Anda di halaman 1dari 2

iv

RINGKASAN
BAIQ AYU A. MUSTARIANI. Potensi Kaempferol Daun Sirsak sebagai Penghambat Proliferasi Sel Kanker Raji. Dibimbing oleh SUMINAR S. ACHMADI, IRMA H. SUPARTO, dan SILMI MARIYA. Sirsak (Annona muricata) merupakan salah satu tanaman dari famili Annonaceae yang sangat potensial dalam mengobati penyakit kanker. Biji dan daun sirsak sebagai antikanker secara empiris telah banyak digunakan, akan tetapi senyawa yang lebih banyak diteliti sebagai agen antikanker pada sirsak adalah senyawa asetogenin yang merupakan suatu poliketida, yaitu salah satu metabolit sekunder dari famili Annonaceae. Penelitian tentang senyawa-senyawa lain dalam tanaman ini yang diperkirakan aktif sebagai antikanker belum banyak ditelusuri di antaranya ialah senyawa flavonoid. Beberapa penelitian melaporkan bahwa senyawa flavonoid dari genus sirsak memiliki aktivitas dalam menghambat sel kanker. Senyawa flavonoid yang berpotensi menghambat sel kanker pada famili Annonaceae di antaranya ialah kaempferol. Penelitian terhadap daun sirsak sendiri lebih banyak dilaporkan dalam bentuk ekstrak kasarnya sehingga masih perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut tentang aktivitas senyawa flavonoid dari daun sirsak dengan menguji pada sel kanker. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini ialah ingin mengisolasi potensi senyawa flavonoid kaempferol dari daun sirsak yang berpotensi sebagai antikanker dengan menguji efektivitas isolat flavonoid dari daun sirsak dalam menghambat pertumbuhan sel kanker Raji. Metode isolasi flavonoid dari daun sirsak terdiri atas beberapa tahap, yaitu pemilihan tumbuhan dan subjek uji, penentuan kadar air, uji flavonoid, ekstraksi flavonoid kaempferol, pemilihan eluen terbaik, fraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif, dan uji aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel Vero (ATCC CCl-81) dan sel Raji (ATCC CCL 86). Kandungan flavonoid ditentukan dalam serbuk daun dan dalam ekstrak kasar daun. Berdasarkan uji fitokimia secara kualitatif, serbuk daun dan ekstrak kasar daun sirsak positif mengandung flavonoid. Proses ekstraksi senyawa flavonoid dilakukan dengan metode maserasi dengan n-heksana dan metanol yang dilanjutkan dengan partisi menggunakan diklorometana dan campuran metanol air. Dari hasil ekstraksi ini diperoleh rendemen sebesar 10.62%. Ekstrak kasar diujikan terlebih dahulu pada sel Vero untuk menentukan konsentrasi yang tepat guna diujicobakan pada sel kanker yang tidak merusak sel normal. Berdasarkan hasil pengujian ekstrak kasar, ekstrak hasil fraksinasi daun sirsak yang diujikan adalah di bawah 500 g mL-1 agar tidak menghambat proliferasi sel normal. Pemilihan eluen terbaik untuk mengisolasi senyawa kaempferol menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) dan diperoleh spot tunggal dengan eluen HCO 2 H-H 2 O-MeOH. Ekstrak kasar selanjutnya dihidrolisis dengan HCl untuk melepaskan ikan glikosida yang terikat dengan flavonoid menjadi aglikonnya. Dari 5 g ekstrak kasar metanol yang dihidrolisis diperoleh rendemen sebesar 34.61%. Ekstrak kasar dipisahkan melalui kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) menggunakan eluen dari hasil KLT. Hasil pemisahan dengan KLTP selanjutnya diuapkan hingga pekat dan diperoleh rendemen sebesar 23.45%. Hasil identifikasi dengan spektrometer UV-Vis menunjukkan satu

puncak serapan maksimum di daerah panjang gelombang 250-280 nm. Kaempferol merupakan salah satu jenis dari aglikon flavonoid flavonol. Aglikon flavonoid, yaitu flavonol, teridentifikasi pada serapan di daerah panjang gelombang 250-280 nm. Spektrum kromatografi cair kinerja tinggi menguatkan bahwa senyawa yang dihasilkan merupakan senyawa kaempferol dengan waktu retensi yang hampir sama antara waktu retensi kaempferol standar dengan kaempferol dari ekstrak hasil KLTP (kromatografi lapis tipis preparatif). Dari hasil uji pada sel Vero, kaempferol sampai dengan konsentrasi 250 g mL-1 minimal menghambat proliferasi sel sebesar 19.77% sedangkan konsentrasi di bawah 100 g mL-1 tidak menunjukkan penghambatan. Akan tetapi pada konsentrasi 250 g mL-1 terjadi peningkatan hambatan proliferasi sel Raji sampai 76.36%. Data penghambatan sel kanker tersebut menunjukkan bahwa kaempferol dari daun sirsak toksisitasnya kecil terhadap sel Vero dan memberi penghambatan yang besar pada pertumbuhan sel kanker Raji. Berdasarkan hasil perhitungan nilai IC 50 , hasil uji penghambatan terhadap sel Vero memperlihatkan bahwa ekstrak kasar, baru dapat menghambat sel normal di atas 500 g mL-1 dengan nilai IC 50 922.88 g mL-1.. Dari uji kaempferol hasil fraksinasi dengan KLTP pada sel Vero dan sel Raji terlihat bahwa persen penghambatan pada sel kanker Raji lebih besar daripada sel Vero bahkan pada sel Vero dapat dikatakan tidak memiliki IC 50 karena pada konsentrasi 250 g mL-1 ekstrak kaempferol hanya menghambat proliferasi sel sebesar 19.77%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas ekstrak kaempferol terhadap sel hanya spesifik menghambat proliferasi sel kanker Raji akan tetapi tidak menghambat proliferasi sel Vero. Kata kunci: Annona muricata, flavonoid, kaempferol, proliferasi sel kanker.

Anda mungkin juga menyukai