Anda di halaman 1dari 13

askep aritmia

1. Definisi Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996). 2. Etiologi Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh : 1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi) 2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard. 3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya 4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia) 5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung 6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. 7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis) 8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme) 9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung 10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung) 2. Pathofisiologi Terlampir Manifestasi klinis 1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat. 2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. 3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah 4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis. 5. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan Pemeriksaan Penunjang 2. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung. 3. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia. 4. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup

5. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa. 6. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia. 7. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia. 8. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin. 9. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia. 10. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia. 11. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia. Penatalaksanaan Medis 12. Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu : 1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker Kelas 1 A Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang Kelas 1 B Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT Kelas 1 C Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi 2. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi 3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang 4. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia 13. Terapi mekanis 1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif. 2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat. 3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel. 4. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung. Pengkajian 1. Riwayat penyakit Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi

Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi Kondisi psikososial 15. Pengkajian fisik 1. Aktivitas : kelelahan umum 2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat. 3. Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis. 4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit 5. Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. 6. Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah 7. Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis. 8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan Diagnosa keperawatan dan Intervensi Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia. Kriteria hasil : 1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa 2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia 3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia. Intervensi : 4. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris. 5. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi. 6. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan. 7. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung 8. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut. 9. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi 10. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD 11. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi 12. Kolaborasi : 13. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit 14. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

15. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi 16. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif 17. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung 18. Masukkan/pertahankan masukan IV 19. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif 20. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi. Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan 2. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat Intervensi : 3. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal 4. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga 5. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo. 6. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan 7. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan 8. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein 9. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang 10. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat 11. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis 12. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu DAFTAR PUSTAKA 1. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994. 2. Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996 3. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001. 4. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999 5. Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001 Diposkan oleh Ners Semarang di 19:41 0 komentar Link ke posting ini Label: KARDIOVASKULER PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN : PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal

ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. (IPD FKUI,1996 ;1134) 1. Pengertian Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227) Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235) Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375) 2. Etiologi Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : 1. Faktor Prenatal : Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella. Ibu alkoholisme. Umur ibu lebih dari 40 tahun. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu. 2. Faktor Genetik : Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. (Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109) 3. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas) Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg) Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.

Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah Apnea Tachypnea Nasal flaring Retraksi dada Hipoksemia Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru) (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002 ; 376) 4. Pathways Terlampir 5. Komplikasi Endokarditis Obstruksi pembuluh darah pulmonal CHF Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) Enterokolitis nekrosis Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner) Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit Hiperkalemia (penurunan keluaran urin. Aritmia Gagal tumbuh (Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) 6. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236) 7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat 2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan) 3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya. 4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. 5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya. (Betz & Sowden, 2002 ;377) 8. Pengkajian Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)

Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger Kaji adanya hiperemia pada ujung jari Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress. 9. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung. 2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal. 3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. 6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan. 7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak. 10. Intervensi 1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat : Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing) Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali) Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload Berikan diuretik sesuai indikasi. 1. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru: Monitor kualitas dan irama pernafasan Atur posisi anak dengan posisi fowler Hindari anak dari orang yang terinfeksi Berikan istirahat yang cukup Berikan nutrisi yang optimal Berikan oksigen jika ada indikasi 1. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat : Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak 1. Memberikan support untuk tumbuh kembang Kaji tingkat tumbuh kembang anak Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.

Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat 1. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama Catat intake dan output secara benar Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi. 1. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi Berikan istirahat yang adekuat Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal 1. Memberikan support pada orang tua Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak. 11. Hasil Yang Diharapkan 1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung 2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru 3. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat 4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan 5. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan 6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi 7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. 12. Perencanaan Pemulangan Kontrol sesuai waktu yang ditentukan Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu : o Teknik pemberian obat o Teknik pemberian makanan o Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan. DAFTAR PUSTAKA

Masalah Nutrisi pada Area Keperawatan Kritis

Status nutrisi merupakan fenomena multidimensional yang melakukan beberapa metode penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor. Pengukuran antropometrik termasuk pemeriksaan berat badan dan panjang badan. Ketebalan lapisan kulit (skin fold), permukaan daerah trisep (trisepa skin fold) dan pengukuran lingkar otot lengan atas (midarm muscle circumference, MAMC) tidak berguna banyak pada pasien sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung berubah. Jenis protein yang paling sering diukur, adalah albumin serum. Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan (Wiryana, 2007). Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekuranga atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Malnutrisi sering terjadi pada bayi sakit kritis yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit, dan dapat memperburuk keadaan. Tunjangan nutrisi sangat penting pada pengelolaan anak sakit kritis dan dapat diberikan secara enteral, parenteral atau bersama-sama enteral dan parenteral. Apabila usus berfungsi baik, gunakanlah untuk nutrisi enteral dengan memakai konsep nutrisi enteral dini. Pada keadaan 3 dimana usus tidak berfungsi, segera diberikan nutrisi parenteral atau nutrisi enteral dan parenteral bersama-sama sehingga kebutuhan akan kalori, cairan, mineral, trase elemen dapat dipenuhi (Setiati, 2000). Pada hampir semua pasien sedikit kritis juga mengalami anoreksia atau tidak mampu makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi atau terintubasi melalui saluran nafas bagian atas. Jika diberikan secara tepat, bantuan nutrisi memberikan energi, protein dan nutrisinutrisi yang diperlukan untuk mengoptimalkan sistem imun, meningkatkan penyembuhan luka, mencegah pemecahan masa lemak tubuh (Soenarjo, 2000) Pasien yang kritis beresiko mendapatkan penanganan yang berkombinasi dan mengalami stres akibat cedera, trauma, pembedahan, dan sepsis. Sehingga beresiko menimbulkan masalah nutrisi Alasannya: hal itu dapat menyeabakan peningkatan metabolisme dalam tubuh yang butuh energi lebih untuk pemuliahan

Pasien pasien yang berisiko malnutrisi : Kehilangan BB lebih dari 10% dalam 6 bulan,lebih dari 5% dalam 1 bulan BB 20% lebih atau kurang dari BB ideal atau IMT < 18,5 atau >25 Penyakit kronis Diet kronis Peningkatan kebutuhan metabolic Intake nutrisi adekuat > 7 hari Mendapat 3 atau lebih jenis pengobatan secara regular Kemiskinan

Manifestasi yang mengindikasikan kekurangan protein dan kalori : Rambut rontok,kering,pigment rambut berkurang Kehilangan jaringan subcutan, otot atropi Pengobatan luka buruk, ulkus dukubitus Hepatomegali Edema Manifestasi defisiensi Vitamin : Kekirangan konjungtiva dan kornea ( vitamin A ) Kulit kering bersisik Perawatan luka buruk Edema gagal jantung

Manifestasi defisiensi mineral : Sklera biru,mukus membran pucat Hipogeusia, indra peraba buruk, perawatan luka buruk (zinc)

Gangguan Nutrisi pada pasien gangguan paru : BB dibawah ideal Edema,dispnea, kurang cairan Intake nutrisi in adekuat Mendapat inkubasi endotracheal untuk mencegah intake oral. Overfeeding

Gangguan Nutrisi pada neurologi : Hiperglikemi (penggunaan corticostemin ) Atropi otot dan lemak subcutan b.d intake nutrisi in adekuat Disfagia Penggunaan fenobarbital Hiper metabolisme akibat cedera kepala Ulkus dekubitus

Gangguan Nutrisi pada ginjal : BB turun (edema) Ketidakseimbangan elektrolit Hipo albuminaria kehilangan asam amino Anemia b.d reproduksi eritroprotein in adekuat dan kehilangan darah dalam hemodialisis Atropi otot dan jaringan subkutan Diet buruk b.d kekurangan protein dan elektrolit

Gangguan nutrisi pada penyakit gastrointestinal : BB dibawah BB ideal b.d malabsorpsi,anorekia. Hipo albumineria ( akibat kerusakan hati, bukan malnutrisi ) Hipokalsemia Hipomagnesemia b.d pemakaian alkohol Anemia b.d kehilangan darah Atropi otot dan lemak subkutan Konfusi, konfabulasi,neoropati periferal b.d defisiensi tiamin

Gangguan nutrisi pada penyakit endokrin : Hiperglikemi b.d kontrol diabetes buruk,infeksi, trauma, penggunaan gluko kortikoid Hipoglikemi b.d muntah atau intake nutrisi in adekuat

Tujuan pemberian dukungan nutrisi pada kondisi sakit kritis dan sepsis adalah :

1. Meminimalkan imbang negatif kalori dan protein dan kehilangan protein dengan cara menghindari kondisi starvasi. 2. Mempertahankan fungsi jaringan, khususnya hati, sistem imun, sistem otot, dan otot-otot pernafasan. 3. Memodifikasi perubahan-perubahan metabolik dan fungsi metabolik dengan menggunakan substrat khusus.

Support Nutrisi terdiri dari :

1. Nutrisi Enteral Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana (2007), Nutrisi enteraladalah faktor resiko independent pnemoni 13 nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara dini akan membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien di Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya multifaktorial, termasuk therapy antibiotic, infeksi clostridium difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis. Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas elektrolit dan hiperglikemi (Wiryana, 2007).

2. Nutrisi Prenteral Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat. Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan ( Setiati, 2000). Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk 14 memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000)

DAFTAR PUSTAKA

ASPEN Nutrition Support Practice Manual, 2nd ed. 2005. Urden Linda D, dkk. 2008. Priorities in Critical care Nursing. Canada:Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai

  • JIWA
    JIWA
    Dokumen11 halaman
    JIWA
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Histeria
    Histeria
    Dokumen25 halaman
    Histeria
    Mardha Dwi Kusmiati
    100% (1)
  • Bunuh Diri
    Bunuh Diri
    Dokumen16 halaman
    Bunuh Diri
    WaHyu Alkatiri
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen35 halaman
    Bab Ii
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Bunuh Diri
    Bunuh Diri
    Dokumen16 halaman
    Bunuh Diri
    WaHyu Alkatiri
    Belum ada peringkat
  • HIDROCEPHALUS - Docx JADI
    HIDROCEPHALUS - Docx JADI
    Dokumen20 halaman
    HIDROCEPHALUS - Docx JADI
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • 737 1402 1 SM
    737 1402 1 SM
    Dokumen15 halaman
    737 1402 1 SM
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • BAB I Kepatuhan Diit
    BAB I Kepatuhan Diit
    Dokumen7 halaman
    BAB I Kepatuhan Diit
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak Sindrom Down
    Askep Anak Sindrom Down
    Dokumen6 halaman
    Askep Anak Sindrom Down
    Xotenzh'ithue Irman Sevenfoldism
    Belum ada peringkat
  • Down Syndrome
    Down Syndrome
    Dokumen27 halaman
    Down Syndrome
    Dareza Dwiaji
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENDAHULUAN Nefrolitiasis
    LAPORAN PENDAHULUAN Nefrolitiasis
    Dokumen6 halaman
    LAPORAN PENDAHULUAN Nefrolitiasis
    Mardha Dwi Kusmiati
    50% (2)
  • LP Asma Bronchial
    LP Asma Bronchial
    Dokumen8 halaman
    LP Asma Bronchial
    Edos Alam
    Belum ada peringkat
  • Ce Mpaka
    Ce Mpaka
    Dokumen21 halaman
    Ce Mpaka
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen11 halaman
    LP DM
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Belajar DM
    Kontrak Belajar DM
    Dokumen2 halaman
    Kontrak Belajar DM
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Bronkho Pneumonia
    Bronkho Pneumonia
    Dokumen18 halaman
    Bronkho Pneumonia
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Askep Bilirubinemia
    Askep Bilirubinemia
    Dokumen12 halaman
    Askep Bilirubinemia
    Kristian Ade Chandra
    Belum ada peringkat
  • Anggrek
    Anggrek
    Dokumen25 halaman
    Anggrek
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • LP + LK TB Paru + Efusi Pleura
    LP + LK TB Paru + Efusi Pleura
    Dokumen45 halaman
    LP + LK TB Paru + Efusi Pleura
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • LP SH
    LP SH
    Dokumen20 halaman
    LP SH
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Klinik THT
    Klinik THT
    Dokumen15 halaman
    Klinik THT
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Geds Tarex
    Laporan Kasus Geds Tarex
    Dokumen15 halaman
    Laporan Kasus Geds Tarex
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Katarak
    Laporan Pendahuluan Katarak
    Dokumen8 halaman
    Laporan Pendahuluan Katarak
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan KDM Oksigenasi
    Laporan Pendahuluan KDM Oksigenasi
    Dokumen8 halaman
    Laporan Pendahuluan KDM Oksigenasi
    Gus Djun
    100% (4)
  • YUSRIZAL
    YUSRIZAL
    Dokumen10 halaman
    YUSRIZAL
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • YUSRIZAL
    YUSRIZAL
    Dokumen10 halaman
    YUSRIZAL
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • YUSRIZAL
    YUSRIZAL
    Dokumen10 halaman
    YUSRIZAL
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat