Anda di halaman 1dari 3

MALARIA

Epidemiologi: 2,5 3 juta kasus malaria tercatat tahun 2007 di Indonesia, terjadi peningkatan dari 1,8 juta kasus pada tahun 2006. Kematian sangat tinggi dijumpai anak <5 tahun. Di dunia malaria menimbulkan 250 juta kasus baru dan 1 juta kematian setiap tahunnya. Malaria sering menyerang daerah ekuator yang beriklim tropis dan cenderung wabah merebak di pedesaan dibanding perkotaan. Malaria umumnya menghilang pada ketinggian di atas 6000 kaki. Paling umum ditemukan di seluruh sabuk malaria adalah Plasmodium vivax dan falciparum. Penyakit malaria juga berkaitan erat dengan kondisi sosio-ekonomi yang kurang memadai. Etiologi: Plasmodium vivax Plasmodium falciparum Plasmodium ovale Plasmodium malariae Parasit di atas ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Manifestasi: -demam paroksismal (vivax, falciparum, ovale = 48jam/tertiana; malariae = 72jam/kuartana) -meriang -menggigil -nyeri otot -sakit kepala -mual, muntah, diare -anemia -jaundice -gagal ginjal / kerusakan hati Malaria paling parah menyebabkan kematian hampir semua disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum tidak ada siklus hepar dan menyukai semua sel darah sampai ke sel hematopoietik. Oleh karena itu malaria yang ditimbulkan sangatlah parah. Malaria kronis disebabkan oleh Plasmodium vivax, ovale, malariae dimana parasit ada siklus hepar sehingga penyakit bisa bertahan hingga berbulan-bulan. Plasmodium ini hanya menyukai sel darah yang muda. Patofisiologi: Nyamuk terinfeksi gigit manusia sporozoit masuk ke darah dalam 1 jam ke parenkim hati fase ekso-eritrositik / hypnozoit (khusus vivax, ovale) schizont

merozoit pecah dan beredar ke darah invasi eritrosit trofozoit cincin [bercabang dua: siklus eritrositik atau siklus seksual] Siklus eritrositik Trofozoit cincin trofozoit dewasa schizon muda schizont tua merozoit Siklus seksual Trofozoit cincin gametosit / (gametosit) masuk ke lambung nyamuk kawin zigot(ookinet) menembus lambung membentuk ookista sporozoit bermigrasi ke kelenjar liur nyamuk. Trias malaria: 1. menggigil 2. demam 3. berkeringat toksin malaria merangsang makrofag produksi sitokin titik patok hipotalamus naik badan menggigil [1] (karena beranggapan tubuh suhunya di bawah normal) suhu tubuh naik akibat menggigil demam [2] beberapa jam kemudian tubuh berkeringat [3] untuk mengembalikan ke suhu normal.

Kompikasi: -mempercepat destruksi eritrosit oleh limpa [1] -eritrosit pecah karena merozoit [2] -anemia (cause: [1] [2]) -hepatomegali (cause: hipnozoit) -splenomegali (cause: [1]) -eritrosit yang terinfeksi melekatkan diri di kapiler (khususnya P. falciparum) [3] -gagal ginjal (cause: [3]) -koma (cause: [3]) -INTINYA: terjadi gangguan sistemik Faktor Resiko: -daerah tropis / sub-tropis -golongan sosio-ekonomi rendah -daerah endemi (Papua) Faktor Proteksi: -thalasemia, sickle cell, hemoglobin S (protek P. falciparum) -hemoglobin E (protek P. vivax) Diagnosis: -Anamnesa demam (trias malaria, demam paroksismal) -PF: hepatomegaly, splenomelgaly, ikterus -Tes darah dengan pewarnaan giemsa ditemukan adanya sporozoit / fase eritrositik -Bila tidak memungkinkan untuk melakukan tes darah, maka diagnosis dilakukan atas dasar riwayat demam saja. Tatalaksana: -rujuk rumah sakit bila sudah parah / demam paroksismal sudah lama dengan tanda-tanda komplikasi sistemik -anti-malaria: klorokuin*, doksisiklin, meflokuin, promakuin. Pencegahan: Klorokuin digunakan 1 minggu sebelum berpergian ke daerah endemi. Nama dagang: Resorchin *paling murah, efek menurun sekarang ini karena resistensi NOTE: klo bisa liat skema by Budi Martono XD.. File skema terpisah gara2 kegedean. =.= Nama file: Skema Malaria

Anda mungkin juga menyukai