Anda di halaman 1dari 47

TEORI

KROMATOGRAFI GAS

DWIARSO RUBIYANTO
Kromatografi umumnya sebagaimana yang telah
kita ketahui melibatkan sampel yang terlarut dalam
fasa gerak yang didorong agar melewati fasa diam
dengan berbagai cara.
Dalam prosesnya komponen-komponen dalam
sampel memiliki kelarutan yang berbeda terhadap
masing-masing fasa.

Komponen dalam sampel yang mudah larut dalam
fasa diam akan berjalan lebih lambat dari pada
komponen yang tidak mudah larut dalam fasa diam
dan cenderung terbawa oleh fasa gerak.
Hal ini mengakibatkan perbedaan mobilitas dari
masing-masing komponen dan hasilnya, komponen
tersebut akan terpisah satu sama lain sepanjang
perjalanannya melewati fasa diam.
Distribusi komponen A dalam fasa diam dan fasa
gerak dapat digambarkan secara sederhana dalam
kesetimbangan sebagai berikut :

A
mobile phase
A
stationary
phase


MIGRATION OF SOLUTES
Distribution Constant (K
c
):
Konstanta kesetimbangan , Kc, dinyatakan sebagai
koefisien partisi ( partition coefficient ) yaitu konsentrasi
molar komponen A dalam fasa diam dibagi dengan
konsentrasi molar A dalam fasa gerak atau dirumuskan
sebagai :







So, for different analytes, the difference between K
c

values gives an indication of the differences in their
retention times.


A
mobile
K
c
A
stationary
K
c
=
Activity A
stationary
Activity A
mobile
K
c
=
[A]
stationary
[A]
mobile
Pengertian konstanta kesetimbangan partisi merupakan
penjabaran lain dari Hukum Nernst pada kesetimbangan
interaksi sampel dalam dua pelarut berbeda.
Dari konsep tersebut seharusnya pita respon
kromatogram berbentuk garis lurus, tidak berbentuk puncak
(Gaussian) akan tetapi yang kita jumpai adalah adanya
pita-pita melebar dan tidak diskret.
Peristiwa inilah yang disebut band broadening atau
pelebaran pita.
Profil dari kromatogram yang terbentuk mengkarakterkan
kondisi kolom yang ada apakah efisien atau tidak.
PELEBARAN PITA KROMATOGRAFI
Pita dari solut pada umumnya melebar saat melewati kolom. Salah satu
sebabnya adalah diffusion.
Nilai difusi dinyatakan dengan besaran standar deviasi dari pita :
o = (2Dt)
1/2
Dimana D merupakan koefisien difusi (m
2
/s) dan t adalah waktu difusi.
Difusi terjadi karena adanya flux molekul sepanjang kolom. Fluks
molekul yang melewati sutu bidang per unit area berbanding lurus dengan
gradien konsentrasi dan koefisien difusi :
Flux(mol/(m
2
s) = J = D (dc/dx)
1. Eddy diffusion
Fasa gerak berjalan melalui kolom yang telah terisi oleh fasa
diam. Sementara itu molekul-molekul solut akan mengambil
jalur-jalur yang ada dalam fasa diam secara acak. Hal ini akan
menyebabkan puncak melebar karena jalan yang berbeda
panjangnya juga menjadi berbeda.


Band spreading from multiple flow paths.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PELEBARAN
PITA

2. Longitudinal/molecular
diffusion
Konsentrasi solut pada
bagian tepi-tepi puncak akan
lebih rendah daripada
bagian tengahnya.
Molekul analit berdifusi
keluar dari tengah menuju
tepi.
Hal ini juga menyebabkan
pelebaran puncak.
Jika kecepatan fasa gerak
terlalu tinggi, maka analit
akan tinggal terlalu singkat
di dalam kolom.
Dengan demikian efek difusi
longitudinal akan turun.


Longitudinal diffusion
3. Resistance to mass
transfer
Analit memerlukan
sejumlah waktu tertentu
untuk membentuk
kesetimbangan dengan
kedua fasa.
Jika kecepatan alir fasa
gerak tinggi, dan analit
mempunyai afinitas yang
besar terhasdap fasa
diam, maka analit dalam
fasa gerak akan
mendorong analit dalam
fasa diam sehingga
terbentuk puncak yang
melebar.
Semakin cepat aliran fasa
gerak akan semakin buruk
pelebaran puncaknya

Effect of equilibrating time
Isotherms and their resulting chromatographic band
shapes.
TEORI
KROMATOGRAFI :
1. TEORI PLAT
2. TEORI LAJU
TEORI PLAT
Jumlah plat teoritis digunakan sebagai upaya
pendekatan untuk menjelaskan pelebaran puncak
dalam kromatografi .
Semakin banyak plat, semakin sempit lebar
puncaknya dan semakin besar puncak-puncak yang
berdekatan akan terpisah.
bila kolom yang berisi fasa diam kita bayangkan
seperti pipa panjang dengan bagian-bagian yang
tertentu, maka penmabahan plat tersebut juga akan
mengakibatkan (secara skematik) jarak antar
plat/tinggi plat.
Semakin kecil tinggi plat, akan semakin banyak plat
teoritiknya.
Kedua hal di atas menggambarkan Number of plates
in a column (N) dan the Height Equivalent of a
Theoretical Plate (HETP)
Semakin banyak plat, semakin baik pemisahan.


N
number of theoretical
plates
=
L
length of column
H
height of a theoretical
plate
H =
o
2
L
where o is related to peak width.
PENENTUAN SECARA EKSPERIMENTAL TERHADAP
N
Tidak mungkin dilakukan pengukuran secara fisik, karena
plat teori adalah teoritis.
Namun demikian, kita dapat melakukan perbandingan
antar analit pada jenis kolom tertentu yang digunakan.
Jumlah plat teoritis dapat dinaikkan dengan cara :
Mengecilkan ukuran diameter kolom (menurunkan H)
Menambah panjang kolom (menaikkan L).


N = 16
t
r
W
|
\

|
.
|
2
TEORI LAJU:
VAN DEEMTER EQUATION UNTUK TINGGI PLAT

H ~ A + (B/v) + Cv

Di mana v = laju alir linier ; A, B, dan C = konstanta.
A = multiple paths (Eddy diffusion) term
(B/v) = longitudinal diffusion term
Cv = equilibration time term
Pada kolom packing, ketiga faktor berpengaruh terhadap pelebaran puncak.
Pada open tubular columns, faktor multiple path (A) = 0, sehingga lebar
puncak berkurang dan resolusi bertambah.
Pada capillary electrophoresis, A dan C cenderung = 0, hal ini dikarenakan
tinggi plat sangat kecil hingga beberapa micron saja.

H ~ A + (B/v) + Cv

Di mana v = laju alir linier ; A, B, dan C = konstanta.
A = multiple paths (eddy diffusion) term


Di mana : konstanta yg tergantung pada kualitas pengemasan
dp : diameter partikel dalam kolom




H ~ A + (B/v) + Cv

Di mana v = laju alir linier ; A, B, dan C = konstanta.
(B/v) = longitudinal diffusion term



Di mana : konstanta yg tergantung pada kualitas pengemasan
Dm : difusitas solut dalam fasa gerak
u: kecepatan linear gas pembawa






H ~ A + (B/v) + Cv

Di mana v = laju alir linier ; A, B, dan C = konstanta.
Cv = equilibration time term

In mobile phase:



Di mana f1: faktor dari fasa gerak
k : rasio kapasitas dari solut
dp : diameter partikel
Dm:difusitas solut dalam fasa gerak
u: kecepatan linear gas pembawa



In stationary phase:




Di mana f2: faktor dari fasa diam
k : rasio kapasitas dari solut
df : diameter partikel
Ds:difusitas solut dalam fasa diam
u: kecepatan linear gas pembawa


van Deemter graph
Efek laju alir fasa gerak terhadap tinggi plat pada :
(a) Liquid chromatography
(b) Gas chromatography
TERMINOLOGI KROMATOGRAFI
t
m
= adl waktu yang diperlukan oleh puncak yg tdk terthambat
(hanya fasa gerak) hingga elusi terjadi. Disebut juga dead time
atau void time. Volume eluen (fasa gerak) yang terelusi selama
waktu ini sebanding dengan volume ruang kosong dalam
kolom. Waktu ini juga merupakan waktu analit di dalam fasa
gerak.
t
r
= waktu retensi = waktu yang diperlukan oleh analit untuk
terelusi sejak diinjeksikan. Juga merupakan waktu total dalam
sistem kromatografi (pemisahan).
t
r
(or t
s)
= adjusted retention time: T
r
- T
m

Lamanya analit berada dalam fasa diam.

LINEAR VELOCITY
Kecepatan linier rata-rata fasa gerak =


Kecepatan linier rata-rata solut =



Kedua besaran tersebut sangat erat kaitannya dengan
konstanta distribusi dan volume kolom, serta parameter2
lain yang penting dalam efisiensi pemisahan.


=
Length of column packing (L)
t
m


u =
Length of column packing (L)
t
r
RETENTION FACTOR (K)
k = Rasio waktu analit berada di dalam fasa diam terhadap waktu
analit berada dalam fasa gerak.
Semakin besar harga k artinya semakin lama analit berada di dalam
fasa diam.
m
s r
m
m r
A
m
s A
A
t
) (or t t
=
t
t - t
= k'
:
diam fasa dan gerak fasa ume adalah vol V
A analit untuk distribusi konstanta adalah K mana di
V
V K
= k'

lain rumusan dalam


Faktor selektivitas () = rasio faktor retensi dari
analit yang berbeda pada sampel yang sama.







Semakin tinggi faktor selektivitas semakin besar
pemisahan dua puncak.
Nilai selalu lebih besar dari 1
Jika = 1, maka tidak terjadi pemisahan




A for ) (or t t
B for ) (or t t
=
k
k
=
K
K
=
s r
s r
A
B
A
B

Analisis Kromatogram

A. Retention times of peaks may to useful for qualitative identification of
specific species in mixtures.

1. Under a given set of conditions, a single analyte will always have the
same retention time.
2. A control sample of the analyte is run to determine the retention time of
the analyte, and the presence of the analyte in a complex, unknown sample
is usually determined by the presence of a peak identical in retention time to
the control sample.

3. It is always best to repeat the analysis with a different set of
chromatographic conditions. If the control sample and complex, unknown
sample have peaks that match under more than one set of chromatographic
conditions, it is usually safe to assume that they are the same species.
B. Peak heights and areas may be used to derive quantitative data from
chromatograms.

1. The concentration of an analyte is proportional to the area (or height) of
the peak observed on the chromatogram.
2. To quantify an analyte, a series of control runs with varying amount of
standard analyte must be run to prepare a standard curve (a plot of peak
area versus amount of standard run).
3. The unknown sample is then run under conditions identical to the
control runs, and the area (or height) of the analyte peak is determined.
Area is usually determined by...

a. Electronic integration of the peak.
b. Approximation by triangulation.
c. Cutting out the peak with scissors from a paper copy of the
chromatogram and weighing the paper peak. The weight is proportional to
area.
Asymmetric peak

N ~ {41.7 (t
R
/w
0.1
)
2
/ (A/B + 1.25)
COLUMN RESOLUTION
Resolution is essentially the discriminating
ability of a chromatographic separation.
Resolution is how far apart bands are, relative
to their widths.
Greater resolution = greater separation with the
compromises
The longer an analyte is on the column, the more the
band will spread. You want to limit band broadening
with shorter separations
The longer a run takes, the less productivity or
throughput you will have.
RESOLUTION OF TWO PEAKS

Rs = ( t
R1
t
R2
) / w
av

= A t
R
/ w
av

= A V
R
/ w
av

where is the separation between peaks (in units of time or volume) and w
av

is the average width of the two peaks in corresponding units.

Factors affecting resolution :
Rs = (N
1/2
/ 4){(o1)/o}{k
2
/ (1+k
av
)}

COLUMN EFFICIENCY: MOBILE PHASE FLOW RATE
Column length being constant, we can increase N by
decreasing H (HETP)
There is an optimal mobile phase (eluent) flow rate to allow
solutes to equilibrate between the two phases in any
column, and that is one way to minimize H.
Column efficiency :
Plate height (=height equivalent to a theoretical plate: HETP: H) is the
constant of proportionality between the variance of the band and the
distance it has traveled(x). The smaller the plate height, the narrower the
band width.
o
2
= 2Dt =2D(x/v) = (2D / v)x = Hx
H = o
2
/x
Where v is linear flow rate (distance / time).
The number of theoretical plates (N) in the entire column is the
length(L) divided by the plate height(H).
o = w/4 L = x
N = L / H = Lx / o
2
= L
2
/o
2
= 16 L
2
/w
2
N = 16 t
R
2
/w
2
= (t
R
2
/ o
2
) = 5.55 t
R
2
/ w


2


Chromatogram

Anda mungkin juga menyukai