Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. Salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan adalah Standar Isi melalui Permen No. 22 Tahun 2006 yang memuat struktur kurikulum SD/MI dengan beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik pada satuan pendidikan tersebut. Namun demikian setelah kurang lebih satu tahun dikeluarkannya Permen No. 22 Tahun 2006 tentang SI, ternyata masih mengalami masalah atau hambatan khususnya pada pelajaran matematika baik dari aspek pemahaman guru tentang dokumen SI maupun dalam aspek implementasi SI (proses penyusunan program dan kegiatan belajar-mengajar di kelas). Permasalahan tersebut antara lain kepadatan materi, SK dan KD dalam standar isi mata pelajaran matematika walaupun sudah merupakan perampingan dari kurikulum terdahulu. Hal ini disebabkan SK dan KD berpotensi menimbulkan multi-interpretasi karena sifatnya yang terlalu umum bagi guru. Disamping itu masih ditemukan adanya tumpang tindih KD, beberapa kompetensi yang ada sebenarnya indikator, tujuan sama (over lapping) tetapi dituliskan dalam KD yang berbeda. Berdasarkan masalah dan pemetaan masalah masa depan serta pentingnya SI sebagai dokumen kurikulum bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika di tingkat satuan pendidikan, maka dilakukan kajian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai upaya untuk menyempurnakan SI yang ada. Struktur Kurikulum tersebut selanjutnya dijabarkan atau disesuaikan dan diimplementasikan oleh sekolah dalam kurikulum sekolah. Setelah diterapkan dan diimplementasikan oleh sekolah, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap keoptimalan kurikulum yang berlaku di setiap satuan pendidikan. Langkah penting dalam setiap kajian adalah melakukan studi dokumentasi dan kajian konsep tentang pengembangan kurikulum dan penerapannya. Kajian ini meliputi
1

konsep dan falsafah dalam sistem pengembangan kurikulum, muatan dan konten kurikulum, perencanaan pembelajaran, pengembangan bahan ajar, sistem pengadministrasian dan pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hambatan, peluang maupun tantangan dari setiap kurikulum yang diterapkan oleh satuan pendidikan, pada kesempatan ini kami khusus mengkaji kurikulum kelas VI Sekolah Dasar untuk pelajaran matematika. Efektivitas implementasi kurikulum sangat ditentukan oleh praktek pembelajarannya di sekolah dasar dan madrasah atau di tempat belajar. Untuk itu perlu dilakukan diskusi fokus pelaksanaan kegiatan belajar, sumber belajar dan lingkungan pendukungnya di tempat belajar, yang melibatkan berbagai karkateristik setiap satuan pendidikan. Beragamnya kondisi satuan pendidikan sehingga diperlukan data dan informasi komprehensif untuk menjaring data dan informasi perencanaan, praktek pembelajaran dan manajemen pengelolaan pembelajaran oleh satuan pendidikan.
1.2 Landasan Yuridis

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 3. UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen 4. Permen Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi 5. Permen Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan 6. Permen Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian 7. Permen Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana 8. Permen Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan

1.3

Tujuan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan kajian Standar Isi Mata Pelajaran Matematika kelas VI Sekolah Dasar adalah : 1. Memperoleh data dan informasi hasil kajian dokumen dan pelaksanaan kurikulum matematika Sekolah Dasar Kelas 6. 2. Tersedianya hasil analisis terhadap kajian SI untuk mendesain kurikulum matematika Sekolah Dasar Kelas 6 di masa depan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2

2.1

Pandangan tentang KTSP KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang

diamanatkan oleh undang-undang, yang disusun, dikembangkan, dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan sebagai penggerak mesin utama pendidikan, yakni pembelajaran. KTSP menjadi seperangkat pengembangan kurikulum yang dilebarkan pada posisi yang paling dekat dengan kebutuhan warga belajar. Sebagai wujud reformasi pendidikan, KTSP memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya masing-masing. Pada sistem KTSP, sekolah memiliki tanggung jawab dan kewenangan penuh dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi, dan tujuan. Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, komite sekolah, dewan pendidikan, tenaga kependidikan, wali murid, tokoh masyarakat, yang bisa dilibatkan dalam menetapkan kebijakan berdasarkan ketentuan-ketentuan pendidikan yang berlaku. Selanjutnya kurikulum dirumuskan oleh komite sekolah menjadi program-program operasional untuk mencapai tujuan sekolah. KTSP didedikasikan sebagai tonggak pembaharuan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan mampu menciptakan generasi unggul. Tinggal bagaimana tiap-tiap siswa mampu memaksimalkan potensi diri untuk mengemban amanat tongkat estafet pembangunan bangsa. Diketahui bahwa KTSP merupakan suatu kurikulum yang memuat standar nasional untuk isi atau disingkat standar isi (SI) dan diatur melalui Permen No. 22 tahun 2006. SI ini bertujuan untuk menjawab kebutuhan pendidikan di lapangan, berupa: (1) keberagaman budaya dan suku bangsa; (2) potensi dan karakteristik peserta didik; (3) ragam kualitas pendidikan di tiap daerah; (4) globalisasi; (5) kompetensi sumber daya manusia; (6) manajemen berbasis sekolah; (7) relevansi pendidikan; dan (8) inovasi pendidikan (Puskur Balitbang Depdiknas, 2007). Sampai saat ini masih diperlukan upaya untuk menyempurnakan KTSP agar lebih dikenal oleh guru karena mereka banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional tersebut selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3

2.2

Struktur Kurikulum pada Satuan Pendidikan SD/MI Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam

satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut. a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada tabel berikut :

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan
4

dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik. b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA Terpadu dan IPS Terpadu. c. Pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu 2.3 Prinsip Pembelajaran Matematika pada Satuan Pendidikan SD/MI Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan sekadar pandai berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu, seperti kalkulator dan komputer. Namun menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis. Oleh karena itu, anakanak dalam belajar matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan lengkap sesuai dengan tahapan, melalui cara yang menyenangkan dengan menjalankan prinsip pembelajaran matematika. Matematika pada dasarnya mengajarkan logika berpikir. Berdasarkan akal dan nalar. Namun harus diingat sifat umum matematika itu abstrak atau tidak nyata karena terdiri atas simbol-simbol. Anak-anak usia Sekolah Dasar (7 -11 tahun) berdasar Jean Piaget, berada pada tahap konkret operasional. Sehingga secara natural cara belajar terbaik
5

mereka adalah secara nyata dengan melihat, merasakan, dan melakukan dengan tangan mereka. Konsep sedapat mungkin diajarkan dengan dilihat, dipegang dan dimainkan, digambar, diucapkan, lalu ditulis. Pengalaman melakukan secara nyata ini akan sangat membantu anak dalam membentuk abstraksi yang dibutuhkan untuk memahami matematika. Pembelajaran sebaiknya dimulai dengan mengangkat situasi dalam kehidupan sehari-hari (yang kemudian disederhanakan dengan bentuk soal cerita), lalu anak-anak diminta untuk memodelkan dengan model gambar, sebelum akhirnya membuat kalimat matematika. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan tematik-realistik. Pendekatan Tematik-Realistik Pendekatan tematik memulai pembelajaran dengan membicarakan konteks atau tema tertentu, yang biasanya berkenaan dengan konteks kehidupan nyata di masyarakat, kemudian guru mengangkatnya ke arah konsep matematika tertentu. Sedangkan Pendekatan realistik dikembangkan di Belanda yang lebih dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME). Prinsip dasar pendekatan realistik adalah : a) Prinsip aktivitas; cara terbaik mempelajari matematika melalui doing yaitu dengan mengerjakannya, bukan terima jadi dan menghafalkannya. b) Prinsip realitas; matematika tumbuh dari dunia realitas oleh karena itu belajar matematika tidak lepas dari dunia realitas, baik pemahamannya maupun aplikasinya supaya lebih dihayati secara bermakna. c) Prinsip tahap pemahaman; refleksi aktivitas solusi informal tentang konteks matematika formal. d) Prinsip inter-twinment; memandang matematika sebagai bahan ajar yang kaya konteks penerapan. e) Prinsip interaksi; pembelajaran matematika sebagai suatu aktivitas sosial, sehingga ada kesempatan untuk tukar pengalaman di antara siswa. f) Prinsip bimbingan; dalam pembelajaran matematika perlu adanya proses bimbingan agar siswa menemukan kembali matematika. Pembahasan tentang pelaksanaan kurikulum berkaitan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Istilah belajar dapat mempunyai beberapa pengertian bergantung pada teori yang mendasarinya. Misalnya istilah belajar menurut behaviouristik di artikan sebagai perubahan perilaku. Sampai saat ini teori ini masih banyak diterapkan oleh banyak
6

SD yang ada di Indonesia, mengingat kemampuan para siswa SD saat ini yang masih cenderung susah untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Psikologi kognitif menyatakan bahwa proses belajar berlangsung apabila siswa berasimilasi secara aktif terhadap informasi dan pengalaman baru dan kemudian mengkonstruksinya ke dalam pemahaman mereka sendiri (NCTM, 1994). Berdasarkan pandangan ini, guru yang efektif adalah guru yang dapat menstimulasi siswanya untuk belajar. Dengan demikian siswa dikatakan belajar matematika dengan baik apabila mereka membangun sendiri pemahaman matematika. Pandangan dan pemahaman guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi cara guru melaksanakan proses pembelajaran dan proses evaluasi hasil belajar siswa. Pada guru yang kurang menekankan belajar pada aspek proses tetapi lebih kepada produk, pembelajaran akan lebih berpusat kepada guru melalui pengulangan kegiatan rutin seperti penjelasan singkat materi baru, pemberian pekerjaan rumah, pemeriksaan di kelas sambil berkeliling kelas atau menjawab pertanyaan siswa. Namun guru dengan pandangan belajar sebagai proses mengkonstruksi informasi dan pengalaman baru menjadi pemahaman siswa yang bermakna, guru akan berusaha melakukan kegiatan dengan melibatkan siswa secara aktif. Guru dengan pandangan belajar sebagai proses mengkonstruksi informasi dan pengalaman baru menjadi pemahaman siswa yang bermakna, guru akan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami pemahaman mereka secara mandiri terhadap konsep matematika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu meningkatkan keterampilan intelektual siswa.

BAB III TEMUAN KAJIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Data Hasil Kajian Dokumen Standar Isi Pelajaran
Berdasarkan identifikasi masalah terhadap dokumen Standar Isi (SI) pada satuan pendidikan SD/MI khususnya untuk kelas 6, diperoleh beberapa permasalahan dan
7

Matematika Kelas VI SD

pemecahan masalah. Deskripsi data temuan terhadap temuan dokumen SI disajikan sebagai berikut. Semester 1

No 1.

Permasalahan
terdapat pada silabus semester 1

Rekomendasi
bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Misalnya: Jenis penilaian : tugas individu. Bentuk instrumen : laporan buku pekerjaan rumah. Contoh instrumen : Latihan 1, 2 halaman 3 (sesuai buku ajar) waktu Masing-masing KD sebaiknya diberikan alokasi waktu yang jelas. Misal : KD 1 6 jps, KD 2 6jps, KD 3 6jps. kegiatan Sebaiknya kegiatan pembelajaran tersebut yang Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi campuran, FPB, dan

Ketidakjelasan jenis penilaian yang Sebaiknya ditambahkan jenis penilaian,

2.

Ketidakjelasan

alokasi

masing-masing KD

3.

Adanya dengan

salah

satu

pembelajaran yang tidak sesuai termuat dalam KD 1.1 : kompetensi dasar bersangkutan. tiga suatu bilangan kubik Kegiatan pembelajaran : Menentukan FPB dan KPK dari dua bilangan atau lebih dengan beberapa cara. Adanya indikator yang tidak sesuai Sebaiknya indikator tersebut terletak pada dengan kompetensi dasar yang KD 1.2 : Menentukan akar pangkat tiga suatu bilangan kubik Menyebutkan kuadrat. 2.3.2 akar pangkat dua. Terletak pada KD 1.3 : Menyelesaikan masalah
8

KD 1.2 : Menentukan akar pangkat KPK

4.

bersangkutan. Indikator : 2.3.1

bilangan Karena, bilangan kuadrat merupakan dasar (materi prasyarat) untuk mengenal bilangan

Menjelaskan pengertian berpangkat tiga.

yang melibatkan operasi hitung termasuk penggunaan akar dan Diusulkan sebagai berikut: 1. SK: menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, volume prisma segitiga, dan volume tabung 2. KD: 3.1 Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana (tetap) 3.2 Menghitung luas lingkaran (tetap) 3.3 menghitung volume prisma segitiga 3.4 menghitung volume tabung 3. perlu adanya kajian SK dan KD untuk pangkat Ketidakjelasan SK dan KD di kelas VI-semester I: SK : menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga KD: menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran

5.

6.

matemtika SD kelas 6. Tidak terdapatnya indikator pada Perlu adanya indikator yang sesuai sebagai RPP yang dibuat oleh guru yang acuan tercapainya SK dan KD. Dan bersangkutan. penyisipan karakter yang sesuai dengan materi matematika bisa melalui indikator. Guru perlu menelaah lebih mendalam tentang SK dan KD, sehingga mampu membuat batasan yang jelas dalam membuat indikator.

Semester 2 No 1 Permasalahan Rekomendasi Tidak dicantumkan alokasi waktu Masing-masing KD sebaiknya diberikan pembelajaran dari masing-masing alokasi waktu yang jelas. 2 KD. Perlu SK dikembangkan Menggunakan atau 6.1 Membuat denah letak benda (tetap) Koordinat 6.2 Mengenal koordinat posisi sebuah
9

ditambahkan KD yang kedua pada Tambahan :

dalam Pemecahan Masalah.

benda. 6.3 Menentukan posisi titik dalam sistem

koordinat cartesius. Adanya kesalahan letak KD dalam Sebaiknya urutan dari masing-masing KD SK Menyelesaikan masalah yang ini ditukar, karena sebelum siswa mampu berkaitan dengan data. dan modus sekumpulan data 7.3 Mengurutkan data termasuk menentukan nilai tertinggi dan yang Hendaknya dijelaskan lebih rinci mengenai metode yang digunakan. terendah Kegiatan menentukan rata-rata hitung, median, dan data terlebih dahulu. 7.2 Menentukan rata-rata hitung modus, siswa harus mampu mengurutkan

pembelajaran

tercermin pada KD 7.2 dan 7.3 gambaran proses pembelajaran termasuk kurang variatif.

3.2

Deskripsi Data Hasil Kajian Pelaksanaan Standar Isi Pelajaran


Berdasarkan identifikasi masalah terhadap dokumen Pelaksanaan Standar Isi (SI)

Matematika Kelas VI SD
pada satuan pendidikan SD/MI, diperoleh beberapa permasalahan dalam pelaksanaanya dan beberapa pemecahan masalah. Deskripsi data temuan terhadap pelaksanaan dokumen SI disajikan sebagai berikut. No 1. Permasalahan Rekomendasi Belum mampu menyusun silabus, dengan Diperlukan model atau

contoh

alasan yang sesuai dengan kondisi sekolah silabus sebagai bahan acuan dan (fasilitas kurang memadai), termasuk Gambaran, sehingga nantinya itu membuat guru menjadi keseragaman dengan sekolah lain, guru dapat menggunakan silabus

cenderung mendapat silabus dari MGMP, inovatif dan dikembangkan sesuai tahun-tahun dengan kondisi siswa dan kondisi sekolah.
sering dilakukan pelatihan

sebelumnya, atau download di internet.


2

Dengan alasan tidak menguasai teknologi, Lebih

guru mata pelajaran yang bersangkutan mengenai penggunaan teknologi dan


10

melimpahkan wewenangnya untuk membuat pemahaman tentang KTSP terhadap 3 silabus kepada orang lain. Ketidakmampuan guru guru-guru tersebut. dalam Menelaah secara mendalam tentang

mengembangkan indikator yang tepat.


4

dan

menetapkan SK dan KD, sehingga apa yang akan diukur dari hasil belajar siswa dapat

tercermin pada indikator. Silabus dan RPP yang tercantum di dalam Diperlukan perencanaan yang matang dokumen KTSP hanya sebagai prasyarat dari administrasi belaka.
guru yang bersangkutan, termasuk lebih memahami kondisi siswa, sehingga apa yang tercantum dalam silabus dan RPP dapat terealisasikan dengan baik. Pada saat ini sekolah belum memiliki Perlu dilaksanakan sosialisasi secara

kesiapan untuk melaksanakan KTSP secara Kontinue. utuh dan terpadu. Hal ini disebabkan Diperlukan fasilitas yang memadai, kurangnya pengertian serta pemahaman sebagai tentang KTSP yang masih relatif rendah. Dampak dari permasalahan tersebut: Sekolah mengadopsi KTSP dari instansi lain atau dengan cara membeli model KTSP yang siap pakai. Data Hasil Identifikasi Berdasarkan Aspek Pelaksanaan Pembelajaran No
1

penunjang

dalam

melaksanakan kinerja.

Pelaksanaan

Permasalahan pembelajaran

di

kelas Sebaiknya

Rekomendasi lebih banyak melibatkan

masih konvensional, masih bersifat keaktifan siswa.


2

teacher centre. Metode dan model pembelajaran kurang Penerapan metode yang sesuai dengan
bervariasi, jawab. cenderung hanya materi pembelajaran perlu ditingkatkan. menggunakan metode penemuan dalam mendapatkan rumus menggunakan metode ceramah dan tanya Misalnya

3.

matematika. Guru hanya mengacu kepada buku teks Lebih memperhatikan silabus dan RPP, yang ada. sehingga Buku apa yang menjadi untuk tujuan media
11

pembelajaran dapat tercapai dengan baik. teks digunakan

pembelajaran, memperkaya materi dan 4. soal-soal. Sangat jarang menggunakan alat peraga Lebih diperkenalkan hanya pada buku teks. 5. Indikator yang ada belum mengenai cara

dan teknologi informasi, sumber belajar penggunaan alat peraga dan teknologi dalam pembelajaran, baik kepada siswa maupun kepada guru. dapat Guru hendaknya membuat perencanaan yang lebih matang dengan

diterapkan secara utuh. 6.

memperhatikan kondisi peserta didik. Guru terlalu disibukkan dengan perangkat Format dan dan komponen Silabus/RPP administratif sehingga menjadi letih untuk disederhanakan. melakukan inovasi strategi pembelajaran.

Guru

diberi

kewenangan penuh untuk mendesain silabus/RPP substansi tanpa menghilangkan

Data Hasil Identifikasi Berdasarkan Aspek Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

No
1

Permasalahan Rekomendasi Evaluasi tidak berdasarkan indikator yang Soal hendaknya mengacu pada indikator
ditetapkan, guru cenderung mengambil dan sesuai dengan kondisi siswa. soal-soal dari buku teks. Penilaian cenderung pada aspek kognitif Penilaian aspek psikomotor dan afektif saja, penilaian proses kurang lebih ditingkatkan. Lebih memperhatikan diperhatikan. penilaian proses. Proses evaluasi masih menekankan pada Guru hendaknya lebih memahami tujuan hasil, belum terlihat adanya tindakan dan fungsi evaluasi untuk mengetahui evaluasi sebagai proses yang sistematis keberhasilan pembelajaran. dan kontinu. Beragamnya kesulitan

aspek

penilaian

dalam Perlu

adanya

kesepakatan

untuk

administrasi kelas membuat guru merasa menentukan aspek penilaian, dan adanya dalam desain pembelajaran pelatihan membuat instrumen soal dan tematik. kisi-kisi. Alokasi waktu untuk proses evaluasi Waktu pembelajaran lebih diefektifkan.

sangat minim, seperti untuk melakukan remidial dan pengayaan. Serta kurangnya waktu untuk persiapan UN. Lain-lain
12

No

1.

Belum kelas

Permasalahan adanya kejelasan VI, sehingga guru

Rekomendasi informasi Perlu juknis untuk memperkuat dan merasa penyelenggarakan UN, serta Perlu

terkait pelaksanaan ujian akhir semester memberikan uraian penegasan dalam kesulitan untuk menentukan passing grade kelulusan. adanya kesepakatan bersama dalam menentukan kriteria passing grade cara beserta

2.

pada tingkat wilayah Banyak alat peraga menumpuk kurang Memberikan pelatihan dimanfaatkan. menggunakan alat peraga

3.

fungsinya. Kekurangan SDM yang diharapkan Pemimpin atau pengawas harus lebih mampu (menyosialisasikan) kebanyakan sekolah. menjabarkan up to date terhadap kebijakan terbaru KTSP pada dari pemerintah, sehingga mampu memberikan pembinaan kepada guru-

4.

guru terkait KTSP. Kondisi kelas yang sangat berdekatan Pembenahan tata ruang dan gedung membuat sehingga suasana menjadi bising, secara bertahap. tidak pembelajaran

berlangsung dengan kondusif. Dana untuk penyelenggaraan kurang Pemerintah harus merealisasikan dana mendapat perhatian yang serius. pendidikan minimal 20% dari APBN dan minimal 20% dari APBD selain gaji pendidikan dan biaya pendidikan kedinasan.

Sarana dan prasarana kurang memadai dalam menunjang proses belajar.

3.3
3.3.1

Pembahasan Temuan Dokumen dan Temuan Lapangan


Pembahasan Hasil Kajian Dokumen SI Sebagian besar guru kurang memahami bahkan tidak memiliki dokumen Standar Isi. Banyak guru yang tidak paham tentang standar isi, mereka kurang inovatif dalam merancang dan mengembangkan silabus dan RPP sehingga pada akhirnya mengadopsi di tempat lain. Adapun penyebabnya antara lain Standar Isi belum
tersosialisasikan secara merata dikalangan guru, Dokumen Standar Isi belum
13

terdistribusikan secara baik ke tingkat satuan pendidikan, dan Satuan pendidikan tidak proaktif mengakses dokumen Standar Isi tersebut.

Kepadatan materi dirasakan masih cukup tinggi sehingga tidak tertampung oleh alokasi waktu yang ada. Struktur kurikulum terlalu luas dan melebar, sehingga pembelajaran tidak bisa dikembangkan secara mendalam. Terlalu banyaknya materi siswa sulit fokus penguasaan materi. Sehingga anak tidak dapat menguasai pelajaran secara mendalam dan tidak maksimal. Hal ini menunjukkan matematika masih berbasis materi belum mengarah pada upaya pencapaian kompetensi. Guru hendaknya lebih memahami tentang SK dan KD. Bukan hanya untuk penghabisan materi.

3.3.2

Pembahasan Hasil Kajian Pelaksanaan SI a) Aspek Penyusunan Program Sebagian guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan silabus dan menyusun RPP terutama dengan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas 6. Kondisi kemampuan guru dalam menyusun RPP yang meliputi Pemahaman kurikulum, kemampuan memetakan SK, KD dan Indikator sampai pada pengembangan alat evaluasi masih sangat lemah. Penyusunan
silabus dianggap sulit oleh guru karena mereka menganggap bahwa penyusunan silabus merupakan program baru bagi guru. Para guru menganggap bahwa silabus tidak identik dengan penyusunan SAP/Renpel yang biasa mereka biasa lakukan sebelumnya. Sehingga Pemerintah perlu menyiapkan

panduan penyusunan RPP, termasuk RPP Tematik/Terpadu. Masih ada guru kesulitan merumuskan indikator berdasarkan SK dan KD. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kesulitan guru merumuskan indikator adalah karena guru sudah terbiasa mengajar berdasarkan buku pegangan. Mereka merasa lebih nyaman dan lebih praktis dengan apa yang ada dalam buku pegangan. Penyusunan indikator dalam silabus dirasa tidak ada manfaatnya karena tidak langsung digunakan dalam
14

pembelajaran. Dalam praktek pembelajaran di sekolah indikator akan signifikan kegunaanya bila para guru akan membuat soal berdasarkan kisikisi yang telah disusun. Jadi para guru merasa lebih efisien mengajar dengan hanya terlebih dahulu menjabarkan KD menjadi materi pokok. Sehingga guru perlu menelaah lebih mendalam tentang SK dan KD, sehingga mampu membuat batasan yang jelas dalam membuat indikator. Silabus dan RPP yang tercantum di dalam dokumen KTSP hanya sebagai prasyarat administrasi belaka. Pada umumnya guru merasa kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran yang ada dalam RPP dan silabus. Kompetensi guru tentang pembelajaran tematik masih dianggap kurang. Selain itu sulitnya mengintegrasikan beberapa materi pelajaran ke dalam satu tema membuat apa yang telah direncanakan tidak bisa direalisasikan secara optimal.

b) Aspek Pelaksanaan KBM Pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional, masih bersifat teacher centre. Tugas seorang guru adalah memfasilitasi siswa untuk belajar secara mandiri, tidak untuk belajar apa (pengetahuan) yang dimiliki oleh guru. Strategi pembelajaran belum sesuai dengan yang diharapkan KTSP, strategi masih dirasakan konvensional sehingga belum mampu menciptakan pembelajaran ideal (PAIKEM). Pembelajaran di dalam kelas masih didominasi penggunaan metode ceramah dan pemberian tugas yang tidak terencana.
Guru hanya mengacu kepada buku teks yang ada.

Guru kurang terlatih untuk berinovasi dalam pemberdayaan sumber belajar. Sumber belajar bukan hanya satu-satunya buku, melainkan lingkungan dan sumber lain. Kurangnya semangat guru dalam melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam RPP dan silabus membuatnya hanya mengacu kepada buku teks yang ada pada saat pembelajaran. Sarana dan Prasarana dikelas sangat minim.

15

Sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi standar akan meningkatkan kualitas pembelajaran, namun sampai saat ini ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memenuhi standar kebutuhan masih dirasakan oleh banyak Sekolah Dasar di Indonesia. Penguasaan guru terhadap metode dan model pembelajaran masih lemah. Masalah ini disebabkan karena keterbatasan pemahaman guru dalam penguasaan dan pengembangan metode serta model pembelajaran yang relevan digunakan saat ini untuk pembelajaran matematika. Guru cenderung merasa nyaman untuk tetap menggunakan metode yang sudah lama diterapkan, salah satunya adalah metode ceramah. Guru merasa siswa akan lebih cepat mengerti apabila mereka langsung disuapi materi tanpa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Selain itu disebabkan oleh kurangnya sarana pendukung dalam melaksanakan model pembelajaran. Kemampuan menggunakan alat peraga/media pembelajaran masih lemah karena kurang mendapatkan pelatihan. Terbatasnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran disebabkan oleh kurangnya pemahaman guru mengenai fungsi dan cara penggunaanya, disamping itu guru merasa penggunaan alat peraga akan mengurangi waktu belajar apabila siswa tidak memanfaatkannya secara optimal, karena tidak jarang siswa akan bermain-main jika diberikan alat peraga. Selain itu Guru masih kurang memiliki motivasi dalam menyediakan alat peraga dan sumber belajar sehingga bisa dikatakan guru kurang respon terhadap perubahan. Indikator belum bisa diterapkan secara utuh sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung sesuai RPP dan silabus. Masalah keterbatasan waktu belajar dan kondisi peserta didik yang tidak memungkinkan untuk menerima semua materi yang sudah dirancang merupakan salah satu penyebab proses pembelajaran tidak sesuai dengan RPP dan silabus. Selain itu guru terkadang kurang konsisten terhadap penerapan model pembelajaran yang sudah dirancang di RPP. c. Aspek Pelaksanaan Evaluasi
16

Evaluasi tidak berdasarkan indikator yang ditetapkan, guru cenderung mengambil soal-soal dari buku teks. Akibat pembelajaran yang tidak sesuai dengan RPP, guru cenderung mengambil soal-soal dari buku teks tanpa memperhatikan indikator yang hendak dicapai. Guru merasa lebih mudah dan cepat hanya dengan mengambil soal dibuku, tanpa harus menyusun sendiri dan menyesuaikan dengan SK dan KD yang ditetapkan.

Penilaian cenderung pada aspek kognitif saja, dan penilaian proses kurang diperhatikan. Serta belum terlihat adanya tindakan evaluasi sebagai proses yang sistematis dan kontinu.

Penilaian proses dan hasil belajar menuntut teknik dan cara-cara penilaian yang lebih komprehensif (Stiggins, 1994). Di samping itu aspek hasil belajar yang dinilai harus menyeluruh yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, teknik penilaian dan instrumen yang diterapkan juga harus bervariasi untuk mendapatkan data yang lebih valid dan mengetahui sejauh mana kompetensi peserta didik yang telah dicapai. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. Penilaian menggunakan acuan kriteria, sistem penilaian berkelanjutan. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Alokasi waktu untuk proses evaluasi sangat minim, seperti untuk melakukan remidial dan pengayaan. Menentukan Alokasi Waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Untuk memfasilitasi siswa yang belum tuntas sebaiknya disediakan waktu untuk remidial, atau waktu untuk pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas dengan cara mengefektifkan waktu belajar dalam setiap KD.

17

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Berdasarkan temuan dan diskusi hasil kajian dokumen SI dan pelaksanaan SI mata pelajaran matematika, diberikan kesimpulan rekomendasi sebagai berikut: 4.1 `KESIMPULAN Sebagian besar guru kurang memahami bahkan tidak memiliki dokumen Standar Isi. Kepadatan materi dirasakan masih cukup tinggi sehingga tidak tertampung oleh alokasi waktu yang ada. b. Dari aspek penyusunan program: Sebagian guru mengalami kesulitan dalam mengembangkan silabus dan menyusun RPP terutama dengan melalui pendekatan mata pelajaran untuk kelas 6. Masih ada guru kesulitan merumuskan indikator berdasarkan SK dan KD. Silabus dan RPP yang tercantum di dalam dokumen KTSP hanya sebagai prasyarat administrasi belaka. c. Dari aspek pelaksanaan KBM: Pelaksanaan pembelajaran di kelas masih konvensional, masih bersifat teacher centre.
Guru hanya mengacu kepada buku teks yang ada.

a. Dari aspek dokumen:

Sarana dan Prasarana dikelas sangat minim. Penguasaan guru terhadap metode dan model pembelajaran masih lemah. Kemampuan menggunakan alat peraga/media pembelajaran masih lemah karena kurang mendapatkan pelatihan. Indikator yang ada belum bisa diterapkan secara utuh sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung sesuai RPP dan silabus d. Dari Aspek Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi tidak berdasarkan indikator yang ditetapkan, guru cenderung mengambil soalsoal dari buku teks.
18

Penilaian cenderung pada aspek kognitif saja, dan penilaian proses kurang diperhatikan.

Alokasi waktu untuk proses evaluasi sangat minim, seperti untuk melakukan remidial dan pengayaan. 4.2 REKOMENDASI Berdasarkan temuan dan kesimpulan diberikan saran-saran sebagai berikut: a) KD yang terdapat dalam naskah dokumen SI perlu diatur kembali dan dibuat lebih operasional dengan pembatasan capaian yang jelas agar guru tidak multi interpretasi di dalam memahami KD tersebut. b) Perlu adanya optimalisasi dalam mengelola SDM khususnya guru sehingga memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Perlu ada pola RPP sederhana dengan tidak mengurangi aturan. Diupayakan agar komponen RPP disederhanakan. Selain itu diperlukan pengoptimalan workshop tentang penyusunan RPP. Sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam mengembangkan silabus dan menyusun RPP. Kemudian dalam menetukan indikator yang tepat, diperlukan sharing antar rekan-rekan guru matematika sehingga dapat menambah pemahaman yang mendalam tentang SK dan KD, oleh karena itu pemilihan materi esensial dapat tercermin dalam indikator yang ditetapkan. c) Dokumen SI dan KTSP, perlu disosialisasikan secara baik kepada guru dan di didistribusikan ke seluruh satuan pendidikan. Kepadatan materi dalam pembelajaran matematika kelas 6, dapat diatasi dengan pemilihan materi esensial yang relevan dengan SK dan KD. Sehingga waktu yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk persiapan Ujian Nasional secara efektif. Karena itu perlu pelatihan kepada guru-guru di tingkat satuan pendidikan mengenai penjabaran SK dan KD menjadi materi pelajaran. d) Kompetensi guru dalam tentang strategi, metode, media, dan sumber belajar dirasakan masih kurang. Perlu optimalisasi workshop yang mampu meningkatkan kompetensi guru dalam mendesain pembelajaran menggunakan strategi, metode, media, dan sumber belajar. Selain itu perlu adanya upaya memotivasi guru agar mampu memanfaatkan sumber belajar selain buku yang disediakan, tidak hanya terpaku pada buku teks. Sekolah perlu memberikan alokasi anggaran untuk
19

menyediakan media pembelajaran dan menyiapkan alat peraga yang memadai dan juga memberikan rekomendasi untuk melakukan pelatihan tentang penggunaan alat peraga dan ICT dalam pembelajaran matematika. e) Perlu pengadaan sarana dan prasarana secara lengkap sehingga mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. f) Penilaian dan pelaporan (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik) maupun (aspek pemahaman konsep, kaitan, komunikasi, dan pemecahan masalah) secara terpisah kurang cocok dengan mata pelajaran matematika, karena kemampuan matematika lebih dominan dalam aspek kognitif. Oleh karena itu perlu ada sistem penilaian dan pelaporan dengan satu nilai yang mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Instrumen penilaian seyogyanya lebih bervariasi baik tes maupun non tes yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kompetensi peserta didik telah dicapai. Selain itu guru perlu memperoleh bekal wawasan melalui berbagai pelatihan atau memperoleh pedoman yang memadai (semacam petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan). g) Untuk memecahkan masalah yang dijumpai dalam pelaksanaan KTSP, perlu diaktifkan kembali kegiatan MGMP. Melalui pengkaderan instrukturinstruktur, perancangan kegiatan yang sistematis dan terencana serta pemberian dana yang memadai kepada MGMP diharapkan guru-guru dapat meningkatkan kemampuannya di dalam mengembangkan KTSP.

20

DAFTAR PUSTAKA Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Departemen Pendidikan Nasional, 2007.Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika.Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Laporan Hasil Diskusi Kajian Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Kurikulum 2006: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas NCTM, 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: The National Council of Teacher of Mathematics, Inc. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

21

Anda mungkin juga menyukai