Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK OTOPSI Sebelum pemeriksaan luar dilakukan harus dimulai dengan identifikasi mayat.

Dokter harus tahu dengan pasti bahwa mayat yang akan diperiksa betul-betul mayat yang dimaksud dalam surat permintaan Visum et Repertum. Untuk menghindari penukaran mayat yang mungkin dapat terjadi bila mayat yang diperiksa lebih dari satu, maka penyidik berkewajiban mengikatkan tanda identifikasi, yaitu label yang bermaterai pada ibu jari kaki atau bagian lain pada mayat ( KUHAP 133 (3)). Dalam hal ini penyidik tidak perlu mengikat sendiri label pada ibu jari kaki mayat, tetapi dapat minta bantuan kepada petugas bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman untuk melakukan itu atas petunjuknya. Lak yang diberi cap jabatan tidak mutlak diperlukan, tetapi label yang memuat identifikasi mayat harus ada. Kadang-kadang penyidik belum megetahui identitas mayat dan pada label tertera nama Tn.X, bila kemudian Tn.X dikenal oleh seseorag maka kartu identitas dari orang yang mengenal tadi wajib dicatat misalnya KTP, SIM dan sebagainya. Orang yang mengenal mayat tadi kemudian wajib melaporkan nama Tn.X pada penyidik supaya penyidik dapat meralat secara tertulis Kadng-kadang korban tetap tidak dikenal, dalam hal ini identifikasinya didapat dari hasil pemeriksaan luar yang baik.

Pemeriksaan luar Pemeriksaan luar harus dilakukan dengan baik meliputi pemeriksan: 1. Identifikasi meliputi pemeriksaan: a. Jenis kelamiin b. Panjang dan berat badan c. Umur d. Warna kulit, mata, rambut e. Kalainan gigi geligi f. Kelainan pada kulit(tatouage) g. Penyakit (cekot, tumor dalam uterus) h. Sidik jari, sidik telapak kaki i. Pakaian dan benda milik pribadi

2. Kaku mayat, pakaian Sebelum pakaian dilepas terlebih dulu perlu dicatat kaku mayat. Pemeriksaan harus dilakukan demikian karena kaku mayat yang sudah lengkap, bila kemudian dilnturkan tidak akan kembali lagi. Hl tersebut dapat menghindarkan salah paham dari orang awam misalnya: untuk melepas pakaian kaku mayat pundak dan leher harus dilenturkan, bila pada mayat tidak dilakukan otopsi tapi diserahkan kembali kepada keluarga dan waktu mayat dimandikan keluarga mendapatkan eher sangat lemas, sehingga timbul penafsiran yang bukan-bukan misalnya dikira ruas tulang leher (Vertebra cervicales) patah. Setelah pakaian dilepas semua isi saku dikeluarkan dan diperiksa, kemudian dicatat untuk kepentingan identifikasi. Pakaian diperiksa adanya noda darah, lumpur, robekan, bekas lubang anak peluru, dan sebagainya. Pakaian dan benda yang ditemukan dibungkus rapi, diberi label, dan disegel dengan dilak kemudian diserahkan kepada penyidik. 3. Lebam mayat Selanjutnya diperhatikan lebam mayat, ada kalanya ditemukan ebam mayat pada dua tempat yang letknya berlawanan, ini berarti posisi mayat pernah dirubah. Warna lebam mayat biasanya merah ungu (livide), pada keracunan dengan karbon monoxide pada kerbakaran, keracunan gas masak (CO), asam sianida (HCN) warna menjadi merah terang (cherry red). Lebam mayat juga menjadi merh terang (cherry red). Lebam mayat jua menjadi merah terang pada mayat yang disimpan di kamar dingin dengan suhu yag rendh sekali. 4. Pembusuan 5. Panjang dan berat badan Mayat kemudian diukur panjangnya dan ditimbang beratnya. 6. Kepala: a. Luka: ada atau tidak b. Bentuk: bulat, lonjong, bulat lonjong c. Rambut, kumis, janggut, alis: warna, panjang, lurus/brombak/keriting. d. Mata:

Selaput biji mata (conjunctiva bulbi), selaput kelopak mata (konjunctiva palpebr): pucat, merah, kuning, bintik-bintik prdarahan. Selapu bening (cornea) : bening, keruh, parut,luka, lensa kontak. Selaput pelangi (iris): warna, iridektomi Manic mata (pupil): sama lebar, diameter. Lensa mata keruh, aphakia Mata palsu (prosthesis) e. Hidung Bentuk: mancung, pesek Cairan yang keluar: darah, buih f. Mulut Bentuk bibir, warna bibir Cairan yang keluar: drah, buih Formula gigi, isian gigi (filling, plombage) Gigi palsu, jembatan gigi (prosthesis) Gigi dipangur g. Telinga Bentuk Cairan yang keluar: darah 7. Leher: Luka- bekas alur jerat, bekas cekikan 8. Dada; Bentuk simetris, Bentuk payudara; besar, kecil Luka

9. Perut Bentuk cekung, membesar Warna daerah usus buntu (appendix), coecum Keadaan pusat, tali pusat Parut luka di lipat paha (inguinalis) Berut (hernia) luka 10.Alat kelamin laki-laki Rambut kemaluan Zakar ( penis) bentuk, khitan Kanung buah pelir scrotum Buah pelir (testis) Parut luka 11.Alat kelamin wanita Rambut kemaluan Bibir besar kemaluan (labium majus) Bibir kecil kemluan (labium minus) Selaput dara (hymen) 12.Dubur (anus) Bawasir (haemorrhoid) Apa yg keluar Parut luka 13.Anggota gerak a. Anggota gerak atas: (lengan atas, engan bawah, dan tangan)

Busung (oedema) Luka bekas tusukan jarum Luka lain b. Anggota gerak bawah (tungai atas, tungkai bawah, kaki) Busung (oedema) Luka bekas tusukan jarum Luka lain 14.Punggung Bentuk : kekel depan (lordosis), kekel belakang (kyphosis), kekel samping (scoliosis) Decubitus luka 15.Bokong Luka bekas tusukan jarum Luka parut

Cara melukis luka Luka dilukis dengan kata-kata dengan memperhatikan absis dan ordinat. Untuk absis dipakai: Garis mendatar melalui pusat Garis mendatar melalui pusat kedua putting susu pada pria Garis mendatar melalui pusat kedua ujung tulang belikat

Untuk ordinat dipakai: Garis tengah memalui tulang dada Garis tengah memalui tulang punggung

Contoh melukiskan luka iris; Letak ujung luar luka: dua sentimeter diatas daris mendatar melalui kedua putting susu dan sepuluh sentimeter sebelah kanan dari garis tengah melalui tulang dada. Letak ujung dlam luka: enam sentimeter diatas garis mendatar melalui kedua putting susu dan lima sentimeter sebelah kanan dari garis tengah melalui tulang dada. Panjang luka enam sentimeter, dalam luka satu sentimeter. Tepi luka rata dan tajam, ujung uka runcing. Perhatian: waktu mengukur panjang luka kedua ujung luka harus ditautkan, dirapatkan ahulu, baru diukur.

Alat yang diperlukan untuk otopsi di Puskesmas R.S. sederhana 1. Alat pengukur: o o o o o Timbangan besar sampai 500 Kg (kalau ada) Timbangan kecil sampai 3 Kg Pita pengukur Penggaris Alat pengukur cairan

2. Alat untuk otopsi: o o o o o o Pisau, cukup pisau belati yang tajam Gunting Pinset Gergaji dengan ggi yang halus Jarum besar, jarum goni Benang yang kuat

Bahan lain yang diperlukan o o o Botol/topples untuk spesium pemeriksaan toksikologi Alcohol 96% untuk fiksasi pemeriksaan toksikologi (5 liter) Botol untuk spesium pemeriksaan histopatologi

o o

Formaline 10% sebanyak 1 lier Kaca sediaan dan kaca penutup

Bahaya penularan Dulu menurut pengalaman Prof. Soetedjo Mertodidjojo bahaya penuaran waktu meakukan otopsi terlalu dibesar-besarkan. Selama tidak ada luka di tangan dan cukup banyak air yang mengalir untuk mencuci tangan, maka bahaya penularan dapat diatasi. Tetapi sekarang dengan adanya penyakit menular yang dapat ditularkan pada saat otopsi mak pencegahan dapat dilakukan. Penyakit-penyakit yang peru diwaspadai antara lain HIV/AIDS, hepatitis, TB paru dan penyakit menular linnya. Untuk itu pada setiap otopsi harus dipersiapkan larutan kloin untuk mencuci alat yang telah dipakai. Pencegahan lain yang perlu diperhatikan: Sarung tngan yang ternyata bocor harus segera diganti, air dari kran harus dialirkan memalui pipa plastic untuk mencegah percikan air, jas praktikum setelah dipakai otopsi harus dicuci dan harus selalu menjaga kebersihan. Pada kasus-kasus tertentu yang dicurigai mengandung penyakit menular (missal HIV/AIDS)

Anda mungkin juga menyukai