Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB. I PENDAHULUAN A. Latar belakang ..................................................................... B. Tujuan ................................................................................. BAB.

II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian ............................................................................ B. Anatomi fisiologi ................................................................. C. Pathofisiologi ....................................................................... D. Dampak terhadap sistem tubuh ........................................... E. Klasifikasi ......... .................................................................. F. Tanda dan gejala .................................................................. G. Komplikasi .......................................................................... H. Penatalaksanaan ................................................................... BAB. III PEMBAHASAN BAB. IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan berkah dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan kegawatdaruratan yang berjudul Asuhan Keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan Luka bakar . Dalam menyelesaikan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan yang sangat berharga, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ; 1. Tim Pengajar Ilmu Keperawatan Gawat Darurat yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. 2. Reakan-rekan mahasiswa PSIK FK UNPAD 2004 serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu. Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada kami menadapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata, kami barharap semoga makalah ini bermanfaat bagi khususnya dan umumnya bagi semua pembaca.

Jatinangor,

Mei 2005

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat kerja bahkan dijalan atau ditempat-tempat lain. Penyebab luka bakar bisa bermacam-macam, yaitu berupa api, cairan panas, uap panas bahkan aliran listrik dan lain-lain. Luka nakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar terutama luka bakar yang dalam dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka panjang. Berbagai karakteristik unik dari luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh penyebab luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan atau intervensi yang lebih intensif dibandingkan dengan luka bakaryang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena siraman air panas dengan luka bakar yang disebabkan oleh karena zat kimia atau radiasi atau listrik membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama. Luka bakar yang mengenai daerah genetalia mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi infeksi dibandingkan dengan luka bakar yang ukuran dan luasnya sama pada bagian tubuh lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan kaki dapat mempengaruhi kapasitas fungsi pasien ( produktifitas atau kemampuan kerja ) sehingga memerlukan penanganan yang berbeda dengan bagian tubuh lain ( Sherif dan Sato, 1989 ).

B. 1.

Tujuan Tujuan umum Mahsiswa dapat mengetahui dan menerapkan perawatan kegawatdaruratan pada klien dengan luka bakar.

2.

Tujuan khusus a. Mahasiswa mengetahui tentang tinjauan teoritis mengenai luka bakar. b. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan luka bakar.

BAB II TINJAUAN TOERITIS A. Pengertian Luka bakar (burn) adalah lesi jaringan akibat terbakar oleh bahan kimia, panas kering, arus listrik, nyala api, friksi atau radiasi; diklasifikasi menjadi ketebalan penuh dan parsial seseuai dengan kedalaman kulit yang mengalami kerusakan: luka bakar ketabalan penuh memerlukan tandur kulit.( Hancock Christine, 1999 ). An energy transfer from a heat source to the body, heating the tissue enough to cause gamage, will result in a burn injury. ( Dolan et all, 1999 ) Luka bakar adalah suatu keadaan kerusakan jaringan tubuh (kulit) yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain jilatan api, air panas, listrik dan zat kimia. ( Dr. Med. A. Ramli & Pamoentjak, 1996 ). B. Anatomi fisiologi Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 15 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan, kulit juga sangat komplek, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga Warna kulit juga berbeda-beda, mulai dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa. Kulit bervariasi dalam hal lembut, tipis, dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki dan tangan orang dewasa, kulit yang tipis terdapat, pada muka, yang lembut pada leher dan badan, serta yang berambut kasar terdapat pada kepala. tergantung pada lokasi tubuh.

Secara histopatologik, kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama, yaitu; a. Lapisan Epidermis atau kutikel Terdiri atas : stratum korneum, yang merupakan lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin, Stratum lusidum, merupakan lapisan sel-sel yang tidak berinti dengan protoplasma yang telah berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki, Stratum granulosum, merupakan dua atau tiga lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dab terdapat inti diantaranya. Butir-burti kasar ini terdri atas keratohyalin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini, stratum granulosum juga terlihat ditelapak tangan dan kaki, Stratum spinosum, disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) terdri antara beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya, dan diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri dari atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatanjembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel langerhan. Sel-sel spinosum banyak mengandung glikogen, Stratum basale, merupakan selsel berbentuk kubus atau kolumnar yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Laspisan ini terdiri dari dua jenis sel yaitu; sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma bisofilik, inti lonjong dan besar dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan antar sel dan sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell.

b. Lapisan dermis (korum, kutis vera, true skin ). Terdapat dibawah epidermis dan jauh lebih tebal. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu; pars papilare dan pars retikulare. c. Lapisan subkutis (hipodermis). Adalah kelanjutan dermis, terdiri dari atas jaringan ikat longgar berisi selsel lemak didalmnya. Sel lemak merupakan sel yang bulat, besar, dengan inti yang terdesak ke pinggir sitoplasma yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa, yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening, ketebalan jaringan lemak tidak sama tergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai kedalaman 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Vaskularisasi kulit diatur oleh dua pleksus yaitu pleksus yang terletak dibagian atas dermis disebut pleksus superfisialis dan pleksus yang terletak di subkutis yang disebut pleksus profunda. Pleksus dibagian dermis mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan pars retikular juga mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh darah berukuran lebig besar. Bergandengan dengan pembuluh darah yang terdapat pada saluran getah bening. Walaupun demikian sebenarnya tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis. Secara fisiologis kulit mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah; fungsi proteksi, absorbsi, ekspresi, persepsi, termoregulasi, pembentukan pigmen dan keratinisasi.

C.

Patofisiologi Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visera dapat mengalami kerusakan karena luka nbakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi. Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak agen tersebut. Sebagai contoh pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa. Kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9
0

C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak ( Full Thickness

epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat III

Injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,1 0 C mengakibatkan cedera Full thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 44 0 C dapat ditoleransi dala,m periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar. Trauma termal dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang mengakibatkan air, natrium, klorida dan protein keluar dari dalam intra vaskuler kedaerah yang mengalami trauma dan menyebabkan edema yang disertai penguapan yang cukup tinggi pada daerah yang luka dan dapar berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi bila kondisi tersebut tidak cepat ditanggulangi dengan pemberian cairan dan elektrolit. Luka bakar selain mengakibatkan kerusakan fisik kulit, mengakibatkan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi seluruh sistem tubuh penderita tersebut, juga keadaan hemostatis tubuh, perubahan reaksi fisiologis sebagai respon kompensasi terhadap luka bakar berupa gejala-gajalanya adalah; haus, pernapasan cepat, frekwensi jantung meningkat, mual dan muntah, bising usus meningkta, edema, perubahan berat badan. Peningkatan kotekolamin dan peningktana sekresu aldosteron, pemingktan pelepasan glikogen, peningkatan kadar gula darah, pengisian kapiler

darah, tidak kuat terhadap suhu dingin, penurunan haluaran urin dan peningkatan berat jenis urin. Pasien dengan luka bakar luas atau mayor, kadang tubuhnya tidak mampu lagi untuk mengkompensasikan terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat menimbulkan beragam komplikasi. Shock luka bakar adalah merupakan komplikasi yang sering kali dialami pasien dengan luka bakar luas karena hipoivolemik yang tidak segera diatasi. D. Dampak luka bakar terhadap sistem tubuh. Luka bakar dapat mengakibatkan terjadi perubahan secara fisiologis yang akut, berupa ; 1. Gangguan cairan dan elektrolit Gangguan cairan dan elektrolit terjadi akibat perubahan dari mekanisme dimana terjadi perubahan pemindahan cairan dan elektrolit dari intra vasculer ke ekstra vasculer, akibat penguapan air yang berlebihan melalui permukaan kulit yang rusak. Kondisi tersebut diperberat dengan terjadinya juga perpindahan cairan dari cairan ekstraseluler pada daerah yang sehat/tidak terbakar ke tempat daerah yang trauma. Sehingga gangguan metabolisme sel terjadi hampir seluruh tubuh, maka kondisi ini kadang dapat lebih memperberat kondisi shock yang terjadi. Perbedaan shock luka bakar dengan shock akibat pendarahan yang menyebabkan hipovolemik adalah pada shock luka bakar selain terajdi shock hipovolemia juga terjadi kekurangan cairan ekstraseluler dalam jaringan yang sehat terjadi gangguan metabolisme sel yang akan memperberat keadaan shock. Selain hal tersebut diatas terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan semakin menutrunnya volume cairan. Dalam intra vena kebocoran pada pembuluh darah ini, mengakibatkan protein dalam plasma lolos melalui dinding kapiler sehingga dari jumlah protein yang lolos ini akan keluar dari tubuh melalui luka-luka, sedangkan sisinya bertahan diruanga ekstraseluler kurang lebih tiga minggu sebelum masuk kembali ke pembuluh darah. Perbaikan permeabilitas kapiler terjadi berangsur-angsur setelah 24-36

jam dan cairan edema mulai diserap kembali. Dalam klinik dikenal sebagai fase diuresis dan secara tuntas perbaikan permeabilitas normal kembali 5-6 hari. 2. Gangguan sirkulasi dan hematologi. Adanya penurunan cairan dan elektrolit dalam intravaskuler mengakibatkan terjadinya penurunan curah jantung berupa stroke volume berkurang dan resisten perifer meninggi, tachikardia dan hipotensi. Trauma luka bakar mengakibatkan hemolisis eritrosit sehingga terjadi penurunan eritrosit sebesar 10 % karena adanya perubahan fisik / morfologi dalam darah yang terjadi 1-2 jam setelah luka bakar yang diakibatkan oleh pengaruh panas tersebut. Dapat pula terjadi hemolisis yang lambat setelah 2-7 hari terbakar yang disebabkan oleh fragilitas eritrosit yang bertambah. Pada kondisi tersebut diatas perlu diperhatikan lebih utama adalah jumlah eritrosit yang aktif dalam sirkulasi. Selain terjadinya hemolisis dan perubahan morfologi eritrosit,, berkurangnya eritrosit akibat tertahan dalam pembuluh darah dan perdarahan-perdarahan dari jaringan yang granulasi. Terapi transfusi darah belum diperlukan sampai 72 jamsetelah terbakar, pada fase awal terjadinya hemokonsentrasi. bila terlalu dini pemberian darah akan menambah kepekatan darah sedangkan plasma masih terus bocor. Jika kondisi hemokonsentarsi sudah dikoreksi dengan pemberian cairan dan volume intra vaskuler sudah diperbaiki juga, transfusi perlu dipertimbangkan dengan pedoman pada hematokrit. 3. Gangguan hormonal dan metabolisme. Kerusakan kulit akibat luka bakar menimbulkan rasa tidak nyaman baik fisik maupun psikologis dan stress yang berkepanjangan. Kondisi tersbut akan meningkatkan stimulus dari kerja hormon-hormon dan berakibat peningkatan metabolisme tubuh. Di ruang perawatn pada umumnya klien luka bakar yang mampu melampaui fase akut akan terjadi penurunan berat badan lebih cepat bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan metabolisme tubuh untuk mengembalikan fungsi-fungsi tubuh yang terganggu akibat kerusakan jaringan, berupa perbaikan sel sel

yang rusak. Bila sumber nutrisi / energi tidak terpenuhi dari intake makanan dari luar maka tubuh secara alami akan melakukan pembongkaran sumbersumber energi cadangan yang terdapat dalam tubuh pada jarinag tubuh yang sehat, ini tidak terlepas dari kerja hormon-hormon. Begitu juga pada saat terjadinya kekurangan cairan tubuh. Pada luka bakar terjadi penghamburan sumber energi dan penurunan berat badan karena adanya katabolisme yang hebat akibat kekurangan intake nutrisi. Lamanya katabolisme ini tergantung dari beberapa faktor dan biasanya metabolisme baru akan normal kembali setelah luka bakar yang dalam sudah ditutupi dengan tandur kulit. Hipermetabolisme pada luka bakar akan meningkat sebanding dengan luasnya luka bakar sampai dengan luas luka bakar 40-50 % dan selanjutnya pada luka bakar yang lebih luas tidak sebanding. Kerusakan kulit ,mengakibatkan ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh akibat ketidakmampuan kulit mempertahankan pengauapn air sehingga terjadi pendinginan permukaan tubuh. Hal ini akan merangsang untuk menghaslikan panas agar suhu dipertahankan. 3. Gangguan imunologi. Pada periode awal segera setelah trauma kepekaan terhadap infeksi meningkat, hal ini disebabkan netropil yang seharusnya memfagosit kumankuman, terperangkap dalam kapiler (zona stasis), sehingga secara bertahap terjadin penurunan daya tahan tubuh. Pada luka bakar II yang tidak mengalami infeksi akan terjadi rekanalisasi pembuluh darah, hal tersebut terjadi 48 jam pasca trauma da proses rekanalisasi akan lengkap pada akhir minggu pertama sehingga netrofil dapat bergerak kembali. Pada luka bakar II jaringan dibawah eschar / subschar membentuk jaringan granulasi yang kaya kedua dan biasanya sudah lengkap dengan fibroblas dan kapilerkapiler baru. Bila tidak terjadi infeksi proses ini mulai pada akhir minggu pada minggu ketiga. Dalam keadaan normal kemampuan netrofil untuk menghancurkan bakteri naik turun secara dalam tubuh dapat

siklus sedangkan pada luka bakar flaktuasi tersebut amat berlebihan sehingga pada saat terjadinya penurunan kemampuan netrofil dapat timbul sepsis luka bakar. E. Klasifikasi Tingkat keparahan luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada resiko mortalitas dan resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan cedera tersebut : 1. Kedalaman luka bakar. Pengklasifikasian ini menurut jarinag yang rusak; luka bakar superfisial thickness, luka bakar deep parsial thickness dan luka bakar full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat satu, dua, dan tiga. Respon lokal terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan kulit, berikut ini adalah tabel karakteristik luka bakar menurut kedalamannya.

Tabel karakteristik luka bakar berdasarkan keadalaman.


Kedalaman dan penyebab LB Derajat I Tersengat matahari Terkena rendah Derajat II Tersiram mendidih Terbakar nyala api oleh air api dengan intensitas Epidermis bagian dermis dan Bagian kulit yang terkena Epidermis Gejala Kesemutan, hiperestesia, supersensitivitas, rasa nyeri mereda jika didinginkan Nyeri Hiperestesia Sensitif terhadap udara yang dingin Melepuh : dasar luka bintik epidermis permukaan berbintikmerah, retak, luka Kesembuhan dalam waktu dua atau tiga minggu Pembentukan parut depigmentasi Infeksi menjadi Derajat III Terbakar api Terkena mendidih jangka lama cairan dalam waktu nyala Epidermis keseluruhan dermis kadang-kadang jaringan subkutan dan Tak terasa nyeri Hematuria kemungkinan dan pula Kering : luka bakar berwarna atau gosong Kulit retak dengan bagian lemak yang tampak edema (pada putih seperti bahan kulit dapat derajat mengubahnya tiga Pembentukan eschar diperlaukan pencangkokan Pembentukan parut hilangnya kontour fungsi kulit Hilangnya tangan terjadi jari atau serta dan dan Penampilan luka Memerah, menjadi putih ditekan, ketika minimal Perjalanan kesembuhan Kesembuhan lengkap waktu minggu dalam satu

atau tanpa edema

basah dan edema

hemolisis (destruksi sel darah merah) Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar luka bakar listrik

ekstremitas dapat

2. Agent penyebab luka bakar

Agent penyebab luka bakar dapat berupa; termal (terbakar, kontak dengan kobaran api), listrik, kimia dan radiasi. 3. Keparahan luka bakar Dikembangkan oleh Asosiasi Luka Bakar Amerika untuk menentukan besarnya luka bakar dan untuk memberikan kriteria yang optimal dari sumbersumber rumah sakit untuk perawatan pasien. a. Luka bakar minor Luka bakar minor merupakan cedera dengan ketebalan parsial dengan luas permukaan total tubuh (LPTT) lebih kecil dari 15 % pada orang dewasa atau LPTT 10 % pada anak-anak, atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari 2 % yang tidak disertai dengan komplikasi apapun. Pasien dengan cedera ini mungkin ditangani diruang gawat darurat RS, diikuti dengan beroabat jalan akan tetapi mereka harus diperhatikan setiap 48 jam sampai resiko infeksinya menurun dan penyembuhan sampai berobat jalan. b. Luka bakar sedang tak terkomplikasi LPTT 15%-25% pada orang dewasa, LPTT dari 10%-20% pada anak, atau cedera ketebalan penuh dengan LPTT kurang dari 10% yang tanpa disertai komplikasi lain. Diobati di RS dengan kondisi rata-rata yang memiliki fasilitas dan pegawai yang sesuai. c. Luka bakar mayor. Cedera ketebalan parsial dengan LPTT lebih besar dari 25% pada orang dewasa dan LPTT lebih dari 20% pada anak-anak. Cedera ketebalan penuh dengan LPTT sama dengan 10% atau lebih besar. Luka bakar mengenai tangan, wajah, mata, telinga, dan kaki. Cedera inhalasi, luka bakar yang berkaitan dengan masalah ringan seperti cedera pada jaringan lunak,, fraktur, trauma lain atau masalah kesehatan lain yang sudah ada sebelumnya.

4. Lokasi luka bakar

Lokasi luka bakar pada daerah kepala, leher dan dada sering terjadi komplikasi pulmonal. Pada daerah telinga mudah terserang kondritis aurikula da rentan terhadap infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Pada tangan dan persendian terapi fisik dan okupasi yang lama mengakibatkan resiko kecacatan dan kehilangan pekerjaan. Perineal resiko terserang infeksi. 5. Ukuran luas luka bakar Beberapa aturan dapat digunakan untuk memperkirakan luasnya luka bakar dalam presentase total luas permukaan tubuh , diantaranya; The Rule of Nine (rumusan sembilan) dan diagram bagan Lund dan Browder yang spesifiknya dengan ketentuan usia. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekuranangan. 6. Usia korban luka bakar Usia korban sangat mempengaruhi keparahan luka dan keberhasilan dalam perawatan luka bakar. Angka kematian lebih tinggi terutama pada usia anak dibawah empat tahun (0-1 tahun) dan pasien berusia diatas 65 tahun. F. Tanda dan gejala Tanda dan gejala luka bakar tergantung dari klasifikasi luka bakar seperti terlihat pada tabel. Untuk luka bakar listrik mungkin tampak sebagai dearah keperakan yang gembung. Luka bakar listrik biasanya timbul dititik kontak listrik. Kerusakan internal akibat luka bakar listrik mungkin jauh lebih parah dari pada luka yang tampak dibagian luar. G. Komplikasi Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh luka bakar adalah ; kecacatan. cerebrovasculer accident, myocard infark dan emboli paru sebagai akibat dari melambatnya aliran darah pembentukan bekuan darah.

kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus, dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark serta sindrom distress pernafasan pada orang dewasa.

(DIC). -

gangguan elektrolit menyebabkan disritmia jantung. gagal jantung. penurunan aliran darah kesaluran cerna menyebabkan hipoksia sel-sel penghasil mukus sehingga terjadi ulkus peptikum. dapat terjadi komplikasi koagulasi intravaskuler diseminata pada luka bakar yang luas atau menim,bulkan kecacatan, trauma psiskologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala psikologis dapat timbul setiap saat setelah luka bakar.

H.

Penatalaksanaan Prioritas utama dalam ruang gawat darurat tetap ABC (Airway, Breathing and Cirkulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara pernafasan dilembabkan dengan cara pasien didorong supaya batuk sehingga sekret saluran nafas bisa dikeluarkan dengan pengisapan. Untuk situasai yang lebih parah diperlukan pengeluaran sekret dengan pengisapan bronkus dan pemberian preparat bronkodilator serta mukolitik. Jika terjadi edema pada jalan nafas intubasi endothracheal merupakan indikasi continum positive airway presure dan ventilasi mekanis mungkin pula diperlukan untuk menghasilkan oksigenisasi yang adekuat. Sesudah tercapai status respirasi dan sirkulasi yang adekuat, tindakan selanjutnya adalah memberikan perawatan pada luka bakar itu sendiri. Pembilasan luka bakar kimia dengan air harus diteruskan. Pasien dengan menggunakan lensa kontak harus dilepas dengan segera. Pengkajian terhadap luas permukaan tubuh yang terbakar dan dalamnya luka bakar harus segera diselesaikan. Luka bakar derajat dua dan tiga dicatat pada diagram penilaian luka bakar, yang dilakukan setelah tindakan pembersihan eksudat dan debris secara hati-hati. Pembuatan foto luka bakar dilakukan pada

saat pertama dan secara berkala selama penanganan, sehingga kemajuan kesembuhan dapat ditentukan dengan cepat. Penatalaksanaan kehilangan cairan dan shock Setelah menangani kesulitan pernafasan, kebutuhan yang paling mendesak untuk mencegah terjadinya shock yang irreversibel adalah dengan cara menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Kebutuhan cairan yang diperlukan dalam 24 jam pertama dihitung berdasarkan luasnya luka bakar. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat digunakan adalah ; koloidwhole blood plasma serta plasma ekspander dan ktistaloid elektrolit larutan natrium klorida atau larutan ringer laktat. Resusitasi cairan yang adekuat menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma pada nilai yang normal diakhir periode 48 jam.

BAB IV PENUTUP Kulit adalah organ tubuh yang paling luas dan meruapakan pertahanan baris pertama dari tubuh terhadap serangan mikroorganisme dan radiasi lingkungan. Kulit mempunyai banyak fungsi fisiologis dalam membantu proses metabolisme didalam tubuh, sehingga jika sebagian kulit rusak maka akan terjadi reaksi sistemik yang hebat. Perawat sebagai seorang yang memberikan asuhan keperawatan harus mempunyai pengetahuan tentang struktur dan fungsi dasar kulit untuk mengerti klasifikasi berbagai derajat luka bakar. Cedrea luka bakar digambarkan dengan kedalaman, agen penyebab dan keparahan. Korban luka bakar menempuh fase-fase penyembuhan, dimana masing-masing mempunyai masalah-masalah khusus. Fase resusitatif dimulai dengan cedera luka bakar dan berlangsung sampai terjadi diuresis selama 1-15 hari. Masalah utama bagi pasien dalam fase ini adalah m,empertahankan jalan nafas dan perfusi jaringan yang adekuat. Setelah diuresis pasien memasuki fase yang akut dimana selama fase ini masalah yang utama adalah sepsis, sedangkan rehabilitasi difokuskan pada nutrisi yang cukup dan pencegahan terhadap pembentukan jaringan parut serta kontraktur.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 1998. Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta Crowin, J. Elisabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi, EGC. Jakarta Dolans. 1996. Critical Care Nursing. F.A Davis Company. New York. Hudak & Galo. 2000. Keperawatn Kritis, EGC, Jakarta. .Sabiston. 1995. Buku Ajar Bedah; bagian I, EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai