Anda di halaman 1dari 6

Teori Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu.

Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan pemasakan seksual (Praweda,2000). Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar (Indah,2004). Sekarang diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi Parakrin, digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal, Insulin pada sel pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin. Secara khusus kerja autokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara keseluruhan (Indah,2004). Klasifikasi Hormon Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel. Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya: 1. Golongan Steroidturunan dari kolestrerol

2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat 3. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil Thyroid,Katekolamin 4. Golongan Polipeptida/Protein Insulin,Glukagon,GH,TSH Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon 1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak 2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air Berdasarkan lokasi reseptor hormon 1. 1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler 2. hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel(plasma membrane). Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel:kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler (Indah, 2004). 1. Hipotalamus Hipotalamus berperan mensintesis dan mensekresikan hormon - hormon berikut: 1. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang berperan memacu sekresi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). 2. Thyrotropin releasing hormone (TRH) yang berperan merangsang sekresi thyroid stimulating hormone (TSH). 3. Corticotropin releasing hormone (CRH) yang berperan merangsang sekresi ACTH. 4. Prolactin inhibiting factor (PIF) yang berperan menghambat sekresi prolaktin (Heru,2009).

2. Kelenjar Pituitaria (hipofise) Terletak di dasar otak menggantung dengan hipotalamus, tepatnya di atas langit-langit mulut. Terdiri atas 3 bagian yaitu bagian depan ( adenohipofise), tengah (intermedia), dan belakang (neurohipofise). Kelenjar pituitaria disebut juga master gland karena berperan mengatur aktifitas dan fungsi kelenjar endokrin lainnya (Heru,2009). 2.1 Pituitaria Anterior Pituitaria anterior tersusun atas sel kelenjar yang secara histologist dapat dibedakan menjadi 3 tipe sel yaitu sel alfa, beta (basofil), dan kromopob. Fungsi pituitaria dikontrol oleh releasing dan inhibiting factor dari hipotalamus. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh pituitaria anterior adalah: 1. Somatotropin (STH), atau growth hormone (GH). Adrenocorticotrophic hormone (ACTH) berperan merangsang steroidogenesis di dalam kortek adrenal. 2. PRL (Prolaktin) 3. Gonadotropin hormone (GnH) 4. Follicle Stimulating Hormone (FSH) 5. LH. Pada wanita (Heru,2009). 2.2 Pituitaria posterior Pituitaria posterior tersusun atas jaringan syaraf (neuron) yang berasal dari kumpulan sel-sel syaraf yang berasal di sekitar hipotalamus. Hormon yang dihasilkan oleh sel-sel pituitaria posterior adalah ADH dan oksitosin (Heru,2009). 2.3. Pituitaria Intermedia Melanocyte stimulating hormone (MSH) berperan merangsang pembentukan melanin di kulit (melanogenesis) oleh melanosit (Heru,2009). Macam-macam kelenjar 1. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid (terletak di daerah leher) berfungsi untuk mensintesis dan mensekresikan hormon tiroksin. Sintesis dan sekresi tiroksin diatur oleh TSH dari

pituitaria anterior. Kadar tiroksin darah memberikan umpan-balik negatif ( negatif feedback) ke pituitaria dan hipotalamus. Tiroksin adalah hormon yang tersusun atas asam amino yang mengandung 4 atom iod yang disebut tetraiodo tironin (T4) dan yang mengandung 3 atom iod disebut triiodo tironin (T3). Oleh karena itu, sintesis tiroksin memerlukan suplai iodium dalam diet. Apabila kekurangan iodium dalam diet, maka akan menyebabkan sintesis dan sekresi tiroksin terganggu sehingga kadar tiroksin rendah (hipotiroid). Pada kondisi hipotiroid ditandai dengan pembengkakan kelenjar tiroid yang disebut goiter (gondok). Oleh karena itu, penyakit ini sering disebut Goiter akibat kekurangan iodium (GAKI). Goiter terjadi karena hiperaktifitas kelenjar tiroid karena dipacu untuk memenuhi kebutuhan tiroksin dalam tubuh. Tiroksin berperan merangsang pertumbuhan, metabolisme pada semua sel khususnya untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan panas dengan cara meningkatkan kecepatan metabolisme ( metabolic rate) dan penggunaan oksigen (Heru,2009). 2. Kelenjar Paratiroid Kelenjar paratiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin yang tidak dikontrol langsung oleh hormon pituitaria. Kelenjar paratiroid terletak menempel pada ujung atas dan bawah kelenjar tiroid, jumlahnya ada 4 buah. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormone parathormon (PTH). PTH berperan meningkatkan kadar kalsium darah dan menurunkan kadar pospat darah. Pada kondisi kadar kalsium darah turun akan merangsang sel kelenjar paratiroid mensekresikan hormon parathormon yang bekerja. Mekanisme pengaturan kadar kalsium darah oleh PTH, Kalsitonin, dan vitamin D adalah sebagai berikut: 1) membebaskan simpanan kasium dari tulang, 2) meningkatkan absorpsi kalsium dari usus, dan 3) meningkatkan reabsorpsi kalsium dari urin oleh ginjal (Heru,2009) 3. Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal terletak di atas ginjal sehingga disebut juga kelenjar suprarenalis. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian kortek dan medulla. Sel kromafin medulla adrenal berperan mensintesis dan mensekresikan hormon katekolamin (adrenalin dan noradrenalin). Adrenalin disebut juga epinefrin (E), noradrenalin

disebut juga norepinefrin (NE). Katekolamin bersifat meningkatkan aktifitas system syaraf simpatis. Sekresi hormon adrenalin merupkan respon terhadap rangsangan syaraf melalui neuron praeganglionik syaraf simpatis sebagai respon terhadap turunnya kadar glukosa darah. Epinefrin berperan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam laktat dengan cara merangsang glikogenolisis di sel hati dan otot sehingga terjadi hiperglikemik. Noradrenalin secara umum efeknya sama dengan E. Dengan demikian, adrenalin bekerja seperti glukagon dalam hal metabolisme karbohidrat. Korteks adrenal tersusun atas 3 lapisan dari luar ke dalam sebagai berikut: 1. Zona glomerulosa 2. Zona fasciculata 3. Zona reticularis (Heru,2009). 4. Ovarium Ovarium berperan mensintesis dan mensekresikan hormon estrogen (E2) dan progesteron (P). Estrogen disintesis dan disekresikan oleh folikel ovarium. Estrogen bersifat sebagai endokrin, parakrin, atau autokrin. Estrogen berasal dari kolesterol. Estrogen ada 3 macam yaitu: 17-estradiol, estrone, dan estriol, yang paling banyak dijumpai adalah 17-estradiol. Estrogen berperan sebagai feedback positive yaitu memacu proliferasi sel granulosa, meningkatkan jumlah reseptor FSH pada sel granulosa, dan berperan sebagai feedback negative yaitu menurunkan sekresi FSH-RH dari hipotalamus dan FSH dari pituitaria, serta memelihara sifat kelamin sekunder. Progesteron disintesis dan disekresikan oleh korpus luteum dirangsang oleh LH pada siklus menstruasi normal, sedangkan pada saat ada kehamilan sintesis dan sekresi progesteron oleh korpus luteum juga dirangsang oleh chorionic gonadotropin (CG) yang dihasilkan plasenta. Fungsi utama hormon progesteron adalah mengatur panjang pendeknya siklus estrus, menyiapkan uterus untuk implantasi, pertumbuhan kelenjar susu, dan sifat keibuan. Disamping itu, korpus luteum juga menghasilkan hormon relaksin yang berperan melebarkan (relaksasi) simpisis pubis (tulang panggul) dan servik uteri. Aplikasi pemanfaatan hormon E2 dan P dalam kehidupan sehari-hari antara lain

untuk: kontrasepsi oral pil (estrogen, atau kombinasi estrogen dan progestin), injeksi (estrogen), implan (progesteron) (Heru,2009). 5. Pankreas Pulau Langerhans pankreas merupakan bagian pankreas yang bersifat sebagai kelenjar endokrin, sedangkan bagian asinar bersifat sebagai kelenjar eksokrin. Sel (beta) pulau Langerhans pancreas berperan menghasilkan hormon insulin. Insulin merupakan factor hipoglikemik artinya sebagai faktor yang menyebabkan penurunan kadar glukosa darah (Heru,2009). 6. Saluran Pencernaan Mukosa usus halus menghasilkan hormon sekretin dan kolesistokinin (CCK). Hormon sekretin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus halus (terutama jejunum) ke dalam sirkulasi darah ketika makanan yang sangat bersifat asam memasuki usus halus. Hormon sekretin apabila disuntikkan secara intravena akan meningkatkan sekresi bikarbonat oleh pankreas dan saluran empedu. Hormon kolesistokinin disintesis dan disekresikan oleh mukosa usus halus bagian depan (terutama duodenum) memiliki peran merangsang motilitas kantung empedu (Heru,2009). 7. Mekanisme Pengaturan Kadar Ion Kalsium Kalsium merupakan ion penting dalam tubuh untuk kontraksi otot dan disimpan dalam tulang. Regulasi kadar ion kalsium melibatkan sel-sel kelenjar paratiroid, usus,dan ginjal. Jika kadar kalsium darah turun sel, maka kelenjar paratiroid akan mensekresikan hormone parathormon yang bekerja dengan cara sebagai berikut: (1) membebaskan simpanan kalsium dari tulang, (2) meningkatkan absorpsi kalsium dari usus, dan meningkatkan reabsorpsi kalsium dari cairan ultrafiltrat oleh tubulus ginjal sehingga kadar kalsium darah kembali normal (Heru,2009).

Anda mungkin juga menyukai