Skenario Klinis 1
Pasien datang dengan penurunan berat badan dan demam yang telah berlangsung sekitar 3 minggu. Pemeriksan fisik mengungkap tidak ada penyebab yang jelas dan pemeriksaan awal termasuk foto-X dada normal. Hitung darah menunjukkan sedikit peningkatan hitung leukosit yaitu 13x109/liter dan laju endap darah (LED) meningkat yaitu 52 mm/jam. Tidak jelas apa yang salah pada kesehatan pasien ini, tetapi dokter meresepkan antibiotik spektrum luas.
KOMENTAR ?
dripa@fk.unair.ac.id 2
Pembahasan
Setuju / tidak ?
Hitung lekosit & LED radang infeksi ? Antibiotik spektrum luas mengaburkan dan menunda diagnosis penyebab sesungguhnya Dapat menuju pengobatan parsial yang membawa petaka, seperti endokarditis Demam lama perlu investigasi dan diagnosis definitif.
dripa@fk.unair.ac.id
[1]
1. Tegakkan diagnosis infeksi bakteri (demam saja tidak selalu menunjukkan infeksi bakteri), lokasi infeksi, dan pertimbangkan kemungkinan bakteri penyebab. 2. Jika memungkinkan, khususnya pada semua infeksi serius, ambil spesimen yang sesuai (darah, sputum, pus, urine, usap) untuk kultur dan uji sensitivitas antibiotik, dan mungkin pemeriksaan mikroskopis dan pewarnaan Gram. 3. Secara keseluruhan, pertimbangkan kebutuhan terapi antibiotik. 4. Jika dilakukan kultur, apakah perlu segera diterapi sebelum hasilnya diketahui ?
dripa@fk.unair.ac.id 4
[2]
6. Monitor keberhasilan terapi secara klinis atau mikrobiologis dengan kultur ulang sesuai kebutuhan, terkadang dibutuhkan konsentrasi plasma.
dripa@fk.unair.ac.id 5
[3]
8.
dripa@fk.unair.ac.id
dripa@fk.unair.ac.id
dripa@fk.unair.ac.id
Skenario Klinis 2
Seorang bapak 65 tahun yang telah lama menderita PPOM (penyakit paru obstruktif menahun), saat ini mengalami bronkhitis akut; Dokter Cendrawasih meresepkan antibiotik.
[1]
KOMENTAR ?
dripa@fk.unair.ac.id 9
Skenario Klinis 2
[2]
Seminggu kemudian, bapak tsb kembali ke Dokter Cendrawasih dengan keluhan diare berat.
2. Apa diagnosis yang perlu dipertimbangkan ?
Kolitis pseudomembranosa
3. Jika diagnosis ini ditegakkan, bagaimana pengelolaannya ?
dripa@fk.unair.ac.id
10
[1]
sedang dalam terapi antibiotik, terkait dosis. Umumnya: ringan, mereda sendiri, tidak perlu pemeriksaan laboratorium dan pengobatan spesifik. Sebagian besar akibat perubahan fermentasi koloni bakteri terhadap karbohidrat. Lebih sering: ampicillin, clindamycin, dan cephalosporins III. Segera hingga 8 minggu sejak terapi antibiotik.
Tierney et al. Current Medical Diagnosis & Treatment (CMDT) 2005, p.600-602.
dripa@fk.unair.ac.id
11
[2]
Gejala klinis: diare ringan-sedang, kehijauan, berbau dengan nyeri perut bawah. leukositosis (hingga 50000/uL) Pemeriksaan tinja sering: leukosit (-) dan kultur (-), mukus, terkadang darah 15-25% Clostridium difficile (anaerob) masalah klinis Pemeriksaan enterotoksin (toksin A), sitotoksin (toksin B) Sigmoidoskopi fleksibel kolitis pseudomembranosa
Tierney et al. Current Medical Diagnosis & Treatment (CMDT) 2005, p.600-602.
dripa@fk.unair.ac.id
12
Relaps:
ulang terapi akut (prosedur khusus) dan dapat didukung dengan terapi probiotik.
Tierney et al. Current Medical Diagnosis & Treatment (CMDT) 2005, p.600-602.
dripa@fk.unair.ac.id
13
Skenario Klinis 3
Pasien dengan epilepsi mendapat carbamazepine. Dia alergi terhadap penicillin dan ketika terserang ISPA dengan demam dan sputum, diberi resep erythromycin. Dua hari kemudian pasien selalu mengantuk dan kehilangan keseimbangan (ataksia).
KOMENTAR ?
dripa@fk.unair.ac.id 14
2. 3. 4. 5.
Bacaan lanjut
Katzung BG ed.(2004). Farmakologi Dasar & Klinik, ed.8, buku 3. Jakarta: Salemba Medika, hal.179-201.