Anda di halaman 1dari 15

[FRAKTUR TIBIA E.

C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

BAB I PENDAHULUAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan1. Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada tibia. Pusat Nasional Kesehatan di luar negeri melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah 77.000 orang, dan ada di 569.000 rumah sakit tiap hari /tahunnya1. Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian diafisis. Fraktur diafisis tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya penanganannya juga tidak sederhana. Di bawah ini adalah gambar ossis tibia.

Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulang ini sering terjadi dalam kaitan satu sama lain. Klasifikasi fraktur : Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut1 :

Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari : 1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). 2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

PAGE 1

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

BAB II FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA


II.1. ANAMNESIS

Anamnesis adalah wawancara antara dokter dengan pasien dan atau keluarganya guna memperoleh datadata pasien yang diperlukan untuk proses pengobatannya. Salah satu masalah yang dialami oleh para dokter adalah sulitnya memperoleh riwayat penyakit dengan baik. Hal ini disebabkan karena pasien seringkali sudah beradaptasi dengan masalah atau penyakit yang dialami. Pada kondisi tersebut pada umumnya pasien beradaptasi dengan penyakitnya malalui mekanisme penyangkalan, pengabaian, atau adaptif. Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesabaran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien. Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik. 1. Identitas. 2. Sumber data. 3. Keluhan utama. Merupakan keluhan yang dirasakan pasien yang menjadi alasan ia datang ke dokter. Penting sekali bagi dokter untuk mendengarkan secara aktif apa yang diungkapkan pasien, menelusurinya sehingga didapatkan data yang akurat mengenai masalah utama pasien. Data hendaknya dirangkum secara jelas menyangkut kronologis yagn mencakup awitan masalah, keadaan di mana hal tersebut terjadi, manifestasinya, serta semua pengobatannya. Gejala gejala penting harus digambarkan dengan jelas letak, kualitas, kuantitas atau keparahan, factor factor yang memperberat atau mengurangi. 4. Keluhan tambahan. 5. Riwayat keluarga, psikososial, orang orang terdekat. 6. Status kesehatan terakhir, penggunaan obat - obatan tradisional, obat obat tanpa resep, suplemen / vitamin. 7. Ada atau tidak alergi, baik terhadap makanan maupun obat obat tertentu 8. Penggunaan obat untuk penyakit yang dideritanya maupun untuk penyakit lain

PAGE 2

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

II.2.

PEMERIKSAAN

II.2.1. PEMERIKSAAN FISIK Dimulai dengan inspeksi (look), palpasi (feel) dan pemeriksaan gerakan (movement). Pemeriksaan yang harus di lakukan adalah identifikasi luka secara jelas dan gangguan neurovaskular bagian distal dari lesi tersebut. Pulsasi arteri bagian distal penderita hipotensi akan melemah dan dapat menghilangkan sehingga dapat terjadi kesalahan penilaian vaskular tersebut2. Bila disertai trauma kepala atau tulang belakang maka akan terjadi kelainan sensasi nervus perifer di distal lesi tersebut2. Pemeriksaan kulit seperti kontaminasidan tanda-tanda lain perlu dicatat Inspeksi Bandingkan dengan sisi yang normal dan perhatikan hal-hal dibawah ini:

Bandingkan dengan bagian yang sehat Perhatikan posisi anggota gerak Keadaan umum penderita secara keseluruhan Ekspresi wajah karena nyeri Lidah kering atau basah Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup
atau fraktur terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain Perhatikan kondisi mental penderita Keadaan vaskularisasi
Palpasi Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat merasakan perbedaannya. Rabalah dengan hati-hati ! Temperatur setempat yang meningkat

PAGE 3

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma , temperatur kulit Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai Perhatian: Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi crepitasi atau gerakan

abnormal, misal meraba dengan kuat sekali2. Gerakan Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf. Terdapat dua gerakan yaitu : Aktif : Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban menggerakkan bagian yang cedera. Pasif : Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut : Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila korban mengalami hal ini, maka dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan saraf yang mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang merusak saraf tersebut).

PAGE 4

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

Pemeriksaan Komplikasi Periksalah di bawah daerah patah tulang, maka akan ditemukan: Kulit berwarna kebiruan dan pucat Denyut nadi tak teraba Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya mengalami spasme

II.2.2. PEMERIKSAAN PENUNJANG Radiologi Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk menentukan keparahan kerusakan tulang dan jaringan lunak yang berhubungan dengan derajat energi dari trauma itu sendiri. Bayangan udara di jaringan lunak merupakan petunjuk dalam melakukan pembersihan luka atau irigasi dalam melakukan debridemen. Bila bayangan udara tersebut tidak berhubungan dengan daerah fraktur maka dapat ditentukan bahwa fraktur tersebut adalah fraktur tertutup. Radiografi dapat terlihat bayangan benda asing disekitar lesi sehingga dapat diketahui derajat keparahan kontaminasi disamping melihat kondisi fraktur atau tipe fraktur itu sendiri. Diagnosis fraktur dengan tanda-tanda klasik dapat ditegakkan secara klinis, namun pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk konfirmasi dalam melengkapi deskripsi fraktur, kritik medikolegal, rencana terapi dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan gejala klasik dalam menentukan diagnosis harus dibantu pemeriksaan radiologis sebagai gold standard. Jenis Radiologis tanpa kontras : Plain foto ( x-ray) Computer Tomography (CT-scan) Ultrasonography Magnetic Resonace Imaging (MRI)

Jenis Radiologis dengan kontras : Computed Tomoraphy (CT-scan) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Sinography

PAGE 5

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

Arthrography Arteriography

Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma). Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal. II.3. DIAGNOSIS

II.3.1. DIAGNOSIS BANDING

1. Fraktur akibat peristiwa trauma Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan. a) Bila terkena kekuatan langsung. Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak. b) Bila terkena kekuatan tak langsung Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktur mungkin tidak ada. 2. Fraktur kelelahan atau tekanan3 Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak yang terjadi pada tulang. 3. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)3 Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh.

II.3.2. DIAGNOSIS KERJA Klasifikasi klinis 1. Fraktur dahan patah (Greenstick fracture) : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok Terjadi pada anak-anak, tulang patah dibawah lapisan periosteum yang elastis dan tebal (lapisan periosteum itu sendiri tidak rusak)2,3

PAGE 6

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

2. Fissura fraktur : Patah tulang yang tidak disertai perubahan letak yang berarti

3. Fraktur yang lengkap (complete fracture) : Patah tulang yang disertai dengan terpisahnya bagian-bagian tulang

4. Communited fracture : Patah tulang menjadi beberapa fragmen

5. Fraktur tekan (stress fracture): Kerusakan tulang karena kelemahan yang terjadi sesudah berulang-ulang ada tekanan berlebihan yang tidak lazim 6. Impacted fracture : Fragmen-fragmen tulang terdorong masuk kearah dalam tulang satu sama lain, sehingga tidak dapat terjadi gerakan diantara fragmen-fragmen itu Selain klasifikasi diatas, fraktur juga diklasifikasikan menjadi : 1. Fraktur tertutup / closed atau disebut juga fraktur simplex : Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, atau Patahan tulang disini tidak mempunyai hubungan dengan udara terbuka

2. Fraktur terbuka / open (compound fracture) : Bila tedapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Kulit terobek : a) dari dalam karena fragmen tulang yang menembus kulit b) karena kekerasan yang berlangsung dari luar Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Fraktur menurut Doenges (2000) antara lain2,3 : 1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot,edema dan cidera pada jaringan lunak. 2. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan intregitas tulang 3. Resiko tinggi terhadap disfungsi terhadap disfungsi neurovaskuler prifer berhubungan dengan penurunan atau intrupsi aliran darah, edema berlebihan, hipovolemia. 4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah/emboli lemak. 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang neuromuskuler. 6. Kerusakan integrasi jaringan kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup.

PAGE 7

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

7. Kurang pengetahuan

terhadap

kondisi,

prognosis

dan

kebutuhan

pengobatan

berhubungan dengan kurang paparan informasi. Dari diagnosa diatas dapat di prioritaskan sebagai berikut : 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan fraktur/trauma. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka/tulang neuromuskuler. 3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan alat fiksasi invasive. II.4. PATOFISIOLOGI

Ketika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh truma, peristiwa tekanan ataupun patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak4. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan

PAGE 8

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement. II.5. MANIFESTASI KLINIS Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat5.

Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm5. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

II.6.

PENATALAKSANAAN

II.6.1. MEDIKAMENTOSA Waktu paling optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam (golden period)6,7. Berikan toksoid, antitetanus serum (ATS), atau tetanus human globulin.berikan antibiotik untuk kuman grampositif dan negatif dengan dosis besar. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka yang terbuka

PAGE 9

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

II.6.2. NON MEDIKAMENTOSA Tujuan dari penatalaksanaan atau pengobatan adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagai mana mestinya. Patah tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (imobilisasi). Imobilisasi bisa dilakukan melalui: Pembidaian: benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang. Pemasangan gips: merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah Penarikan (traksi): menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang pinggul. Fiksasi internal: dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada pecahan-pecahan tulang. Merupakan pengobatan terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi. 1. Pertolongan darurat Pemasangan bidai atau splint dengan tujuan : Mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan Mengurangi rasa nyeri Menekan kemungkinan terjadi emboli lemak dan shock Memudahkan transport dan mengambil foto 2. Pengobatan definitive Reposisi secara tertutup Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi traksi dengan melakukan tarikan pada ektremitas bagian distal.

PAGE 10

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

Penatalaksanaan : Penderita tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90O, sedang kedua tungakai bawah menggantung di tepi meja. Tungkasi bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu : a) Cara long leg plaster : Immobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedangan posisi lutut dalam fleksi 20o. b) Cara sarmiento : Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai dia atas sendi talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada pernukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara sarmiento yaitu kaki diinjakkan lebih cepat. Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi angilasi, perpendekan lebih dari 2 cm tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang. Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi. Reposisi secara terbuka Melakukan reposisi dengan jalan operasi, kemudian melakukan immobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna berupa plat , pen atau kawat. Penatalaksanaan : a. Cara Treuta : Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS, calcaneus dan tendo Achilles.Gips dibuka setelah berbau dan basah. Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.

PAGE 11

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

b. Cara long leg plaster : Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai sembuh. c. Cara dengan memekai pen di luar tulang Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka cruris grade III. Dengan cara ini perawtan luka yang luas di cruris sangat mudah. Macam-macam bentuk fixateur, diantaranya: Judet fixateur, Roger Angerson, Hoffman, Screw + Methyl Methacrylate Rehabilitatif Tujuan utama :

Mempertahankan ruang gerak sendi Mempertahankan ruang gerak otot Mempercepat proses penyembuhan fraktur Mempercepat pengembalian fungsi penderita
Latihan terdiri dari: Mempertahankan ruang gerak sendi Latihan otot Latihan berjalan PENCEGAHAN

II.7.

Anjurkan pasien untuk melatih kekuatan otot kaki yang lemah secara teratur untuk memelihara kekuatan, kelenturan dan koordinasi.

Jaga asupan kalsium baik melalui makanan sehari-hari maupun suplementasi.7 o Kebutuhan Calsium adalah : o Usia 11-24 tahun = 1200 mg

Diagnosis dini dan terapi yang tepat mencegah kerusakan atau adanya infeksi kronik. Hindari defisiensi vitamin D, cukup terpajan sinar matahari atau mengkonsumsi suplemen vitamin D 400IU/hari atau 800IU/hari.
PAGE 12

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

II.8.

KOMPLIKASI

1.

Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

2.

Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

3. 4.

Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.8

5.

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.8

6.

Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.8

7.

Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil

8.

Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

9.
10.

Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

II.9.

PROGNOSIS

Pada umumnya baik, pengobatan atau penatalaksanaan disesuaikan dengan berat ringan penyakit. Pada kasus kasus yang berat, selain operasi dilakukan juga gaya hidup sehat.

PAGE 13

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

BAB III PENUTUP


Manifestasi klinis fraktur adalah didapatkan adanya riwayat trauma, nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan local dan perubahan warna. Nyeri, terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Nyeri tekan saat dipalpasi akan terlihat pada daerah fraktur (tenderness). Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan / hilangnya fungsi anggota badan dan persendian-persendian yang terdekat dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (Gerakan luar biasa / gerakan-gerakan yang abnormal) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan Deformitas/ Perubahan bentuk (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot. Pada fraktur panjang, terjadi Pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan Krepitasi/krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. (Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat) Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bias baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera. Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila berdasarkan pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur sampai terbukti lain.

PAGE 14

[FRAKTUR TIBIA E.C TRAUMA]

SISTEM MUSKULOSKLETAL II

DAFTAR PUSTAKA
1. Tibia and Fibula Fracture. Jeffrey G Norvell, MD. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview 2. Konsep fraktur. Diunduh dari : compas.com. 3. Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI. 2005. 4. Price SA, Wilson LM. Dalam: Brahm U. Pendit, Huriawati Hartanto, Pita Wulansari, Dewi Asih Mahanani, alih bahasa; Huriawati Hartanto, Natalia Susi, Pita Wulansari, Dewi Asih Mahanani, editor edisi bahasa Indonesia. Patofisiologi. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2005. 5. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim (Editor). 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005. 6. Barbara, Engran. Perawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. 7. Marylinn, E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. 8. Smeltzer Suzanne, C. Buku Ajar Medikal. Edisi 8. Vol 3. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005

PAGE 15

Anda mungkin juga menyukai