Anda di halaman 1dari 27

AQIDAH 2 ASNIN SYAFIUDDIN

MATERI
A. B.

C.
D. E. F. G. H. I. J.

PENGERTIAN IMAN KEPADA QADAR DALIL WAJIB BERIMAN KEPADA QADAR KANDUNGAN IMAN KEPADA QADAR MACAM-MACAM TAQDIR MACAM-MACAM IRADAH BERIMAN KEPADA QADAR DAN IKHTIAR DOA DAN QADAR BERARGUMENTASI DENGAN QADAR GOLONGAN YANG MENYIMPANG DALAM MASALAH QADAR DAMPAK BERIMAN KEPADA QADAR

A. PENGERTIAN IMAN KEPADA QADAR


Qadar adalah ketentuan Allah untuk seluruh makhluk yang ada sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya. Jadi iman kepada qadar adalah mengimani adanya ketentuan Allah untuk seluruh makhluk sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya.

B.DALIL WAJIB BERIMAN KEPADA QADAR

Dalil al-Quran (QS. 54:49, 64:11, 57:22) Dalil al-Hadits : - Hadits Jibril - Dalil Akal : Iman kepada qadar merupakan konsekwensi iman kepada Allah SWT, karena iman kepada qadar pada hakekatnya didasarkan pada iman kepada nama dan sifat Allah seperti : al-ilmu ( QS. 2 : 29), al-qudrah ( QS. 57 : 2) dan aliradah (QS. 85 : 16).

C.KANDUNGAN IMAN KEPADA QADAR


1.

2. 3.

4.

Mengimani bahwa Allah mengetahui segala sesuatu secara global maupun terperinci, azali dan abadi, baik yang berkaitan dengan perbuatan-Nya maupun perbuatan para hamba-Nya. (QS. 22:70) Mengimani bahwa Allah telah menulis hal itu di Lauh Mahfuzh. (QS. 22:70, hadits) Mengimani bahwa seluruh yang ada tidak akan ada, kecuali dengan kehendak Allah SWT, baik yang berkaitan dengan perbuatan-Nya maupun yang berkaitan dengan perbuatan makhlukmakhluk-Nya . (QS. 28:68, 3:6, 4:90), Mengimani bahwa seluruh yang ada, zatnya, sifatnya, dan geraknya diciptakan oleh Allah SWT. (QS. 39:62)

D. MACAM-MACAM TAKDIR
1.

Takdir Azali () . Takdir yang meliputi segala sesuatu dalam lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Di saat Allah swt. memerintahkan Al-Qalam (pena) untuk menuliskan segala sesuatu yang terjadi dan yang belum terjadi sampai hari kiamat. Hal ini berdasarkan QS. 57:22, hadits.

2.

takdir hari perjanjian () . Yaitu takdir perjanjian fitrah pertama, dimana Allah mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berkata : "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi" (lihat : QS. Al-Araf : 172). Allah mentakdirkan mereka untuk mencintai, mentauhidkan, dan mengagungkan-Nya. Dengan demikian setiap orang mengakui Allah sebagai penciptanya dan cenderung untuk mentauhidkan-Nya. Yang dimaksud dengan kesaksian dalam di sini adalah fitrah manusia untuk mentauhidkan Allah. Hal ini diperkuat firman Allah dalam surat ar-Rum : 30.

3.

4.

Takdir Umuri () . Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaannya ketika pembentukan air sperma (usia empat bulan) dan bersifat umum. Takdir ini mencakup rizki, ajal, kebahagiaan, dan kesengsaraan. Hal ini didasarkan pada hadits. Takdir hauli/tahunan () . Yaitu takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap tahun. Perhatikan :QS. 44:4-5. Ahli tafsir menyebutkan bahwa pada malam itu dicatat dan ditulis semua yang akan terjadi dalam setahun, mulai dari kebaikan, keburukan, rizki, ajal, dan lain-lain yang berkaitan dengan peristiwa dan kejadian dalam setahun. Hal ini sebelumnya telah dicatat pada Lauh Mahfudz.

Takdir Yaumi/harian ( ) . Yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang akan terjadi dalam satu hari; mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah, Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. [QS. Ar-Rahmaan (55): 29]

E. MACAM-MACAM IRADAH (KEHENDAK)


1.

Iradah kauniyyah () Yaitu kehendak Allah yang bersifat umum yang mencakup semua makhluk, orang shaleh dan durhaka, yaitu kehendak Allah dilakukannya suatu perbuatan, baik yang dilakukan itu dicintai dan dieidhai Allah atau tidak. Maka Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Segala yang dilakukan Allah semuanya baik dan bagus. Adapun perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang buruk. Manusia tidak bisa melakukan apa saja yang dia kehendaki, mereka melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka dengan melaksanakan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang. Inilah yang dinamakan kebaikan bagi manusia.

Kehendak ini terkait dengan penciptaan dan merupakan konsekwensi rububiyah Allah. Apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Termasuk dalam kehendak ini adalah penciptaan orang yang kuat dan orang yang lemah, yang kaya dan yang miskin, mukmin dan kafir, malaikat, setan, penciptaan kebaikan dan keburukan, penciptaan kekuatan dan kelemahan, cerdas dan bodoh. Di antara dalil iradah kauniyyah ini adalah : QS.6:112; 10:99; 6:125.

2.

Iradah syariyyah () Yaitu kehendak Allah pada perintah agama dan syariat. Karena kehendak ini, Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab. Kehendak ini tidak mesti terwujudnya yang dikehendaki sekalipun dicintai Allah kecuali jika berbarengan dengan iradah kauniyyah. Iradah syariyyah ini merupakan dalil yang jelas bahwa Allah tidak memerintahkan, tidak menyukai, dan tidak meridhai kekufuran, kesesatan, kemaksiatan, dan dosa, sekalipun menghendaki penciptaannya. Juga merupakan dalil bahwa Allah menyukai dan meridhai semua yang berkaitan dengan perintah agama. Allah memberikan pahala kepada pelakunya, memasukkan ke dalam surga, menolong mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di antara dalil iradah syariyyah adalah : QS.2:185; 5:6; 4:27.

F. BERIMAN KEPADA QADAR DAN IKHTIAR


Iman kepada qadar tidak menafikan bahwa manusia mempunyai kehendak (iradah) dan kemampuan (qudrah) dalam berbagai perbuatan yang sifatnya ikhtiyari (usaha ). Dalil syara : QS. 78:39, 64:16 Dalil kenyataan : Manusia mengetahui bahwa dirinya mempunyai kehendak dan kemampuan yang menyebabkannya mengerjakan atau meninggalkan sesuatu. Dia juga dapat membedakan antara kemauannya ( seperti berjalan), dan yang bukan kehendaknya (seperti gemetar). Kehendak serta kemampuan seseorang itu akan terjadi dengan masyiah (kehendak) serta qudrah (kemampuan) Allah SWT. (QS. 81:28-29)

Karena manusia mempunyai kehendak dan kemampuan untuk berusaha dalam berbagai perbuatan yang sifatnya ikhtiyari, maka manusia diperintahkan untuk menempuh jalan (usaha) sambil bertawakkal kepada Allah swt. Hasil usaha itu tergantung pada izin Allah, karena di di tanganNyalah kerajaan segala sesuatu. Yang telah menciptakan jalan, adalah juga yang menciptakan hasil. Misalnya, bila seseorang menginginkan keturunan yang saleh, maka ia harus menempuh jalan untuk itu, yakni pernikahan yang syar i (sesuai dengan syariat). Akan tetapi pernikahan itu mungkin membuahkan dan mungkin pula tidak mendatangkan hasil, tergantung kemauan dan kehendak Allah swt Yang Maha Gagah, Maha Bijaksana, Maha Lembut, dan Maha Mengetahui. (QS. 42:49-50)

Oleh karena itu, haram hukumnya bila seorang muslim meninggalkan usaha. Jika seseorang tidak berusaha untuk mencari rezeki maka dia berdosa, walaupun benar bahwa rezeki itu berada di tangan Allah. Sebab usaha yang disyariatkan adalah bagian dari qadar itu sendiri. (hadits) Memandang sebab (usaha) sebagai satusatunya pembuat akibat (hasil) adalah syirik, karena tidak mengakui kekuasaan Allah. Sedangkan menampik sebab adalah cacat akal. Dan berpaling dari usahausaha yang diperintahkan adalah cacat dalam pelaksanaan syariat.(hadits)

G. DOA DAN QADAR

Doa adalah merupakan sebab mendapatkan manfaat dan menolak madarat, sama dengan sebab (usaha) yang lain seperti tawakkal dan sedekah. Kemudian sekalipun sebagai sebab, ia masuk di dalam qadar, bukan di luar qadar. Karena doa termasuk qadar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Doa merupakan sebab untuk mendapatkan manfaat dan untuk menolak bencana. Jika doa itu lebih kuat dari pada sebab bencana, maka doa akan dapat menolak bencana itu. Tapi jika sebab bencana itu lebih kuat dari pada doa, maka doa itu tidak bisa menolaknya, akan tetapi bisa mengurangi atau meringankannya. Tidak ada sesuatu sebab pun yang lebih bermanfaat dan lebih menyampaikan pada yang diminta selain doa.

Oleh karena itu, ketika sebab-sebab keburukan sudah terjadi, Rasulullah saw memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang dengan izin Allah dapat menolak sebab-sebab itu seperti shalat, doa, dzikir, istighfar, taubat, dan sedekah. Sebab amal-amal shaleh ini dapat menghalangi keburukan yang sebabnya telah terjadi, sebagaimana disebutkan dalam hadits : Kehati-hatian tidak bermanfaat karena sudah ditakdirkan, doa bermanfaat pada sesuatu yang sudah terjadidan belum terjadi, dan sesunguhnya doa bertemu dengan bencana, lalu keduanya berkelahi sampai hari kiamat. (HR. Thabrani)

Hal ini seperti ada musuh datang, maka ia ditolak dengan doa, amal sosial, dan jihad. Kalau kedinginan menyerang, ia ditolak dengan kehangatan, amal shaleh, dan doa. Dalil tertolaknya musuh dengan doa dan jihad adalah sabda Rasulullah saw kepada Saad bin Abi Waqqash : . . Kalian tidak ditolong dan diberikan rezeki kecuali lantaran orang-orang lemah di antara kalian. (HR. Bkhari) Dan dalam riwayat Nasai : : Sesungguhnya Allah memberikan pertolongan pada umat ini lantaran orang lemahnya : melalui doa, shalat, dan keikhlasan mereka.

Di antara dalil al-Quran bahwa doa berpengaruh adalah Firman Allah yang artinya : Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".(QS. Ghafir : 60) Baca tentang Nabi Nuh : QS. Al-Anbiya : 76-77, tentang Nabi Ayyub (QS. 21:83-84), Nabi Yunus (QS. 21:87-88), Nabi Zakaria (QS. 21:89-90), Nabi Musa (QS. 10:88-89) Di antara dalil hadits dalam hal ini adalah hadits yang diriwayatkan Anas bahwa ketika Nabi saw sedang khutbah jumat, datang seorang Arab Badui yang mengeluhkan kekeringan dan minta didoakan supaya hujan. Rasul-pun berdoa kemudian turun hujan. Dan pada jumat berikutnya orang itu datang lagi yang mengeluhkan kebanjiran dan minta didoakan supaya menahan hujan . Rasulullah lalu berdoa supaya hujan itu diturunkan di gunung dan dataran-dataran yang tinggi, lalu doanya dikabulkan.

H. BERARGUMENTASI DENGAN QADAR


Imam kepada qadar tidak berarti memberi alasan untuk meninggalkan kewajiban atau untuk mengerjakan maksiat. Kalau itu dibuat alasan, maka alasan itu jelas salah ditinjau dari beberapa segi : 1. QS. 6:148. 2. QS. 4:165. 3. Hadits

H. BERARGUMENTASI DENGAN QADAR (lanjutan)


4.

5.

Allah SWT memerintahkan serta melarang sesuatu pada hamba-Nya, namun tidak menuntutnya kecuali yang mampu dikerjakannya. Allah berfirman : Takdir adalah rahasia yang tersembunyi, tidak dapat diketahui sebelum terjadinya takdir serta kehendak seseorang untuk mengerjakannya terlebih dahulu dari perbuatannya. Jadi, kehendak seseorang untuk mengerjakan sesuatu itu tidak berdasarkan pada pengetahuannya akan takdir Allah. Pada waktu itu habislah alasannya dengan takdir karena tidak ada alasan bagi seseorang terhadap apa yang tidak diketahuinya.

H. BERARGUMENTASI DENGAN QADAR (lanjutan)


6.

7.

Kita melihat orang yang ingin mendapat kan urusan dunia secara layak, tidak ingin pindah kepada yang tidak layak. Apakah ia akan beralasan dengan takdir? Mengapa berpindah dari kurang menguntungkan kepada yang menguntungkan dengan alasan takdir? Bukankah dua hal itu satu? Orang yang meninggalkan kewajiban serta melanggar kemaksiatan dengan alasan takdir itu seandainya dianiaya oleh seseorang, dirampas hartanya dan dirusak kehormatannya dengan beralasan pada takdir dan mengatakan: Anda jangan menyalahkan saya, karena kelaliman saya, ini adalah takdir Allah, alasannya itu tidak akan diterima. Bagaimana seseorang tidak mau menerima alasan orang lain dengan takdir dalam penganiayaannya terhadap orang lain, lalu ia sendiri beralasan dengan takdir terhadap kelalimannya dalam hak AllahSWT ?

H. GOLONGAN YANG
MENYIMPANG DALAM MASALAH QADAR
1.

Golongan Jabariyyah, yaitu mereka yang mengatakan bahwa manusia itu terpaksa atas perbuatannya, tidak punya iradah (kemauan) dan qudrah (kemampuan). Bantahan : a. Dalil syara, Allah SWT. telah menetapkan kehendak kepada hamba-Nya serta menggatungkan perbuatan kepadaNya juga. Firman-Nya : QS. 3:152, 18:29, 41:46

H. GOLONGAN YANG MENYIMPANG DALAM MASALAH QADAR

b. Secara kenyataan bahwa manusia mengetahui perbedaan antara perbuatanperbuatan yang ikhtiyariy (dapat diupayakan) yang di kerjakan dengan kehendaknya, seperti makan, minum, dan jual beli, dan yang di luar kehendak nya seperti gemetar karena demam, dan jatuh dari atas. Pada yang pertama ini ia dapat mengerjakan dan memilih dengan kemauan nya tanpa ada paksaan. Sedangkan yang kedua dia tidak dapat memilih juga tidak di kehendaki terjadinya.

H. GOLONGAN YANG
MENYIMPANG DALAM MASALAH QADAR (lanjutan ) 2. Golongan Qadariyah, yaitu mereka yang mengatakan
bahwa manusia dalam perbuatannya di tentukan oleh kemauan serta kemampuannya sendiri, kehendak serta takdir Allah Swt tidak ada pengaruhnya sama sekali. Bantahan : a. Dalil syara : Allah SWT. Pencipta segala sesuatu, dan segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya. Allah telah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa perbuatan makhlukNya terjadi dengan kehendak-Nya, sebagaimana firmanNya : QS. 2:253, 32:13 b. Dalil akal : Alam semesta ini adalah milik dan berada dalam kekuasaan Allah. Dan manusia, sebagai bagian dari alam semesta tidak mungkin dapat berbuat dalam kekuasaan Si Penguasa kecuali dengan seizin-Nya dan kehendak-Nya.

I. DAMPAK BERIMAN KEPADA QADAR


1.

2.

Bersandar kepada Allah SWT. ketika mengerjakan sebab-sebab, tidak bersandar kepada sebab itu sendiri, karena segala sesuatu terjadi karena ketentuan Allah SWT. Agar seseorang bersyukur kepada Allah SWT. dan tidak mengagumi dirinya ketika tercapai apa yang dicita-citakan. Karena tercapainya cita-cita merupakan nikmat dari Allah SWT, karena Allah telah menentukan sebabsebab keberhasilan untuknya. Dan mengagumi dirinya akan dapat melupakan syukur kepada nikmat ini.

I. DAMPAK BERIMAN KEPADA QADAR (lanjutan)


Bersabar dan tenang serta tidak gelisah ketika mendapatkan musibah atau tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang dicita-citakan, karena dia tahu bahwa hal itu sudah ditentukan Allah SWT. (QS. 57:22-23, hadits) H 2 4. Memiliki daya dorong yang kuat untuk melakukan amal shaleh dan kesiapan yang penuh untuk melakukan hal-hal yang sulit dengan penuh keteguhan hati dan tekad yang bulat serta tsiqah (percaya) kepada Allah. (QS. 9:51, hadits) H 3
3.

Anda mungkin juga menyukai