusnya ketig batang tersebut memiliki Modulus Elastisitas yang sama. Modulus elastisitas rata-rata diperoleh dari jumlah modulus elastisitas setiap percobaan dibagi dengan 7. Dalam menghitung Modulus Elastisitas, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara perhitungan dan cara kalkulator. Hasil praktikum ini tidak sesuai dan sedikit menyimpang dari teori yang ada. Data yang

kami peroleh dengan perhitungan manual berbeda dengan perhitungan dengan literatur.

Batang

Perhitungan manual ( )

Perhitungan literatur ( 10.109 10.109 10.109 )

Perhitungan kalkulator

I II III

17,35 x 108 6,37 x 108 3,09 x 108

Karena perbedaan hasil tersebut, juga karena berbagai kesalahan yang terjadi, maka kurva yang diperoleh tidak linear, padahal menurut teori kurvanya linear.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 1. Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan dari suatu benda . Modulus elastisitas dilambangkan dengan E dan satuannya N/m2. 2. Hasil-hasil yang diperoleh dalam praktikum tidak ada yang sama persis dengan perhitungan teori. 3. Hasil-hasil yang diperoleh sedikit banyak dipengaruhi oleh berbagai macam hal, baik itu praktikum sendiri maupun alat yang dipakai, secara garis besar dapat dikatakan berdasarkan beberapa faktor, yaitu : a. b. c. Ketelitian pengamatan praktikum. Ketelitian alat yang dipakai. Keadaan dan situasi praktikum.

4. Besarnya modulus elastisitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya panjang penyangga, jenis bahan, berat beban dan juga gravitasi. 5. Menurut percobaan semakin pendek pertambahan panjang suatu bahan maka semakin tinggi nilai modulus elastisitasnya. 6. Perbandingan antara tegangan dan regangan, atau tegangan persatuan regangan, disebut modulus elastik bahan. 7. Berdasarkan teori yang ada, semakin pendek pertambahan panjang suatu bahan maka semakin tinggi nilai modulus elastisitasnya. 8. Kurva yang dihasilkan tidak linear karena perolehan data yang tidak akurat

5.2. Saran Untuk mendapatkan data yang akurat, dari praktikum tersebut yang akurat, dari praktikum tersebut yang sesuai dengan yang diinginkan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Menguasai teori dasar sebelum melakukan praktikum 2. Mengikuti seluruh prosedur kerja 3. Mampu menggunakan alat-alat dengan baik 4. Kondisi alat yang dipakai haruslah dalam kondisi baik, sehingga mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala 5. Praktikan dalam melakukan pengukuran dan pembacaan skala hauslah secara cermat dan teliti agar hasil yang diperoleh lebih akurat

DAFTAR PUSTAKA

Ardianti, Fauziah.2011.Modulus Young Hukum Keelastisitasan. Available online at http://banyakkali.blogspot.com/2011/01/modulus-young-hukumkeelastisitasan23.html (diakses pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 21.11 WIB) Zaida, Drs.,M.Si.. 2012. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Universitas

Padjadjaran: Jatinangor Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga Halliday dan Resnick .1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga Kanginan, Martheen. 2004. Fisika SMA 2A. Erlangga:Jakarta.

Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga Zemansky, Sears. 1994.Fisika Universitas I. Jakarta: Erlangga Ardinti, Fauziah. 2011. Modulus Young Hukum Keelastisitasan.Avaliable online at http://banyakkali.blogspot.com/2011/01/modulus-young-hukumkeelastisitasan_23.html (diakses pada tanggal 17 Oktober 2012, pukul 22.13 WIB)

Anda mungkin juga menyukai