Anda di halaman 1dari 2

B. Bedasarkan kasus kedua, dimana seorang drg. HM. Sp.

BM yang telah mengadakan perjanjian operasi bedah mulut di rumah sakit pada pasien yang bernama nyonya FF dengan tidak melakukan tes HIV terlebih dahulu karena dokter tersebut telah percaya bahwa nyonya FF adalah orang baik-baik dan terpandang di kota itu. Namun, terjadi pembatalan secara tiba-tiba bahkan sang dokter pergi keluar kota saat dokter tersebut mengetahui dari rekan sejawatnya bahwa nyonya FF adalah penderita HIV. Nyonya FF sangat kecewa dan melaporkan hal ini ke pimpinan rumah sakit. Adapun pendapat kelompok IV mengenai kasus ini adalah : 1. Dokter tersebut telah menyalahi aturan kode etik kedokteran walaupun seorang dokter dapat memutus hubungan dengan pasiennya, namun tidak dengan seperti ini caranya yang tiba-tiba membatalkan perjanjian operasi bahkan pergi keluar kota tanpa alasan yang jelas. Dengan kata lain, dokter tersebut telah melepas tanggung jawabnya dan tidak bertindak professional selayaknya seorang dokter. 2. Dokter gigi tersebut telah menyalahi aturan terapetik, dimana dokter tersebut melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan dalam hal ini pasien sepantasnya merasa kecewa dan diperbolehkan melaporkan kepada pimpinan rumah sakit untuk meminta pertanggungjawaban, yang dapat meliputi pertanggungjawaban perdata, pidana, dan hukum administrasi. Dan seorang dokter gigi dapat terus melanjutkan operasi kepada nyonya FF penderita HIV tersebut dengan tetap memperhatikan pencegahan penularan penderita HIV-AIDS seperti berikut : 1. Perlindungan Diri Perlindungan diri meliputi cuci tangan, pemakaian sarung tangan, cadar, kacamata, dan mantel kerja. Prosedur cuci tangan dilakukan dengan sabun antiseptic dibawah air mengalir. Persyaratan yang harus dipenuhi sarung tangan adalah berdasar tidak mengiritasi tangan, tahan bocor, dan memberikan kepekaan yang tinggi bagi pemakainya. Cadar berfungsi melindungi mukosa hidung dan kontaminasi percikan saliva dan darah pada mata karena conjuctiva mata merupakan salah satu port antry sebagian besar virus 2. Dekontaminasi Perawatan Peralatan Dekontaminasi perawatan meliputi metode pembersihan, desinfeksi, dan sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan pencemaran mikroorganisme yang melekat pada peralatan medis sedemikian rupa sehingga tidak berdaya. Metode dekontaminasi yang utama adalah penguapan dibawah tekanan (auklav), pemanasan kering (oven udara panas), air mendidih dan desinfeksi kimia dengan menggunakan hipoklorit atau glutaraldehid 2%. 3. Desinfeksi Permukaan Lingkungan Kerja Setiap permukaan yang dijamah oleh tangan operator harus disterilkan atau desinfeksi (misalnya meja kerja, kaca pengaduk, tombol-tombol, atau pegangan laci dan lampu). Meja kerja, tombol-

tombol, selang aspirator, tabung, botol material, dan pegangan lampu unit harus diulas dengan klorheksidin 0,5% dalam alcohol atau hipoklorit 1000 bagian per juta (bpj) dari klorida yang tersedia, dalam setiap sesi atau setiap gentian pasien. Selang aspirator sebaiknya memakai yang sekali pakai. 4. Penanganan Limbah Klinik Yang dimaksud limbah klinik yaitu, semua bahan yang menular atau kemungkinan besar menular atau zat-zat yang berbahaya yang berasal dari lingkungan kedokteran dan kedokteran gigi. Sampah ini dikumpulkan untuk dibakar, atau ditanam untuk jenis tertent. Limbah klinik seperti jarum suntik disposable setelah dipakai langsung dibuang dalam wadah tanpa memasang kembali penutup jarum, hal ini untuk menghindari tertusuknya tangan oleh jarum tersebut. (Sondang, 2000)

Anda mungkin juga menyukai