Anda di halaman 1dari 21

ILEUS OBSTRUKTIF

Penyusun : Sarah Kamilah 030.08.217

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Koja Periode 14 Mei 2012 21 Juli 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ILEUS OBSTRUKTIF

Definisi 1 Ileus dapat didefinisikan sebagai hambatan pasase isi usus. Dengan kata lain, ileus obstruktif adalah hambatan pasase usus yang disebabkan oleh sumbatan pada bagian distal.

Pemeriksaan Fisik 2,3,4 Keadaan umum : penderita tampak lemah, gelisah, sesak nafas dengan perut kembung dan tegang. Kalau obstruksi berlangsung lama dan terjadi strangulasi, maka akan terjadi demam, penderita dehidrasi, bibir kering, turgor kulit menurun, hipotensi, takikardi dan syok septik.

Abdomen : 2,3,5 Inspeksi: Terlihat distensi, tampak gambaran usus (darm contour), tampak gerakan usus, terutama pada penderita kurus. Auskultasi: Terdengar suara usus meninggi (metallic sound) terutama pada permulaan terjadinya obstruksi dan terdengarnya sangat jelas pada saat serangan kolik. Kalau obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi strangulasi serta peritonitis, maka bising usus akan menghilang. Palpasi: Pada obstruksi intestinal yang simple berbeda dengan obstruksi intestinal strangulasi. Pada obstruksi intestinal strangulasi akan terjadi rangsangan peritoneum akibat terjadinya peritonitis, akan terdapat tanda-tanda : perut distensi tegang, nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri kejang otot (defance muscular) Perkusi: Seluruh dinding abdomen nyeri ketok dan terdengar suara tympani.

Pemeriksaan colok dubur: Untuk mengetahui apakah ada massa dalam rectum. Adanya feces harus diperhatikan, apakah ada darah samar, sebab adanya darah dalam feces kemungkinan adanya lesi dari mukosa atau adanya intussusepsi. Gejala Klinis 1 Gejala klinis yang ditemukan pada pasien ileus obstruktif bervariasi penampilan dan keparahannya, tergantung dari tingkat obstruksi atau kapan pasien diperiksa. Gejala tersebut antara lain: Nyeri abdomen yang biasanya agak tetap pada awalnya dan kemudian menjadi bersifat kolik. Nyeri bersifat episodic tergantung dengan tingkat obstruksi. Obstruksi jejunum tinggi sekitar 4-5 menit dan obstruksi ileum rendah 15-20 menit. Nyeri pada obstruksi proksimal biasanya ada di supraumbilicus, sedangkan pada obstruksi distal nyeri pada intraumbilicus. Muntah ditemukan segera setelah adanya obstruksi. Muntah tergantung pada tingkat obstruksi, apabila obtruski berada di bagian proksimal, maka muntah akan terjadi lebih dini dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Jika obstruski berada di distal, maka muntah akan timbul lambat karena didahului oleh distensi usus. Muntahannya akan kental dan berbau busuk sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan karena adanya renggang waktu yang lama. Kegagalan buang gas dan buang air besar per rectum merupakan salah satu gambaran khas dari obstruksi usus. Apabila obstruksi berada di distal, mungkin tidak terjadi obstipasi dalam beberapa hari karena lewatnya isi usus menuju bagian distal memerlukan waktu.

Patofisiologi Menurut berat ringannya obstruksi dapat dibagi menjadi : 2,4,5

A. Obstruksi Intestinal Partial (In Complete) Sebagian sisa makanan dan udara masih dapat melintasi tempat obstruksi

B. Obstruksi Intestinal Complete (Total) Terdapat gangguan pasase isi usus akibat sumbatan. Akibat sumbatan ini, sisa makanan dan udara akan menumpuk di bagian proximal dari sumbatan. Pada obstruksi yang simple ini belum terjadi kerusakan dari vaskularisasi usus. Penimbunan cairan/sisa makanan dan udara dalam lumen usus mengakibatkan meningkatnya tekanan intraluminer. Meningkatnya gas dalam lumen usus berasal dari udara yang ditelan, CO2 berasal dari netralisasi bikarbonat, O2 yang berasal dari fermentasi bakteri. Dengan adanya gangguan resorbsi dan meningkatnya sekresi usus, maka akan terjadi dilatasi usus. Muntah-muntah dapat terjadi akibat regurgitasi dari lambung yang penuh. Akibat muntah tadi akan terjadi dehidrasi, hipovolemik. Pada obstruksi proximal, kehilangan cairan disertai oleh kehilangan ion hydrogen (H+), kalium dan klorida, sehingga terjadi metabolik alkalosis. Pada obstruksi yang lebih distal, cairan yang hilang hampir sama tetapi tidak disertai oleh kehilangan elektrolit yang bermakna.

C. Obstruksi Intestinal Strangulasi Terdapat gangguan pasase isi usus disertai adanya gangguan vaskularisasi dari segmen usus. Pada strangulasi isi usus, selain terdapat gejala seperti obstruksi intestinal yang komplit juga terdapat gejala : rangsangan peritoneum, febris, lekositosis dan rasa nyeri yang konstan, gangguan elektrolit yang sifatnya tergantung dari jenis obstruksinya, partial, komplit, lamanya dan lokalisasi dari ligamentum Treitz. Metabolik asidosis dapat disertai oleh respiratory asidosis, yang terjadi karena berkurangnya pergerakan pernafasan, akibat menyempitnya rongga dada oleh desakan usus yang dilatasi.

Selanjutnya metabolik asidosis dapat diperburuk oleh hipovolemik yang berhubungan dengan hipoperfusi. Hipovolemik yang hebat dan berlangsung lama akan menyebabkan terjadinya Akut Renal Failure. Akibat kerusakan vili usus karena obstruksi intestinal, maka akan terjadi translokasi bakteri, terjadi sepsis dan dapat menimbulkan kematian. Kelainan obstruksi lumen 2,5,6 Usus Halus

Adhesi (penempelan) Ileus karena adhesi tidak disertai strangulasi dan berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi. Sering ditemukan dalam bentuk pita, pada operasi perlengketan dilepas dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali. Hernia Eksternal (inkarserata) Adalah istilah yang menunjukkan suatu keadaan dimana isi kantong hernia tidak dapat masuk kembali ke rongga peritoneal akibat terjepit di anulus inguinalis. Proses yang langsung terjadi ialah gangguan aliran darah dan pasase segmen usus yang terjepit (kalau usus yang masuk) sehingga dapat juga disebut hernia strangulasi.

Neoplasma - Tumor Jinak Lebih dari sepuluh tumor jinak ditemukan di ileum sisanya di duodenum dan jejenum. Polip adenomatosa menduduki tempat nomor satu disusul lipoma, leimioma dan hemangioma. Tumor jinak yang sering memberi gejala biasanya adalah leimioma - Tumor Ganas

Hampir sama dengan tumor jinak dan sering ditemukan di ileum dengan penurunan berat badan dan nyeri perut. Jenis yang ditemukan adalah lymfoma ganas, karsinoid dan adenokarsinoid.

Ascariasis Paling sering pada anak-anak dan kebanyakan hidup di usus halus bagian jejenum biasanya ada puluhan hingga ratusan. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat yang terdiri dari sisa-sisa makanan dan puluhan atau ratusan ekor cacing yang mati akibat pemberian obat cacing.

Usus Besar a. Karsinoma Kolon Obstruksi kolon yang akut dan mendadak kadang-kadang disebabkan oleh karsinoma. Karsinoma colon merupakan penyebab angka kematian yang tertinggi dari pada bentuk kanker yang lain. Faktor predisposisi yang dikenal adalah poliposis multiple, biasanya terdapat tandatanda yang mendahului antara lain penyimpangan buang kotoran, keluarnya darah pererktal dan colon akan mengalami distensi hebat dalam waktu yang cepat. b. Divertikel Divertikel saluran cerna paling sering ditemukan di kolon khususnya di sigmoid. Divertikel colon adalah divertikel palsu karena terdiri dari mukosa yang menonjol melalui lapisan otot seperti hernia kecil. Komplikasi penyakit divertikula merupakan akibat dari divertikulitis akut atau kronik, dapat bermanifestasi sebagai perdarahan, perforasi, peritonitis, abses dan pembentukan fistula atau obstruksi usus akibat striktur. c. Volvulus Volvulus merupakan proses memutarnya usus (biasanya sekum atau kolon sigmoid) pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan disertai gangguan sirkulasi.

Volvulus sekum diakibatkan karena fiksasi embriologi kolon yang tidak sempurna karena sekum dan ileum terminal terputar bersama-sama. Volvulus sigmoid diakibatkan karena pemanjangan sigmoid pada mereka yang lanjut usia atau yang sakit mental. d. Intususepsi/Invaginasi Suatu keadaan masuknya suatu segmen usus ke segmen bagian distal yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal kolik. Keluarnya darah dari rectum serta massa yang berbentuk sosis sepanjang kolon yang merupakan tanda khas.

Anatomi 1,6

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )

Lambung melepaskan makanan ke dalam duodenum, yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Duodenum merupakan bagian paling proksimal dari usus halus. Dimulai dari pylorus dan meluas hingga 20 30 cm panjang dan lebarnya 3-5 cm. duodenum dibagi kedalam empat bagian yaitu: 1. Pars superior duodeni, yang hampir selalu ditutupi oleh peritoneum dan cukup mobile. 2. Pars descenden duodenum terletak pada garis vertical dari apex pars superior duodeni sampai sepertiga bagian horizontal. Pada bagian medialnya terdapat ductus choledocus dan ductus pancreaticus wirsungi. Terletak di retroperitoneum 3. Pars horizontalis duodenum, melintasi garis setinggi vertebra lumbalis ketiga. Serta terletak di bagian depan vena cava inferior 4. Pasr ascendens duodenum, terletak di anterior kiri aorta. Terdapat ligamentum treitz yang memfiksasi pada bagian kaudal.

Pada pendarahan duodenum, yang berperan adalah arteri gastroduodenalis. Cabang arteri duodenalis adalah arteri pancreaticoduodenalis superior yang beranastomosis dengan arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang pertama dari arteri mesentrica superior). Nervus vagus melewati cavitas thoracica sebagai dua cabang melewatin esophagus. Setelah membentuk pleksus, nervus vagus anterior dan posterior muncul. Truncus anterior kiri mempersarafi lambung, duodenum, pancreas, vesica biliaris, dan ductus bilier melalui rami hepaticinya. Truncus posterior kanan melalui lambung dan bergabung bersama pleksus coeliacus untuk mempersarafi usus halus dan colon sampai ke flexura coli sinistra. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian jejunum. Jejunum dan ileum digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam jejunum berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara hitologis dapat dibedakan dengan ileum, yakni

sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan jejunum dan ileum secara makroskopis. Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Usus halus mesenterica seluruhnya dilayani oleh arteri mesenterica superior melalui 12 sampai 15 cabang yang dicabangkan seluruhnya ke mesenterium membentuk arcade yang kemudian menimbulkan arteri lurus yang menyilang mesenterium langsung ke dinding usus. Arteri ini merupakan suatu arteri ujung tanpa anastomosis, sehingga penutupan salah satu arteri ini dapat menurunkan viabilitas dari segmen usus tersebut. Arcade mesenterica berbeda di dalam jejunum dan ileum. Pada jejunum, arcade lebih tunggal dan arterinya berjarak lebih panjang untuk melayanin usus, sedangkan pada ileum, arcade terlihat lebih rumit dan arterinya pendek-pendek. Kolon Kolon memiliki lapisan otot longitudinal yang disebut tenia yang lebih pendek dari kolon itu tersebut hingga membentuk seperti kantong yang disebut haustra. Kolon transversum dan kolon sigmoideum terletak intra peritoneal dan dilengkapi dengan mesenterium. Kolon terdiri atas sekum, kolon asenden, kolon tarnsversum, kolon desenden serta kolon sigmoid. Arteri mesentrika superior yang bercabang menjadi arteri ileokolika, arteri kolika dextra dan arteri kolika media mempendarahi bagian sekun, kolon asenden, dan bagian kanan kolon transversum. Sedangkan kolon transversum bagian kiri, kolon desenden dan kolon sigmoid dan sebagian besar rectum dipendarahi oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid dan arteri hemoroidalis superior. Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus splanknikus dan pleksus presakralis, sedangkan parasimpatis berasal dari nervus vagus.

Pemeriksaan penunjang Radiologi 2,3 Penderita yang suspek obstruksi intestinal perlu dibuat foto thorax dan foto polos abdomen dalam posisi : - Berbaring telentang - Tegak / berdiri - Miring ke kiri (Left lateral decubitus)

Foto thorax PA untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak di bawah diafragma kanan. Bila ditemukan udara bebas menunjukkan adanya perforasi usus. a. Obstruksi non mekanik Terlihat dilatsai usus berisi udara merata, baik di dalam colon maupun di dalam usus halus

b. Obstruksi mekanik - Terlihat dilatasi usus dan berisi udara yang distribusinya tidak merata. Ditemukan batas cairan dan udara (step ladder) sedangkan usus atau colon dibagian distalnya kolaps. Kalau belum terjadi perforasi lapisan lemak preperitoneal terlihat baik. Pada obstruksi tinggi/atas yang terlihat diatas pylorus tampak bayangan lambung dilatasi. Pada obstruksi partial bagian distal pylorus masih terlihat sedikit udara. Sedangkan pada obstruksi total bagian distal pylorus tidak terlihat bayangan udara atau bayangan intestinal. - Pada obstruksi tinggi dibawah pylorus, adalah obstruksi yang paling sering ditemukan. Bila ditemukan bayangan gelembung ganda (double bubble) menunjukkan adanya obstruksi di duodenum. Bila ditemukan bayangan gelembung multiple kurang dari lima buah (multiple bubble) menunjukkan adanya obstruksi di jejenum. Kalau terdapat bayangan gelembung lebih dari lima menunjukkan adanya obstruksi di ileum. Obstruksi usus halus secara radiology dapat dibedakan antara jejenum dan ileum. Dinding jejenum menunjukkan garis-garis tipis melintang seperti bulu (Feather like) sedangkan dinding ileum seperti tabung.

Foto polos abdomen posisi supine B. Obstruksi Usus Besar 2,5,6 Keluhan: Penderita dengan obstruksi usus besar mempunyai keluhan yang hampir sama dengan obstruksi usus halus seperti nyeri perut, nausea, vomiting, konstipasi dan diare. Obstruksi usus besar yang disebabkan oleh keganasan disamping keluhan seperti diatas juga ada keluhan berak darah, penambahan kebiasaan buang air besar. Ada keluhan sukar buang air besar, tinjanya seperti kotoran kambing kecil-kecil. Berat badan penderita turun dengan drastis. Laboratorium : Pemriksaan laboratorium perlu untuk mengetahui apakah ada kelainan sistemik, kelainan metabolisme yang harus dikoreksi : - Darah rutin - Elektrolit

- Urinalisis - Serum Amilase - Bilirubin Pada awalnya perjalanan obstruksi usus mekanik sederhana, kadar pemeriksaan laboratoriumnya dalam batas normal. Dengan ber;a;unya waktu, lebih banyak cairan di sekuestrasi di dalam lumen usus dan timbul dehidrasi. Dicerminkan oleh peningkatan BUN, hematokrit dan berat jenis urin. Penurunan dalam kadar serum natrium, klorida dan kalium menurapak manifestasi lebih lanjut, dapat juga terjadi alkalosis akibat muntah. Hitung leukosit biasanya meningkat, biasanya membumbung tinggi antara 30.000 50.000 dalam obstruksi strangulata. Sedangkan pada obstruksi mekanik sederhana kenaikan leukosit sebesar 15.000 20.000. Radiologi : 1. Foto thorax PA 2. Foto polos abdomen dalam posisi berbaring telentang, tegak/berdiri dan miring ke kiri (left lateral decubitus) 3. Barium enema 4. CT Scan 5. Endoskopi - Foto thorax PA : untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak di bawah diafragma kanan. Kalau ditemukan udara bebas menunjukkan adanya perforasi - Foto polos abdomen : Tampak dilatasi colon dengan gambaran haustrae yang spesifik. Kalau obstruksi lebih dari 24 jam akan tampak gambaran seperti anak tangga. Pada volvulus dapat dilihat adanya gambaran dilatasi tertutup (closed loop dilatation) atau tanda U terbalik (inverted U sign). Hal ini khas pada volvulus.

Foto polos abdomen posisi supine Diferensial diagnosis Ileus obstruksi harus dibedakan dengan: 1. Carcinoid gastrointestinal. 2. Penyakit Crohn. 3. Intussuscepsi pada anak. 4. Divertikulum Meckel. 5. Ileus meconium. 6. Volvulus. 7. Infark Myocardial Akut.

8. Malignansi, Tumor Ovarium. 9. TBC Usus. Tatalaksana operatif dan non operatif a. Pre-operatif Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi : 1. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan laboratorium berurutan. Infus RL 32 tetes permenitdapat diberikan. 2. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intalumen. 3. Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama dengan produk endotoksin dan eksotoksin. Injeksi Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam 24 jam dapat diberikan sebagai profilaksis. b. Operatif Tergantung dari etiologi masing-masing : Adhesi Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali. Hernia inkarserata Dapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.

Neoplasma Operasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus

dipulihkan kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi radikal. Askariasis Jika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila usus sudah robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan. Carsinoma Colon Operasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila obstruksi mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau Sekostomi. Divertikel Reseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif setelah divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy serendah mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon sigmoideum. Untuk memungkinkan evaluasi melalui colostomy dan mencegah peradangan lebih lanjut pada tempat abses. Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan colostomy sementara. Cara ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka anastomosis yang dibuat primer dilingkungan radang. Prosedur Hartman jauh lebih aman karena anastomosis baru dikerjakan setelah rongga perut dan lapangan bedah bebas kontaminasi dan randang. Volvulus

Pada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga

berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan tidak terdistensi tegang, maka detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa dicapai. Pada volvulus sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi sigmoidoskopi. Cara ini sering meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh keluarnya flatus. Reposisi sigmoidodkopi yang berhasil pada volvulus dapat dicapai sekitar 80% pasien. Jika strangulasi ditemukan saat laparatomi, maka reseksi gelung sigmoideum yang gangrenous yang disertai dengan colostomi double barrel atau coloctomi ujung bersama penutup tunggal rectum (kantong Hartman) harus dilakukan. Intusussepsi

Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi barium enema, jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus. Bila reduksi dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa eksplorai abdomen melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah. Intusussepsi tersebut kemudian direduksi dengan kompressi retrograde dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus diindikasikan bila usus tersebut tidak dapat direduksi atau usus tersebut ganggren. Komplikasi penyakit 6,7,8 Komplikasi dari ileus obstruktif antara lain : nekrosis usus perforasi usus Sepsis Syok-dehidrasi Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

Pneumonia aspirasi dari proses muntah gangguan elektrolit meninggal dunia

Jenis operasi serta komplikasi operasi 6,9 Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu : Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit. Apakah ada risiko strangulasi. Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus. a) Koreksi sederhana (simple correction) Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan. b) Tindakan operatif by-pass Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya. c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut. d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis. Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut mengandung banyak bahanbahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik. Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah abses intra abdomen, toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 45 pasca bedah. Komplikasi pada tindakan operatifnya antara lain: Infeksi luka operasi Abses intra abdomen Gangguan rasa nyaman Perdarahan Syok

DAFTAR PUSTAKA 1. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC, 1994: 543 559 2. Budha I. K. : Macam dan Diagnosis Obstruksi Intestinal, Muktamar VI IKABDI, Semarang, Januari 2002. 3. Pieter. J. : Usus Halus, Appendiks, Kolon dan Anorektum, Buku Ajar Ilmu Bedah, penerbit EGC, editor R. Syamsu Hidayat, Wim de Jong, 1996 : 835 854. 4. Wolff B.G. : Volvulus at the Colon, Current Surgical Therapy 3, John L. Cameron, Toronto, Philadelphia, 1989 : 130 131. 5. Wilson L.M., Lester L.B. : Obstruksi usus, Fisiologi, edisi Empat, Alih Bahasa Dr. Piter Anugrah, penerbit EGC : 402 405. 6. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997: 732-764

7. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. Last Updated: May 10, 2004. In: Http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicine.com. 8. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 42. 9. Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai