Anda di halaman 1dari 53

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pencemaran udara merupakan suatu proses masuknya bahan atau zat asing

yang terdapat di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan komposisi atmosfer dari keadaan normal (Sunu, 2001). Selain itu pencemaran udara juga dapat diartikan masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (KEPMEN KLH No. 02/Men-KLH/I/1998). Akibat masuknya zat atau komponen lain yang terkandung dalam udaa akan memberikan dampak negative bagi kehidupan makhluk hidup terutama manusia dan lingkungannya. Sumber dari pencemaran udara dapat dibeakan menjadi dua yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Salah satu pencemar udara primer dan palng besar jumlahnya dibandingkan bahan pencemaran lain adalah karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari pembakaran seperti pembakaran fosil untuk menghasilkan energy. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer, misalnya pembentukan ozon dalam smog fotokimia. Bahan pencemar yang berupa gas karbon monoksida (CO) merupakan gas yang paling banyak menyumbang dalam pencemaran udara. Gas karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran yang tak sempurna dari senyawa karbon dimana pembakaran yang tak sempurna tersebut sering terjadi pada kendaraan bermotor. Selain gas yang berupa karbon monoksida, gas lain yang dihasilkan dari sisa-sisa pembakaran yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor adalah timbal (Pb). Kedua gas tersebut dapat mengakibatkan perubahan komposisi atmosfer dari keadaan normal dan mencemari udara yang akan berdampak pada makhluk hidup terutama manusia dan lingkungannya. Karbon monoksida dan timbal setiap hari
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

jumlahnya terus bertambah. Bertambahnya kedua gas tersebut dapat diketahui dengan semakin menurunnya kualitas udara khususnya saat ini. Jumlah kendaraan bermotor yang terus bertambah merupakan salah satu penyebab utamanya. Selain itu pada saat ini sudah sangat jarang tumbuhan khususnya pohon-pohon besar yang dapat menyerap karbon monoksida di pinggir-pinggir jalan. Di Indonesia kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara khususnya di daerah yang transportasinya padat. Menurut World Bank dalam kurun waktu 6 tahun sejak 1995 hingga 2001 terdapat pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebesar hampir 100%. Sebagian besar kendaraan bermotor tersebut menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar yang kurang baik. Permasalahan gas buang kendaraan bermotor dapat menjadi masalah baru yang menjadi salah satu fokus utama pemerintah, terutama dalam mengatasi pengelolaan lingkungan. Tingginya gas buang kendaraan bermotor terjadi pada daerah-daerah yang tingkat transportasinya tinggi. Ada banyak daerah di Indonesia yang tingkat transportasinya tinggi, salah satunya di Kecmatan Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Depok merupakan sentra kegiatan terutama dalam dunia pendidikan. Pencemaran udara di Kecamatan Depok dapat dideteksi dengan teknologi penginderaan jauh dan system informasi geogafi melalui pendekatan spasial terhadap jalan dan lampu lalu lintas yang ada. Pengindeeraan jauh sendiri merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek atau gejalagejalan dengan jalan menganalisa data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979). Pencemaran udara dapat diketahui dengan penginderaaan jauh dengan cara menggunakan parameter-parameter yang memepengaruhi fenomena tersebut sehingga dapat diperoleh dan dimonitoring pengaruhnya melalui penginderaan jauh. Penggunaan penginderaan jauh tidak terlepas dari penggunaaan system informasi geografi (SIG). SIG berperan dalam pengelolaan data penginderaan
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

jauh yag terdiri dari tiga proses utama yaitu input, proses dan output. Selain itu SIG juga berperan sebagai auditor dari data penginderaan jauh imana objek yang terekam oleh data penginderaan jauh akan selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu.

1.2.

Perumusan Masalah Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam sebuah

daerah yang menjadi sentra kegiatan. Namun disisi lain transportasi juga merupakan salah satu sumber dari pencemaran udara bahkan transportasi menjadi sumber terbesar pencemaran udara. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan dominannya sector transportasi terhadap pencemaran udara, yaitu perkembanagn jumlah kendaraan yang ada, tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada, pola lalulintas yang memusat akibat kegiatan perekonomian ataupun pendidikan, dan faktor jenis, umur, karakteristik perawatan kendaraan yang akan berpengaruh terhadap proses dan hasil dari pembakaran. Selain itu jenis bahan bakar juga menjadi salah satu faktor. Faktor pencemaran udara yang menjadi fokus atau dominan dalam penelitian yaitu keberadaan lampu lalulintas yang menjadi tempat akumulasi gas buang dari kendaraan bermotor. Dari beberapa uraian di atas, muncul beberapa pertanyaan berikut : 1. Bagaimana peranan dan perpaduan variable-variabel penentu pencemaran udara oleh kendaraan bermotor dapat disadap melalui Citra Quickbird. 2. Seberapa besar tingkat pencemaran udara yang terjadi akibat gas buang dari kendaraan bermotor di Kecamatan Depok. 3. Bagaimana cara meminimalisir pencemaran udara yang terjadi di Kecamatan Depok yang disebabkan oleh akumulasi gas buang dari kendaraan bermotor. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka penulis melakukan sebuah penelitan yang berjudul Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Melalui Analisis Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

1.3.

Tujuan Penelitian 1. Ekstraksi informasi kerapatan vegetasi, keteraturan bangunan, lebar jalan dan lokasi lampu lalulintas melalui teknik penginderaan jauh yang digunakan sebagai parameter yang berpengaruh terhadap pencemaran udara. 2. Mengintegrasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat

pencemaran udara dan mengetahui distibusi spasial tingkat pencemaran udara di Kecamatan Depok melalui analisis data penginderaan jauh dan sistem informasi geografi.

1.4.

Manfaat Penelitian 1. Mengetahui tingkat pencemaran udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor di Kecamatan Depok. 2. Mengetahui seberapa besar sektor transportasi dalam mencemari udara khususnya yang diakibatkan gas buang dari kendaraan bermotor. 3. Memberikan informasi mengenai pencemaran udara yang terjadi di Kecamatan Depok khususnya bagi pengguna kendaraan bermotor agar ikut peduli untuk mencegahnya atau minimal menguranginya.

1.5.

Pustaka

1.5.1. Sistem Penginderaan Jauh. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan menganalisis data yang diperoleh menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Analisis data penginderaan jauh perlu data rujukan seperti peta rupabumi, data statistik dan lapangan untuk membantu proses pengambilan keputusan. Keseluruhan proses tersebut adalah Sistem Penginderaan Jauh (Hardiyanti, 2001).

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

Sumber tenaga
Energi disebarkan Energi dipantulkan

Sensor

Energi dipancarkan

Pemrosesan data

Obyek

Informasi Pengguna

Gambar 1.1 Sistem Penginderaan Jauh Ideal (Paul R. Wolf, 1983)

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

Penginderaan jarak jauh memerlukan alat sensor, alat pengolah data dan alat lainnya sebagai pendukung. Posisi sensor yang tidak ditempatkan pada obyek menyebabkan keberadaan wahana sebagai wadah penempatan sensor menjadi penting. Wahana penginderaan jauh berupa balon udara, pesawat terbang, satelit yang mengalami perkembangan teknologi sesuai kebutuhan dan tujuan.

Gambar 1.3 Wahana Penginderaan Jauh (Lindgren,1985) Dalam proses perekamannya, sensor yang digunakan adalah sensor Elektronik, berupa alat yang bekerja secara elektrik dengan pemrosesan komputer. Proses perekaman dilakukan dengan pemotretan data visual dari layar atau dengan film perekam khusus yang menghasilkan data visual maupun data digital untuk diolah menjadi citra. Dalam hal ini, citra sebagai gambaran obyek yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya. Saat proses perekaman, terdapat tenaga elektromagnetik yang memegang peran penting dalam upaya memperoleh informasi obyek yang diindera dan dikenali melalui karakteristik obyek. 1.5.2. Sistem Informasi Geografi Kerumitan fakta fenomena geogafis sangat sulit untuk digambarkan secara deskriptif kaitannya dengan perkiraan fenomena yang akan terjadi sebagai akibat dari fenomena tersebut di masa sekarang. Pendekatan yang dilakukan adalah penggambaran spasial menjadi sebuah peta baik manual maupun digital. SIG menggabungkan analisis spasial dengan penjabaran deskriptif sehingga dalam

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

perkembangannya SIG banyak digunakan sebagai alat ataupun cara pandang dalam penyelesaian permasalahan di berbagai bidang. ESRI mendefinisikan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras dan perangkat lunak komputer, data geografi dan personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi,

menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi (An organized collection of computer hardware, softwere, geographic data and personnal designed to efficiently capture, store, update, manipulate, analyze, and display all forms of geographicaly referenced information). Beberapa sub-sistem Sistem Informasi Geografis antara lain sebagai berikut : Input, mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Data yang digunakan harus diubah menjadi format digital yang sesuai seperti digitasi dengan digitizer. Manipulasi, penyesuaian terhadap input data untuk proses lebih lanjut misalnya penyamaan skala, pengubahan sistem proyeksi, generalisasi. Management Data membantu menyimpan, mengorganisasi, mengelola data. Melalui SIG data spasial harus disimpan sesuai standar penyimpanan data. Query, proses pencarian item berdasarkan persyaratan yang diinginkan. Analisis, proses kajian mendalam terhadap data sehingga dihasilkan informasi yang lebih jauh. SIG memiliki kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi baru dengan model skenario prediksi ("What if). Salah satu fasilitas analisis adalah tumpang susun (overlay). Penyajian Data, berupa informasi baru atau basisdata yang ada baik softcopy maupun hardcopy seperti peta, tabel, grafik, dan lainnya.

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

Data Input SubSystem Data Storage and Retrieval SubSystem

Data Manipulation and Analysis SubSystem

Data Output and Reporting SubSystem

Gambar 1.4 Subsistem Sistem Informasi Geografi, Aronof 1993(Indrawati, 2010) Komponen Sistem Informasi Geografi diantaranya : 1. Network, wahana komunikasi; tukar informasi digital; dan penghubung komponen 2. Hardware, alat yang digunakan user untuk melakukan operasi GIS 3. Software, perangkat lunak untuk menjalankan operasi GIS 4. Data, representasi digital dari obyek terpilih di muka bumi; untuk memecahkan masalah (problem solving) 5. Procedure, mekanisme kontrol untuk memastikan aktifitas GIS berjalan sesuai target dengan kualitas yang tinggi 6. User, untuk desain; pemrograman dan perawatan sistem; supply data ke sistem dan proses interpretasi hasil.

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

Software

People / User Data Network

Hardware

Procedure

Gambar 1.5 Komponen Sistem Informasi Geografi(Indrawati, 2010)

Beberapa kelebihan Sistem Informasi Geografi sebagai berikut : Dapat mengeksplorasi data baik geografis maupun tematik ; Menekankan aspek geografis dalam pertanyaan penelitian ; Dapat menangani banyak data sekaligus menggabungkan data dari berbagai sumber ; Dapat melakukan analisis yang berkaitan dengan lokasi ; Memungkinkan visualisasi data spasial dalam berbagai bentuk ; dan Melakukan analisa prediksi (What if scenarios). Kekurangan Sistem Informasi Geografi antara lain : Data mahal ; Proses belajar GIS bisa memakan waktu ; dan Dapat menampilkan hubungan secara spasial tetapi tidak otomatis memberikan solusi secara pasti.

1.5.3. Citra Ikonos Citra Ikonos adalah citra satelit yang memiliki resolusi spasial tinggi dengan ketelitian piksel satu meter untuk pankromatik dan empat meter untuk multispektral. Spesifkasi ini memberikan citra ikonos kemampuan merekam
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

obyek sebesar satu meter. Oleh karena itu penggunaan citra Ikonos untuk mengidentifikasi obyek Pajak Bumi dan bangunan (PBB) sangat

dimungkinkan.Untuk mengetahui kemampuan citra Ikonos dalam identifikasi objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian interpretasi citra Ikonos untuk identifikasi objek PBB, memetakan obyek PBB berdasarkan hasil interpretasi citra Ikonos, dan mengevaluasi Peta Blok dari hasil survey lapangan menggunakan peta hasil interpretasi citra Ikonos.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

geografi.Pengumpulan data dilakukan melalui interpretasi citra Ikonos, uji lapangan, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis tingkat interpretasi citra, analisis peta, dan analisis overlay. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat interpretasi citra Ikonos untuk identifikasi obyek PBB adalah 89,54% dan kesalahan komisi adalah 10,46%. Hasil evaluasi peta Blok menggunakan hasil intrepretasi citra Ikonos terdapat 269 obyek pajak belum terdaftar dalam peta Blok PBB.Dapat disimpulkan bahwa citra Ikonos dapat digunakan sebagai sumber data utama untuk identifikasi objek Ikonos adalah satelit milik Space Imaging (USA) yang diluncurkan bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000.Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi satu meter.Ini berarti Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi (Rovicky, 2006: 1). Spesifikasi ini memberikan kemampuan Citra Ikonos untuk dapat merekam obyek lebih detai dibandingkan dengan citra lain yang memiliki resolusi spasial yang lebih rendah. Tabel 1.1 Karakteristik satelit ikonos Elemen Launch Date Keterangan 24 September 1999 Vandenberg Air Force Base, California Over 7 Years

Operational Life

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

10

Orbit Speed on Orbit Speed Over the Ground Number of Revolutions Around the Earth Orbit Time Around the Earth Altitude Resolution

98.1 degree, sun synchronous 7.5 kilometers (4.7 miles) per second 6.8 kilometers (4.2 miles) per second 14.7 every 24 hours

98 minutes 681 kilometers (423 miles) Nadir: 0.82 meters (2.7 feet) panchromatic 3.2 meters (10.5 feet) multispectral 26 OffNadir 1.0 meter (3.3 feet) panchromatic 4.0 meters (13.1 feet) multispectral 11.3 kilometers (7.0 miles) at nadir 13.8 kilometers (8.6 miles at 26 off-nadir) Nominally 10:30 a.m. solar time Approximately 3 days at 1-meter resolution, 40 latitude 11-bits per pixel Panchromatic, blue, green, red, near infrared

Image Swath Equator Crossing Time Revisit Time Dynamic Range Dynamic Range
Sumber: Space Imaging (2003: 1)

Saat ini, Direktorat Jendral (Dirjen) Pajak telah memiliki citra satelit dari sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu citra Ikonos.Citra Ikonos memiliki resolusi spasial tinggi dengan ketelitian piksel 1 meter untuk pankromatik dan 4 meter untuk multispektral.Resolusi spasial yang tinggi tersebut memberikan kemampuan Citra Ikonos untuk mendeteksi obyek sebesar 1 meter.Kelebihan lainnya, Citra Ikonos dapat memberikan informasi yang aktual sesuai dengan kondisi lapangan pada saat perekaman data. Dengan kelebihan tersebut, dimungkinkan dapat diperoleh informasi yang lebih lengkap dan terkini mengenai kondisi wilayah yang akan didata sebagai obyek pajak beserta distribusi spasialnya. Beberapa informasi yang dapat diperoleh untuk pendataan dan penilaian PBB antara lain jenis dan fungsi lahan, ukuran, letak objek pada kelas tanah, jumlah obyek pajak, dan sebagainya. 1.5.4. Pengindraan jauh

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

11

Menurut Lillesand dan Kiefer (1979), Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji. Pada umumnya sensor sebagai alat pengindera dipasang pada wahana (platform) berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik, atau wahana lainnya. Obyek yang diindera adalah obyek di permukaan bumi, dirgantara, atau antariksa. Proses penginderaan dilakukan dari jarak jauh sehingga sistem ini disebut sebagai penginderaan jauh. Sensor dipasang pada lokasi yang berada jauh dari obyek yang diindera . Oleh karena itu, agar sistem dapat bekerja diperlukan tenaga yang dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek tersebut. Antara tenaga dan obyek yang diindera terjadi interaksi. Masing-masing obyek memiliki karakteristik tersendiri dalam merespon tenaga yang mengenainya, misalnya air menyerap sinar banyak dan hanya memantulkan sinar sedikit. Sebaliknya, batuan karbonat atau salju menyerap sinar sedikit dan memantulkan sinar lebih banyak. Interaksi antara tenaga dengan obyek direkam oleh sensor. Perekaman menggunakan kamera atau alat perekam lainnya. Hasil rekaman ini disebut data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh harus diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek, daerah, atau gejala yang diindera. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut analisis atau interpretasi data. Penginderaan jauh mempunyai empat komponen dasar yaitu target,sumber energy, alur transmisi, dan sensor. Komponen dalam sistem ini bekerja bersama untuk mengukur dan mencatat informasi mengenaitarget tanpa menyentuh obyek tersebut

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

12

Gambar 1.6. Komponen dasar pengindraan jauh (Yaslinus,2003) Penginderaan jauh didefinisikan pula sebagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi. Berbeda dengan Lillesand dan Kiefer yang memandang penginderaan jauh sebagai ilmu dan teknik, Lindgren memandangnya sebagai teknik, yaitu teknik untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Sasaran yang terletak di permukaan bumi tentu saja meliputi sasaran hingga kedalaman tertentu, tidak hanya yang tampak langsung di atasnya. Demikian pula halnya dengan sasaran yang berupa atmosfer. Bulan dan planet lain pun telah menjadi sasaran penginderaan jauh sejak dasawarsa 1960-an. 1.5.4.1 Pengindraan Jauh System Fotografik Penginderaan jauh fotografik yaitu sistem penginderaan jauh yang di dalam merekam obyek menggunakan kamera sebagai sensor, menggunakan film sebagai detektor, serta memanfaatkan tenaga elektromagnetik. Perekaman obyek atau pemotrentann dapat dilakukan dari udara maupun dari antariksa. Hasil rekamannya setelah diproses menjadi foto udara atau foto satelit.

Penginderaan jauh fotografik pada umumnya menggunakan tenaga alamiah. Matahari merupakan sumber tenaga yang utama, sedangkan sinar bulan dan sinar buatan bisa digunakan pada waktu malam hari. Obyek yang digambarkan pada foto udara terbatas pada obyek yang tampak, yaitu obyek di permukaan bumi yang tidak terlindung oleh obyek lainnya. Obyek di bawah permukaan tanah yang tertutup oleh vegetasi tidak dapat
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

13

tergambar pada foto udara. Meskipun demikian, ada obyek tak tampak tetapi dapat ditafsirkan berdasarkan obyek yang tampak. Sebagai contoh, jenis batuan yang dapat ditafsirkan berdasarkan topografi, pola aliran, dan vegetasi penutupnya. 1.5.5. Interpretasi Citra Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkajifoto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.Ada tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam proses interpretasi, yaitu : Deteksi :citra merupakan pengamatan tentang adanya suatu objek, misalkan pendeteksianobjek disebuah daerah dekat perairan. Identifikasi :Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirikan objek yang telah dideteksidengan menggunkan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasikan suatuobjek berkotak2 sebagai tambak di sekitar perairan karena objek tersebut dekatdengan laut. Analisis :Analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi, seperti penambahan informasi bahwa tambak tersebut adalah tambak udang dandklasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang. Interpretasi citra penginderaan jauh 1. Interpretasi secara manual Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yangmendasarkan pada pengenalan

ciri/karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti. 2. Interpretasi secara digitalInterpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yangdisajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik.
14

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektralyang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasialdan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan(spasial) tertentu 1.5.5.1. Penggunaan Kunci Interpretasi Citra Interpretasi citra adalah perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. (Estes dan Simonett dalam Sutanto, 1994:7) Menurut Lintz Jr. dan Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra, yaitu: 1. Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu objek, misalnya pada gambaran sungai terdapat obyek yang bukan air. 2. Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut disimpulkan sebagai perahu motor. 3. Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut perahu motor yang berisi dua belas orang. Pengenalan obyek merupakan bagian paling vital dalam interpretasi citra. Foto udara sebagai citra tertua di dalam penginderaan jauh memiliki unsur interpretasi yang paling lengkap dibandingkan unsur interpretaasi pada citra lainnya. (Sutanto, 1994:121). Unsur interpretasi citra terdiri : 1. Rona dan Warna Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra, sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

15

2. Bentuk Merupakan variabel kualitatif yang memberikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Kita bisa adanya objek stadion sepakbola pada suatu foto udara dari adanya bentuk persegi panjang. demikian pula kita bisa mengenali gunung api dari bentuknya yang cembung. 3. Ukuran Atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemirigan, dan volume suatu objek. Perhatikan gambar lokasi semburan lumpur di atas; ada banyak objek berbentuk kotak-kotak kecil. Kita bisa membedakan mana objek yang merupakan rumah, gedung sekolah, atau pabrik berdasarkan ukurannya. 4. Tekstur Frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Untuk lebih memahami, berikut akan digambarkan perbedaan tekstur berbagai benda. 5. Pola Pola atau susunan keruagan merupakan ciri yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah. 6. Bayangan Bayangan sering menjadi kuci pengenalan yang penting bagi beberapa obyek dengan karakteristik tertentu, seperti cerobong asap, menara, tangki minyak, dan lain-lain. Jika objek menara disamping diambil tegak lurus tepat dari atas, kita tidak bisa langsung mengidentifikasi objek tersebut. Maka untuk mengenali bahwa objek tersebut berupa menara adalah dengan melihat banyangannya. 7. Situs Menurut Estes dan Simonett, Situs adalah letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs juga diartikan sebagai letak obyek terhadap bentang darat, seperti situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat untuk melakukan
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

16

penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien miring/pegunungan. 8. Asosiasi Keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Misalnya fasilitas listrik yang besar sering menjadi petunjuk bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan adanya lapangan olah raga. Dalam mengenali obyek pada foto udara atau pada citra lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi citra. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan, maka semakin menciut lingkupnya ke arahtitik simpul tertentu. Pengenalan obyek dengan cara ini disebut konvergensi bukti(cerverging

evidence/convergence of evidence).

1.5.6. Dasar Fisika Penginderaan Jauh Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan sensor buatan. Dengan melakukan analisisterhadap data yang terkumpul ini dapat diperoleh informasi tentangobyek, daerah, atau gejala yang dikaji.Karena penginderaannya dilakukan dari jarak jauh, diperlukantenaga penghubung yang membawa data tentang obyek ke sensor. Datatersebut dapat dikumpulkan dan direkam dengan tiga cara, yaknidistribusi daya (force), distribusi gelombang bunyi, dan distribusitenaga elektromagnetik. Obyek, daerah, atau gejala di permukaan bumidapat dikenali pada hasil rekamannya karena masingmasingmempunyai karakteristik tersendiri dalam interaksinya terhadap

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

17

daya,gelombang bunyi, atau tenaga elektromagnetik. Sebagai contoh, sensor yang berupa gravimeter dapat mengumpulkan data yang berupa variasidaya magnetic. Sonar mengumpulkan data tentang distribusigelombang bunyi dalam air, mikrofon, dan telinga manusia menangkapgelombang bunyi di udara. Sedang kamera mengumpulkan datatentang variasi distribusi tenaga elektromagnetik yang berupa sinar (Suits, 1983; Lillesand dan Kiefer, 1979) 1.5.6.1. Tenaga Elektromagnetik Dalam penginderaan jauh digunakan tenaga elektromagnetik.Tenaga elektromagnetik adalah paket elektrisitas dan magnitisme yang bergerak dengan kecepatan sinar pada frekuensi dan panjanggelombang dengan sejumlah tenaga tertentu (Chanlett, 1979). Inimenunjukkan bahwa tenaga radiasi dalam bentuk tenagaelektromagnetik memancar dengan berbagai panjang gelombang

dankecepatan yang sifatnya tetap.Tenaga elektromagnetik tidak dapat dilihat oleh mata. Ia hanyatamapak apabila berinteraksi dengan benda. Sinar hanya tampak bilamengenai debu, uap air, atau benda lain di atmosfer maupun di permukaan bumi. Matahari memancarkan tenaga elektromagnetik ke segala arah,

sebagiannya mencapai bumi. Perjalanannya berlangsung dengan cararadiasi, dapat melalui atmosfer maupun ruang hampa udara/antariksa.Radiasi tenaga

elektromagnetik berlangsung dengan kecepatan tetapdan dengan pola gelombang yang harmonik. Pola gelombangnyadikatakan harmonik karena komponenkomponen gelombangnyateratur secara sama dan repetitif dalam ruang dan waktu (Sabins,Jr.,1978). Di samping itu pada tiap bagian tenaga elektromagnetik initerjalin hubungan yang serasi antara panjang gelombang denganfrekuensinya, yakni dengan hubungan yang berkebalikan. Di samping berlangsung secara radiasi, perjalanan tenagaelektromagnetik dalam bentuk panas di atmosfer lapisan bawah juga berlangsung dengan cara konveksi (Wolf dan Mercanti, 1974). Karenacara konveksi ini pengaruhnya kecil,

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

18

ia pada umumnya diabaikan. Disamping dalam bentuk panas, tenaga elektromagnetik juga terjadidalam bentuk sinar. Tenaga elektromagnetik dapat dibedakan berdasarkan panjanggelombang maupun berdasarkan frekuensinya. Panjang gelombangialah jarak lurus dari puncak gelombang yang satu ke puncak gelombang yang lain yang terdekat, yakni jarak AB pada gambar.Frekuensi ialah jumlah siklus gelombang yang melalui satu titik dalam satu detik, dinyatakan dalam hertz yang sering disingkat Hz. Bila titik A bergerak hingga titik B, dikatakan gerakannya memenuhi satu siklusatau satu putaran. Apabila pada titik A pada satu detik terjadi gerakan50 siklus, maka dikatakan bahwa frekuensi pada titik A sebesar 50 Hz.Pembedaan yang paling umum digunakan untuk tenagaelektromagnetik dalam penginderaan jauh adalah dengan panjang gelombang. Karena panjang gelombang ini sangat beraneka, Angstrom, dan pikometer karena panjang gelombang padaspektrum

elektromagnetik ini dimulai dari panjang gelombang yangmendekati 0 mm hingga ratusan meter. Panjang gelombang frekuensi lebih lebih banyak banyak digunakan digunakan dalam dalam

penginderaan jauh,

sedangkan

teknologiradio (Beckman, 1975). 1.5.6.2. Spektrum Elektromagnetik Tenaga elektromagnetik terdiri dari berkas atau spektrum yangsangat luas, yakni meliputi spektra kosmik, Gamma, X, ultraviolet,tampak, inframerah, gelombang mikro (microwave), dan radio. Jumlahtotal seluruh spektrum ini disebut spektrum elektromagnetik. Untuk selanjutnya maka istilah spektrum digunakan untuk menunjukan bagian tertentu spektrum elektromagnetik. Saluran atau pita (channel, band) digunakan untuk bagian yang lebih kecil, misalnya saluran biru,saluran hijau, dan saluran merah pada spektrum tampak. Meskipundemikian, istilah saluran kadang-kadang juga digunakan untuk lebihdari satu spektrum guna menunjukkan karakteristik tertentu dalamsistem penginderaan jauh

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

19

1.5.7.

Pencemaran Udara Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat

memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.

Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan industri dan kendaraan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. 1.5.8. Pengetahuan Umum Tentang Pencemaran Udara Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

20

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan (Wardhana, 2004). Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. 1.5.8.1. Klasifikasi Pencemar Udara : 1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara.

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

21

2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemarpencemar primer di atmosfer. Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik.

1.5.8.2. Jenis-jenis Bahan Pencemar: 1. Karbon monoksida (CO) 2. Nitrogen dioksida (N02) 3. Sulfur Dioksida (S02) 4. CFC 5. Karbon dioksida (CO2) 6. Ozon (03 ) 7. Benda Partikulat (PM) 8. Timah (Pb) 9. HydroCarbon (HC)

1.5.8.3. Penyebab Utama Pencemaran Udara Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor. Contoh : di Jakarta antara tahun 1993-1997 terjadi peningkatan jumlah kendaraan berupa Sepeda motor 207 % Mobil penumpang 177 % Mobil barang 176 % Bus 138 % :

1.5.8.4. Dampak Pencemaran Udara : Penipisan Ozon Pemanasan Global ( Global Warming ) Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan Terganggunya fungsi reproduksi Stres dan penurunan tingkat produktivitas Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

22

Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.

1.5.9. Sumber Pencemaran Udara Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic emissions. Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil

pembakaran bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya. Nugroho (2005) menyebutkan sumber pencemaran udara dengan istilah factor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi secara alamiah. Sedangkan factor eksternal merupakan pencemaran udara yang diakibatkan ulah manusia.

1.5.9.1. Jenis-Jenis Pencemaran Udara Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001): 1. Berdasarkan bentuk a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx. b. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah
kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, maupun padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain. 2. Berdasarkan tempat

a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah, rumah sakit, dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur tradisional ketika memasak, dan lain-lain.
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

23

b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut juga udara bebas seperti asap asap dari industri maupun kendaraan bermotor 3. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida. b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3, dan CH4. c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya; Formaldehide dan Alkohol. d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida. 4. Berdasarkan susunan kimia a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon seperti asbestos, ammonia, asam sulfat, dan lain-lain. b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain. 5. Berdasarkan asalnya a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan

membahayakan. Contohnya: CO2, yang meningkat diatas konsentrasi normal. b. Skunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi anatara zat polutan primer dengan komponen alamiah. Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat (PAN). 1.5.9.2. Komponen Pencemar Udara dari Kendaraan Bermotor Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia bertambah rata-rata 12% per tahun dalam kurun waktu 2000-2003. Sementara itu, pertumbuhan kendaraan penumpang dan komersial diproyeksikan mencapai berturut-turut 10% dan 15%
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

24

per tahun antara tahun 2004-2006. Pada tahun 2004, total penjualan kendaraan penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan kendaraan komersial (bus dan truk) mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005 dan selama tahun 2006 jumlah penjualan kendaraan penumpang dan komersial diperkirakan mencapai 550.000 dan 600.000 unit. Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.2. Perkiraan Persentase Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia No 1 2 3 4 5
Komponen Pencemar CO NOx Sox HC Partikel Persentase (%) 70,50 8,89 0,88 18,34 1,33

Total

100

Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan

1.5.9.3.Karbon Monoksida (CO) CO adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -1920C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk karena aktivitas industri. Sedangkan secara alamiah, gas CO terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain walaupun dalam jumlah yang sedikit (Wardhana, 2004). CO yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu reaksi berikut: a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon. b. Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. c. Penguraian CO2 menjadi CO dan O.
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

25

Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO, misalnya aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lainlain. Sumber CO lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri (Fardiaz, 1992). Menurut Kurniawan, sebagian besar gas CO yang ada diperkotaan berasal dari kendaraan bermotor (80%) dan ini menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain yang ikut sebagai penyumbang gas CO di atmosfer (Sugiarta, 2008). Hasil penelitian tersebut ditegaskan oleh penelitian yang dilakukan Sastranegara yang menyatakan hal serupa dan menekankan bahwa semakin lama rotasi atau putaran roda kendaraan per menit, semakin besar kadar CO yang diemisikan.

1.5.9.4.Nitrogen Oksida (NOx) Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO (Wardhana, 2004). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Reaksi pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah relatif kecil, meskipun dengan adanya udara berlebih. Kecepatan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan reaksi pembentukan NO2 akan berjalan lebih lambat. Selain itu, kecepatan reaksi pembentukan NO2 juga dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik empat kali. Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka kecepatan reaksi akan turun menjadi seperempat (Fardiaz, 1992). Nitrogen monoksida (NO) tidak berwarna, tidak berbau, tidak terbakar, dan sedikit larut di dalam air (Sunu, 2001). NO terdapat di udara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2 (Depkes).

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

26

Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004). Selain itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Dari perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari dan gas ini bersifat akumulasi di udara yang bila tercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam (Sugiarta, 2008). 1.5.9.5. Partikel Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan (Mulia, 2005). Partikel merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Partikel pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya (Depkes). Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di atmosfer, misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikelpartikel debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari sumbernya diikuti oleh proses-proses industri (Fardiaz, 1992).

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

27

1.5.10. Dampak Emisi Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, serta lingkungan hidup. Sumber pencemar ini juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon stratosfer, dan perubahan iklim global. Zat-zat yang diemisikan dari knalpot kendaraan bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10, dan Pb (dari bahan bakar yang mengandung timah hitam/timbal). Hasil kajian terdahulu seperti the Study on the Integrated Air Quality Management for Jakarta Area (JICA, 1997) dan Integrated Vehicle Emission Reduction Strategy for Greater Jakarta (ADB, 2002) menyimpulkan bahwa sector transportasi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencemaran udara perkotaan (Suhadi, 2005). Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh sector transportasi berdasarkan zat pencemar antara lain: 1.5.10.1. Karbon Monoksida (CO) Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat berupa menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung hingga kematian. Hubungan antara konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang timbul adalah sebagai berikut (Wardhana, 2004):
Tabel 1.3. Hubungan antara konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang timbul

No 1 2 3

Konsentrasi CO (ppm) 100 30 1000

Lama Terpapar
Sebentar

Efek
Tidak ada Pusing dan mual Pusing, kulit berubah kemerah-merahan

8 jam 1 jam

Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

28

karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah (Depkes). Namun, dampak dari CO juga bervasiasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 510%. CO juga bisa mempengaruhi janin. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuensinya akan menurunkan tekanan oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan lebih rendah dibandingkan keadaan normal (Tugaswati). 1.5.11. Faktor Penyebab Dan Sumber Pencemaran Udara Bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Salah satu pencemar udara primer dan paling besar jumlahnya dibandingkan bahan pencemar lainnya adalah karbon monoksida (CO) yang dihasilkan dari pembakaran, seperti pembakaran fosil untuk menghasilkan sebuah bahan bakar minyak. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reksi pencemar-pencemar primer di atmosfir, misalnya

pembentukan ozon dalam smog fotokimia

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

29

Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi pengurangan emisi. Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask ozon. Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta.
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

30

Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama. 1.5.12. Uji Emisi Kendaraan Bermotor

1.5.12.1. Pengertian Uji Emisi Kendaraan Bermotor Pasal 1 ayat 2 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak menyatakan bahwa emisi adalah makluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambient. Pengertian uji emisi kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan untuk kendaraan bermotor secara berkala. Di dalam peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa pelaksanaan uji emisi di suatu daerah dievaluasi oleh Bupati atau Walikota minimal 6 bulan sekali. 1.5.12.2. Kriteria Kendaraan Wajib Uji Emisi Uji emisi kendaraan bermotor ini bersifat wajib. Hal ini ditegaskan dalam UU nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus yang dioperasikan di jalan wajib diuji dan ayat (2) yang berbunyi: Pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi uji tipe dan/atau uji berkala. Kewajiban ini juga ditegaskan pasal 50 ayat (1) yang berbunyi: Untuk mencegah pencemaran udara dan kebisingan suara kendaraan
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

31

bermotor yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan. Kewajiban tersebut harus dilakukan oleh setiap pemilik, pengusaha angkutan umum dan/atau pengemudi kendaraan bermotor sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 50 ayat (2) UU nomor 14 tahun 1992. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama, pengujian emisi ini wajib dilakukan di tempat pengujian milik pemerintah atau swasta yang telah mendapat sertifikasi berdasarkan peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria kendaraan bermotor yang wajib uji emisi, yaitu: 1. Kendaraan bermotor tipe baru Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 4 tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru, kendaraan bermotor tipe baru adalah kendaraan bermotor yang menggunakan mesin dan/atau transmisi tipe baru yang siap diproduksi dan akan dipasarkan, atau kendaraan bermotor yang sudah beroperasi di jalan tetapi akan diproduksi dengan perubahan desain mesin dan/atau sistem transmisinya, atau kendaraan bermotor yang diimpor dalam keadaan utuh (completely built-up) tetapi belum beroperasi di jalan wilayah Republik Indonesia. 2. Kendaraan bermotor tipe lama Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama, kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia. 1.5.12.3. Manfaat Uji Emisi Kendaraan Bermotor Uji emisi kendaraan bermotor memang belum terlalu populer di Indonesia. Namun, ternyata banyak manfaat yang bisa diambil dari pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor ini yaitu:
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

32

1. Dapat mengetahui boros tidaknya bahan bakar yang digunakan. Jika pada hasil uji emisi, nilai lambda kurang jauh dari 1, maka berarti kendaraan boros bensin. Nilai lambda berkaitan dengan perbandingan antara campuran udara dan bahan bakar yang terbuang lewat asap knalpot. Semakin kecil nilai lambda, semakin boros bensin. 2. Gas CO2 dan HC bisa menjadi indikator kondisi mesin. Nilai CO2 bisa turun jika kondisi mesin kurang bagus. Sedangkan jika nilai HC tinggi, berarti pembakaran mesin kurang sempurna (Anonim, 2005). 3. Dapat mengetahui kebocoran pada mesin kendaraan. Jika pada hasil uji emisi, nilai O2 diatas 2,5%, maka kemungkinan terdapat kebocoran pada saluran intake kendaraan atau knalpot. 4. Menyebabkan usia pakai kendaraan lebih lama. Dengan melakukan uji emisi kendaraan secara berkala, maka dapat mendeteksi kerusakan atau masalah yang terdapat pada mesin kendaraan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan perbaikan mesin kendaraan sebelum kondisi tersebut menjadi lebih parah. 5. Dapat memantau emisi kendaraan sehingga dapat mencegah terjadinya polusi udara (Setiawan, 2008).

1.5.12.4. Pengendalian Emisi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 35 tahun 1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor. Jika nilai emisi kendaraan bermotor melebihi ambang batas yang telah ditetapkan, maka akan diberlakukan sanksi kepada pemilik kendaraan bermotor tersebut. Sanksi pelanggaran emisi sesuai dengan UU nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 67, yakni Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang, atau tingkat kebisingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1)
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

33

dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda setinggitingginya Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat emisi kendaraan bermotor, yaitu (Kusuma, 2002): 1. Mengembangkan substitusi bahan bakar dengan tujuan untuk mengurangi polutan (substitusi ini bisa berupa bahan bakar tanpa timbal ataupun gas). 2. Mengembangkan sumber tenaga alternatif yang rendah polusi (sumber tenaga bisa berupa tenaga listrik, tenaga surya, ataupun tenaga angin). 3. Memodifikasi mesin untuk mengurangi jumlah polutan yang terbentuk (modifikasi mesin bisa dilakukan baik dengan menggunakan turbo cyclone, memperbaiki sistem pencampuran bahan bakar, maupun dengan mengatur pendinginan di dalam ruang bakar). 4. Mengembangkan sistem pembuangan yang lebih sempurna (sistem pembuangan dari gas buang bisa disempurnakan dengan menggunakan semacam reheater, ataupun dengan menggunakan catalytic converter yang biasanya dipasang pada kendaraan mewah). 5. Memperbaiki sistem pengapian (sistem pengapian kendaraan dapat diperbaiki dengan mengatur ignition time dan delay period dari motor bakar, salah satunya adalah dengan menggunakan power ignition, EFI (Electronic Full Injection). 6. Menghindari cara pemakaian yang justru menghasilkan polutan yang tinggi (beberapa cara pemakaian yang salah adalah dengan mengerem mendadak, melakukan balapan di jalan raya, menambahkan pelumas pada knalpot kendaraan sehabis diservis, dan beban angkut yang melebihi kapasitas daya angkut motor).

1.5.13. Ekivalensi mobil penumpang Arus lalu lintas terdiri dari berbagai jenis kendaraan dengan karakteristik (ukuran, kecepatan, dll) yang berbeda beda. Untuk tujuan pengukuran arus / volume lalu lintas perlu dikonversikan ke satuan mobil penumpang melalui faktor yang disebut dengan ekivalensi mobil penumpang (emp). Nilai emp suatu
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

34

kendaraan akan berbeda untuk kondisi jalan yang berbeda, misalnya emp suatu bus di jalan lokal akan berbeda dengan emp suatu bus di jalan arteri. Begitu pun juga nilai emp di daerah X bisa berbeda dengan nilai emp di daerah Y karena perilaku pengemudi yang juga berbeda. Dalam MKJI (1997), pengertian ekivalensi mobil penumpang (emp) adalah faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil penumpang atau kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada perilaku lalu lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan lainnya, emp=1,0) Penentuan nilai emp suatu kendaraan di suatu lokasi dengan kondisi tertentu dapat dilakukan dengan cara melakukan pengamatan beberapa arus lalu lintas jenuh (saturated) yang terdiri dari lalu lintas tercampur (mixed traffic) dan lalu lintas tersebut tidak ada gangguan dari mulai bagian hulu hingga hilir. Ketiadaan gangguan tersebut seperti tiadanya penyeberang jalan, dsb. Selanjutnya, antara satu kondisi arus jenuh dengan kondisi arus jenuh lainnya dibandingkan. Sebagai sebuah contoh, pada kondisi arus jenuh pertama hasil pengamatan, ada 6 mobil penumpang, 1 bus, 17 sepeda motor, 1 sepeda, dan 1 becak, dan pada kondisi arus jenuh kedua ada 2 mobil penumpang, 2 bus, 23 sepeda motor, 6 sepeda, dan 1 becak. Meskipun berbeda jumlah kendaraan tiap tipenya, kondisi arus jenuh pertama dapat dikatakan sama karakteristik lalu lintasnya dengan kondisi arus jenuh kedua. Ini berarti bahwa, dengan jumlah kondisi arus jenuh yang makin banyak, yang berarti validitas data makin baik, maka nilai emp tiap tipe kendaraan dapat diperoleh. Penghitungan jenis dan jumlah tiap jenis kendaraan pada kondisi arus jenuh dilakukan berkali-kali agar diperoleh nilai emp yang memuaskan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan nilai emp adalah dengan menggunakan regresi linear ganda. Dalam regresi linear ganda ini, yang dijadikan sebagai variabel dependent (Y) adalah mobil penumpang dan sebagai variabel independent (X) adalah jenis kendaraan yang lain, berturut-turut X1 (Bus), X2 (Sepeda Motor), X3 (Sepeda), X4 (Becak).
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

35

Tabel 1.4. Jumlah tiap tipe kendaraan pada kondisi jenuh pada beberapa kali pengamatan

Output yang diperoleh dalam analisa tersebut adalah : Y = 12,6121 2,5100(X1) - 0,1892(X2) 0,0786(X3) - 0,7679(X4). dengan X1 : Bus, X2 : Sepeda Motor, X3 : Sepeda, dan X4 : Becak Persamaan di atas dapat diartikan : 1. Intercept atau konstanta 12,6121 Tanpa adanya variabel Bus, Sepeda Motor, Sepeda dan Becak pada kondisi arus jenuh, jumlah Mobil Penumpang yang melewati

persimpangan yang ditinjau tiap siklusnya adalah 12,6121. 2. Variabel X1 sebesar 2,5100 Tanda - berarti hubungan Bus dengan Mobil Penumpang adalah negatif, atau setiap penambahan 1 Bus akan mengurangi 2,5100 Mobil Penumpang. Dengan demikian dapat diperoleh nilai pengaruh Bus terhadap Mobil Penumpang yaitu sebesar 2,5100. Selanjutnya, tinjauan yang sama juga dilakukan pada variabel lainnya. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan (Mohi, 2003), nilai emp di daerah simpang di perkotaan Yogyakarta untuk berbagai tipe kendaraan terlihat dalam tabel berikut.

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

36

Tabel 1.5. Perbandingan nilai emp rata-rata

Sumber : Mohi (2003) dan Sukarno (1987)

Setelah nilai emp diperoleh, menurut MKJI (1997), penentuan volume dilakukan dengan rumus berikut : Q = (QHV x emp HV) + (QLV x emp LV) + (QMC x emp MC)(1.5) dengan : Q = Volume lalulintas (smp/jam) HV = Kendaraan berat LV = Kendaraan ringan MC = Sepeda motor 1.5.14. Jenis-jenis volume lalu lintas 1. LHRT (Lalu lintas Harian Rata-rata Tahunan) = AADT (Average Annual Daily Traffic), adalah volume lalu lintas rata-rata 24 jam pada suatu lokasi yang ditentukan selama satu tahun penuh (365 hari), yang adalah jumlah total kendaraan yang lewat di tempat itu dalam satu tahun dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun (365 hari) 2. LHR (Lalu lintas Harian Rata-rata) = ADT (Average Daily Traffic), adalah volume lalu lintas rata-rata 24 jam pada suatu lokasi yang ditentukan untuk beberapa periode waktu kurang dari satu tahun. ADT dapat diukur untuk enam bulan, sebulan, satu musim, seminggu, dst. ADT adalah jumlah yang sahih hanya untuk periode pengukuran tersebut.

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

37

3. VJP (Volume Jam Perencanaan) = DHV (Design Hour Volume) adalah volume lalu lintas yang dipakai dalam perancangan dan analisis operasional. Dalam perancangan, volume jam puncak kadang-kadang diestimasi dari proyeksi volume harian dengan menggunakan persamaan DDHV = AADT x k x D dengan DDHV = directional design hour volume (vph) AADT = average annual daily traffic, (vpd) K D = proporsi daily traffic yang terjadi selama jam puncak = persentase tiap arah

Untuk perancangan, k selalu mewakilii proporsi AADT yang terjadi pada jam puncak yang ke-30 (thirtieth highest peak hour) dari satu tahun. 1.5.15. Fluktuasi Volume Lalu lintas Fluktuasi volume lalu lintas bisa ditunjukkan dengan nilai k dan D. Adapun nilai k dan D pada setiap jenis jalan (recreational, luar kota, perkotaan, dsb) tercantum dalam tabel berikut Tabel 1.6. Rentang nilai k dan D pada tiap jenis jalan

Sumber : McShane, W.R., Roess, R.P. (1990)

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

38

1.5.16. Kerangka pemikiran Pencemaran udara merupakan salah satu dampak negative terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pengembangan teknologi. Faktor yang mempengaruhui terjadinya pencemaran udara lebih banyak disebabkan oleh kegiatan manusia yang berasal dari sektor transportasi, khususnya dari gas buang kendraan bermotor. Gas buang kendraan bermotor mengandung gas karbon monoksida yang merupakan gas yang paling besar dalam mencemari udara. Gas karbonoksida tersebut dihasilkan dari pembakaran senyawa karbon yang tak sempurna pada kendraan bermotor. Seiring dengan jumlah kendraan bermotor yang semakin banyak maka pencemaran udara pun akan semakin tinggi. Tinggi rendahnya tingkat pencemaran udara pada suatu wilayah yang memiliki transportasi yang pada seperti di daerah UGM dapat dideteksi menggunakan teknik pengindraan jauh dan system informasi geografi (SIG). dengan menggunakan beberapa parameter yang berpengaruh baik yang mempunyai pengaruh positif (+), maupun yang mempunyai pengaruh negative (-). Pengaruh positif artinya perameter yang dapat memicu bahkan meningkatkan besarnya kandungan polutan yang mencemari udara pada suatu wilayah, sedangkan negative mempunyai arti sebaliknya. Negative mempunyai arti parameter yang dapat mengurangi besarnya kandungan polutan yang mencemari udara pada suatu wilayah

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

39

BAB II METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini berupa pendekatan kuantitatif dengan pemodelan spasial berjenjang tertimbang yaitu, dengan mempertimbangkan pengaruh dari setiap variabel terhadap tingkat pencemaran udara Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitina ini meliputi beberapa tahapan kegiatan 2.1. Alat dan Bahan 2.1.1 Alat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Seperangkat computer dan printer Microsoft Office (Ms. Word) 2007 Perangkat lunak ArcGis 9.3 GPS Garmin Camera Digital Stopwatch Alat tulis

2.1.2 Bahan 1. Peta rupa bumi wilayah Kecamatan Depok Kab. Sleman Skala 1:

25.000 2. 3. 4. Peta jaringan jalan wilayah Kecamatan Depok Kab. Sleman 1: 25.000 Citra Ikonos yang meliputi Daerah Ugm Data tentang volume lalulintas harian

ArcGis merupakan lsalah satu perangkat lunak aplikasi untuk keperluan system informasi geografi (SIG) instalasi ArcGis berbasis desktop dalam sebuah computer dapat diinstal pada tingkatan kegunaan, yaitu ArcView, ArcEdit dan ArcInfo. Perbedaan dari masing- masing
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

40

tingkatan adalah pada menu-menu aplikasi yang dapat diaplikasikan dalam masing-masing program. Pada ArcGias terdapat desktop aplikasi yaitu :ArcCatalog, ArcMap, ArcScane dan ArcGlobe, dimana masing masing desktop aplikasi ini memeliki sejumlah tools tersendiri untuk keperluan operasi SIG. ada banyak kemampuan yang dimiliki oleh software ArcGis untuk melakukan pengolahan data GIS diantaranya yaitu : 1) Koreksi geometrik peta atau citra 2) Membuat shapefile baru 3) Editing data attribute 4) Melayout peta yang sudah diolah

ArcView merupakan level pertama dari tiga penggunaan ArcGis Dekstopyang memiliki aplikasi ArcMap, ArcCatalog, ArcToolbox dan model Builder. Setiap aplikasi yang terdapat fungsi yang berbeda-beda, salah satunya yaitu ArcCatalog. ArcCatalog adalah aplikasi yang berfungsi untuk mengorganisasidan memanajemen semua informasi geografis seperti peta, globe, dataset, geodatabase, toolsbox geoprocessing, metadata dan layanan layanan fungsi SIG. geodatabase adalah system manajemen basisdata dimana data tersebut disimpan dan ber-georeferensing. Secara teknis geodatabase ini adalah tempat/ wadah untuk menampung dan mengatur kumpulan data-data yang bersifat spasial (geografis) yang dikelela dalam software ArcGis. Oleh karena itu geodatabase perlu dirancang terlebih dahulu agar segala sesuatu data yang kita bangun memiliki wadah yang jelas dan tertera dengan baik. Tabel 2.1 Tabel perbandingan fungsi aplikasi dalam ArcView No 1 Jenis aplikasi ArcMap Fungsi Untuk mempresentasikan data dari proses input, proses hingga output yang berada sebuah tampilan peta yang telah dilayout dan di dalamnya terdapat sebuat informasi

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

41

tertentu sesuai dengan tema peta terebut (peta tematik) 2 ArcCatalog Untuk mengorganisasi dan memanajemen semua informasi geografis seperti peta, globe, dataset, geodatabese, toolsboxgeoprocessing, metadata dan layananlayanan fungsi SIG. 3 ArcToolbax Untuk melakukan berbagai macam analisis spasial, seperti overlay, buffer dan dissolve

ArcEditor merupakan level kedua penggunaan ArcGis yang dapat berfungsi untuk aotomasisasi dan kompilasi data untuk pembangunan dan maintenance dan geodatabase, shapefile dan informasi geografis lainnya. Selain itu ArcEditor juga memiliki kemampuan untuk melakukan editing tingkat lanjut untuk shapefilesdan geodatabase sebagai tambahan dari fungsi-fungsi lain yang terdapat pada ArcView. ArcInfo merupakan produk dari ArcGis Dekstop yang mempunyai berbagai macam fungsi dan semua kemampuan yang dimiliki oleh Arcview dan ArcEditor. Selain itu juga ArcInfo memiliki koleksi tools yang lengkap di aplikasi Acrtoolboxnya yang dapat mendukung untuk melakukan geoprocessing polygon. 2.3 Langkah Kerja 2.3.1 Tahap-tahap Penelitian Tahap penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya: tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap interpretasi, tahap pengolahan data, survey lapangan, reinterpretasi , dan analisis hasil dari visualisasi hasil penelitian 2.3.1.1 Tahap Persiapan

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

42

Studi pustaka, yaitu mencari dan mempelajari informasi dari literature literatur yang berkaitan dengan penelitian Menyiapakan alat tulis yang akan digunakan, khususnya alat yang akan digunakan untuk kegiatan awal, yaitu orientasi lapangan Pengumpulan data sekuner, seperti peta RBI, peta jaringan jalan dan data-data sekunder lainnya yang dibutuhkan untuk penelitian Menyiapkan citra Quickbird wilayah kecamatan Depok

termasukperolehan dan koreksi baik koreksi geometriks maupun koreksi radiometrik Orintasi lapangan yang bertujuan untuk mengenali daerah penelitian terlebih dahulu sehingga akan memudahkan ketika akan melakukan survey lapangan untuk memperoleh data primer Menyiapkan perangkat keras (hardware) dan (software) yang akan digunakan untuk memproses data yang akan olah

2.3.1.2 Tahap Pengumpulan data Tahap pengumpilan data merupakan tahap yang menjelaskan cara pengambilan atau peroleh data baik data sekunder maupun data primer yang akan digunakan dalam penelitian a. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung dari survey lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari interpretasi citra Quickbird terkait dengan pencemaran udara meliputi penggunaan lahan khusunya yang memfokuskan pada penggunaan lahan untuk vegetasi, lokasi keberadaan lampu lalulinta, jaringan jalan dan kelas jalan. Pada proses interpretasi, dilakukan pengamatan objek dengan beberapa langkah, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis. Ketiga langkah tersebut merupakan langkah awal dalam melakukan interpretasi citra untuk mengenali suatu objek sehingga akan dapat membantu dalam memperoleh informasi tentang objek tersebut. Dalam perolehan data melalui citra yang
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

43

berisi menangani suatu objek atau fenomena dapat dipermudah dengan menggunakan kunci unsure-unsur interpretasi, yaitu rona atau warna,

bentuk, tekstur, pola, ukuran , bayangan, situs dan asosiasi. Hasil dari interpretasi tersebut akan menghasilkan peta-peta tematik yang diperlukan dalam penelitian. Data-data yang diperoleh dari hasil interpretasi citra

adalah data kerapatan vegetasi, keteraturan bangunan, dan kelas jalan. Selain diperoleh melalui interpretasi citra, data sekunder lainnya diperoleh dari beberapa dinas, seperti data tentang jumlah kendaraan bermotor dan volume lalulintas harian yang diperoleh dari dinas perhubungan. b. Pola keteraturan bangunan Pola keteraturan bangunan merupakan salah satu data yang digunakan sebagai parameter dalam deteksi pencemaran udara, khususnya distribusi polutan kendraan bermotor. Penilaian tingkat keteraturan bangunan dilihat dari keteraturan letak dan besar/ kecil bangunannya Tabel 2.2 Klasifikasi Pola Keteraturan Bangunan No 1 Kriteria Teratur Harkat 1 Keterangan Bentuk ukuran dan hadap bangunan relative seragam 2 Agak teratur 3 Bangunan induk teratur,

tetapi mengalami densifikasi (kepadatan) 3 Tidak teratur 5 Bentuk, ukuran dan hadap bangunan seragam
Sumber : Al Fattah, 2007

relative

tidak

a. Pola Kerapatan Vegetasi Daun dan batang dari pepohonan mempunyai kemampuan untuk menyerap beberapa partkel, seperti timbale (Pb), Debu, semen karbon

monoksida (CO), karbon dioksida (CO) dan dapat menghasilkan oksigen. Dengan kemampuan pepohonan tersebut maka kerapatan vegetasi dapat
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

44

dijadikan sebagai variabel dalam melakukan deteksi tingkat pencemaran udara. Kerapatan vegetasi yang digunakan dalam deteksi tingkat pencemaran udara adalah prosentase lahan yang tertutup oleh vegetasi jenis pepohonan Kerapatanvegetasi dihitung dengan membandingkan luas lahan dengan luas tutupan kanopi pepohonan yang ada pada lahan tersebut. Tingkat kerapatan vegetasi dinyatakan dalam persen (%). Berikut formula untuk menghitung kerapatan vegetasi Kerapatan vegetasi

Klasifikasi Klasifikasi yang digunakan untuk kerapatan vegetasi adalah sebagai berikut Tabel 2.3 Klasifikasi Kerapatan Vegetasi Kelas Tingkat kanopi (%) I II III IV V < 10% 10%-24% 25%-39% 40%-54% >54% Kriteria Sangat jarang Jarang Sedang Rapat Sangat rapat Harkat 5 4 3 2 1

Sumber : sulistyaningsih 1995 modifikasi c. Jaringan jalan Jaringan jalan merupakan salaha satu media yang digunakan dalam transportasi khususnya transportasi yang di darat. Berdasarkan undangundang No 38 tahun 2008 tetang jalan, jalan menurut fungsinya terbagi menjadi 4 macam, yaitu jalan arteri , jalan kolektor, jalan local dan jalan lingkungan. Setiap macam jalan mempunyai karakteristik yang berbeda beda. Dalam penelitian ini hanya menggunakan jalan arteri, jalan kolektor

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

45

dan jalan lokal. Hal tersebut dilakukan karena diasumsikan ketiga jalan tersebut memiliki arus kendaraan yang sedang sehingga padat khususnya di jam jam tertentu, seperti pada jam 07.00 WIB dan 17.00 WIB Jalan merupakan salah satu objek yang mempunyai bentuk yang linier dimana bentuk dari objek jelan tersebut dapat dijadikan sebagai kunci interpretasi. Identifikasi jalan yang berdasarkan fungsinya tidak dapat dilakukan secara langsung tetapi hanya dapat mengamati ukuran terutama lebar dari jalan. Dengan menggunakan citra Quickbird yang mempunyai resolusi 0,61 m (pankromatik) akan memudahkan dalam mengamati lebar jalannya. Untuk memperoleh peta jarak terhadap jalan maka dilakukan sebuah proses SIG, yaitu Buffer dengan menentukan klasifikasi seperti tabel dibawah ini Tabel 2.4 Klasifikasi Jarak Terhadap Jalan Kelas I II III IV V Jalan (m) <100 100-299 300-499 500-699 >700 kriteria Sangat dekat Dekat Sedang Jauh Sangat jauh Harkat 5 4 3 2 1

Sumber : widiastuti, 2002 dengan modifikasi d. Deteksi keberadaan lampu lalulintas Keberadaan lampu lalulintas disuatu persimpangan jalan tidak dapat diamati secara langsung melauli citra Quickbird, karena ukuran lampu lalulintas dapat dilakukan dengan mengamati kemebaran objek kendraan yang bermotor dapat mengindikasikan jika pada persimpangan ada kendaraan ada yang berhenti sedangkan kendraan disisi lain berjalan. Namun agar deteksi keberadaan lampu lalulintasnya lebih akurat dibutuhkan pengetahuan lokal (localknowledge)untuk mengetahui keberadaan lamou lalulintas tersebut. Untuk memperoleh sebuah peta jarak terhadap lampu lalulintas maka dilakukan proses buffer dengan ketentuan klsaifikasi sebagai berikut
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

46

Tabel 2.5 Klasifikasi Jarak Terhadap Lampu Lalulintas Kelas I II III IV V Jalan (m) <100 100-199 200-299 300-399 400-500 kriteria Sangat dekat Dekat Sedang Jauh Sangat jauh Harkat 5 4 3 2 1

Sumber : Qadriathi 1995 dengan modifikasi e. Data primer Merupakan data yang diperoleh dari survey lapangan sehingga data yang diperoleh sesuai dengan keadaan di lapangan. Dalam penelitian ini data yang termasuk data primer adalah data mengenai tingkat pencemaran udara di daerah UGM yang dapat diketahui melalui intergrasi data akumulasi gas buang dari kendaraan bermotor yang ada pada lampu lalulintas. Penggunaan lahan khususnya untuk vegetasi dan ukuran jalannya serta volume lalulintas harian (LHR) Ada beberapa data yang diperlukan untuk menditeksi tingkat pencemaran udara dan data tersebut diperoleh melalui survey lapangan. Data data primer tersebut adalah lokasi lampu lalulintas dan volume lalulintas harian. 2.4.1 Tahap Penentuan Sampel Dalam pengambilan sampel saat melakukan penelitian, sampel harus dapat mewakili populasi yang ada atau sudah dapat mewakili dari objek yang diteliti. Tujuan dari pengambilan sampel adalah memperoleh data yang repsentatif terkait dengan populasi yang menjadi kajian dalam penelitian. Pengambilan sampel di lakukan terhadap parameter-paramter hasil interpretasi yang bersifat terukur, yaitu keteraturan bangunan dan kerapatan vegetasi. Pemilihan sampel dilakukan dengan membagi populasi kedalam kelompok-kelompok yang homogeny yang disebut dengan tingkatan atau strata. Strata yang dimaksut adalah kelas kelas seperti keteraturan

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

47

bangunan, kerapatan vegetasi dan jarak terhadap lampu lalulintas. Pada setiap kelas /strata dengan penentuan titik sampel diambil sampel secara acak / random. Meted pengambilan sampel ini disebut dengan metode stratified random sampling. 2.5.1 Metode Pengolahan Data Penelitian 2.5.1.1 Pemasukan data (input) Pemasukan data merupakan tahap awal dalam pengolahan data dimana tingkat keakuratan data dalam proses input akan sangat menentukan tingkat keakuratan dari informasi yang dihasilkan nantiny. Input data yang dilakukan dalam pengolahan data berupa konversi data analog kedalam format vector dimana data vector merupakan suatu format data digital yang mem[punyai besaran dan arah. Proses merubah atau konversi data tersebut disebut dengan digitasi. Digitasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan meja digitizer dan on screen. Dalam penelitian ini digitasi dilakukan secara on screen, karena data sumbernya dalam format digital, yaitu citra Quickbird dan peta RBI Proses digitasi atau konversi data dilakukan menggunakan software arcgis 9.3. arcgis 9.3 merupakan software dengan jenis desktop mapping yang diproduksi oleh ESRI. Karakteristik dari software ini adalah mempunyai fasilitas untuk membuat sebuah geodatabase dengan

menggunakan Arc Catalog, terdaat tools yang erfungsi untuk mengolah data yang terdapat dalam data menu, yaitu menu tools box dan Arcmap yang merupakan fsilitas untuk visualisai peta atau citra yang diolah 2.5.1.2 Pemrosesan Data Tahap pemrosesan data dilakukan dengan dua tahap yaitu : menggunakan teknik pengindraan jauh Koreksi geometric dilakukan untuk mengoreksi kesalahan keslahan geometri di permukaan bumi semakin kecil nilai RMS Error pada saat koreksi geometric maka geometric permukaan buminya akan semakin akurat
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

48

Interpretasi citra dilakukan untuk mencari data yang berisi informasi mengenai objek yang tampak pada citra dengan tema-tema tertentu. Hasil dari interpretasi citra berupa peta-peta tematik yang akan digunakan dalam penelitian

2.5.1.3 Menggunakan Sistem Informasi Geografi Buffer adalah membentuk suatu area, polygon atau zona baru untuk menutupi objek sasial (titik, garis, polygon)dengan jarak tertentu (Eddly Prahasta, 2005 Pengkelasan jalan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelas jalan yang ada di daerah penelitian yaitu daerah kecamatan depok. System pengkelasan yang dilakukan berdasarkan fungsinya, yaitu jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Pengkelasan jalan berdasarkan fungsi tersebut dilakukan deteksi tingkat pencemaran udara yang terjadi pada lampu lalulintas yang ada pada setiap kelas. Semakin besar kelas jalannya (jalan arteri) maka akan dapat diprediksi bahwa tinkat pencemaran udara pada lampu lalulintas yang ada di di jalan tersebut tinggi, karena jalan tersebut merupakan jalan utama yang banyak dilalui kendaraan bermotor Penyusunan basis data. Dala system informasi goegrafi data attribute merupakan keterangan identitas yang dimiliki suati objek dalam data grafis. Dalam penyusunan data atribut dilakukan inputung, editing dan join data atribut yang akan digunakan dalam peneliian. Inputing data dilakukan pengisian data pada kolom yang dituju dan tentunya harus samakan antara fitur terpilih pada data grafisnya dengan record data yang akan diisikan dimana data yang dimaksudkan bila langsung diketikkan pada recird data yang dituju. Editing pada penyusunan data dilakukan untuk melakukan pengaturan dan penambahan kolom data atribut termasuk juga dalam fasilitas query data. Selain input editing dilakukan pula join data atau penggabungan data salah satu cara input/ editing dari atribut dari sebuah data geospasial melalui cira

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

49

menambahkan/ menggabungkan data atribut yang suda ada ada suatu data tabular Overlay, overlay merupakan tumpang susun antara beberapa peta sehingga akan didapatkan data atau informasi baru (like indrawati 2007). Syarat untuk melakukan overlay adala memiliki luasan daerah yang sama atau daerah yang diteliti harus sama, memiliki koordinat yang sama dan memiliki lebih dari satu peta tematik 2.5.1.4 Output Output merupakan hasil dari pengolahan sebuah data untuk menghasilkan suatu informasi yang baru yang dapat digunakan untuk keperluan tertentu. Output data diperoleh dari data analog ataupun hasil pemrosesan (overlay, klasifikasi maupun hasil pemodelan). Di samping itu data yang berupa data grafis (peta) dimungkinkan pula diperoleh data attributnya dalam bentuk tabel 2.5.1.5 Analisis Data Analisis data dilakukan untuk melihat tingkat pencemaran udara pada lampu lalulintas berdasarkan data-data yang telah diperoleh baik data sekunder maupun data primer. Analisis yang dilakukan adalah analisis keruangan yang dilakukan pada peta-peta menjadi variabel penelitian dan merupakan hasil dari interpretasi citra Quickbird, yaitu peta keteraturan bangunan dan kerapatan vegetasi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode spasial berjenjang tertimbeng, yaitu suatu metide spasial yang memperhatikan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap suatu objek sehingga untuk melakukan overlay peta sebelumnya dilakukan pemberian factor pembobot pada setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Dari setiap hasil pemberian factor pembobot pada variabel yang digunakan nantinya akan dapat dilakukan penentuan kelas tingkat pencemaran. Dalam penentuan kelas tingkat pencemaran dibagi menjadi tiga tingkatan dimana penentuan kelas interval kelas berdasarkan kemungkinan total harkat
Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

50

Kelas interval= Berdasarkan formula tersebut maka dapat dipertimbangkan harkat pada setiap parameter yaitu: Tabel 2.6 faktor pembobot setiap variabel : Harkat Variabel penelitian Factor pembobot 2 Pola keteraturan bangunan 3 Kerapatan vegetasi 1 Jarak terhadap jalan 2 Jarak lalulintas Sumber : telaah pustaka terhadap lampu 5 1 5 1 5 1 5 1 Tertinggi Terendah

Tingkat pencemaran udara =(2*KB)+(3*KV)+(1*JTJ)+(2*JTTL) Keterangan KB JV JTJ JTTL = keteraturan bangunan = kerapatan vegetasi = jarak terhadap jalan = jarak terhadap lampu lalulintas

Skor tertinggi = 40 Skor terendah = 8 Klas interval = = 10,67 =11 (Pembulatan)

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

51

Tabel 2.7 klasifikasi tingkat pencemaran udara Kelas I II III Total harkat 8-18 19-19 29-40 Kreteria Rendah Sedang Tinggi

Data volume lalulintas Harian Pengkelasan - metode struges K = 1+ 3,3 log n K = 1+ 3,3 log 9 = 1 + 3,3 x 0,954 = 1 + 3,149= 4,149 =4 I = = = = 495,25 = 495 (pembulatan) Tabel 2.8 Kelas Lalulintas Harian Pada Lampu Lalulintas Di daerah Ugm No Volume Lalulintas Harian (LHR) 1 2 3 4 634-1129 1130-1624 1625-2119 2120-2615 I II III IV Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Kelas Keterangan

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

52

2.5.1.6 Tahap Penyelesaian Pada tahap penyelesaian dilakukan pembuatan layout peta akhir. Pada peta akhir tersebut sudah dilakukan reinterpretasi berdasarkan data hasil survey lapngan sehingga informasi peta yang disajikan dalam peta sesuai dengan keadaan dilapangan. Output data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa tingkat pencemaran udara pada lampu lalulintas diwilayah kecamatan depok. Peta hasil penelitian tersebut telah dilayout dimana dalam melayout sebuah peta harus sesuai dengan kaidahkartografi dan memperhatikan bialai seni sehingga isi peta akan menarik dan mudah di pahami

Deteksi Tingkat Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor Dengan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman

53

Anda mungkin juga menyukai