Anda di halaman 1dari 5

Hubungan Filman-Psikologi Filsafat : hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.

. Dalam penyelidikannya filsafat berangkat dari apa yang dialami manusia. Ilmu psikologi menolong filsafat dalam penelitiannya. Kesimpulan filasafat tentang kemanusiaan akan pincang dan jauh dari kebenaran jika tidak mempertimbangkan hasil psikologi. Dalam hal ini filman dan psikologi sama2 merupakan ilmu yang menyelidiki dan mentematisasi serta menyelami hakekat manusia. Psikologi juga ingin memahami manusia seluas/seekstensif mungkin melalui ilmu2nya yaitu aspek2 manusia dan juga ingin memahami manusia sedalam/seintensif mungkin melalui keseluruhan makna mangenai manusia, hal tersebut sangatlah sejalan dengan tujuan dr filman. Sejarah Filsafat Islam Filsafat Islam dimulai secara resmi di abad ke dua dan tiga Hijriyah, berbarengan dengan penerjemahan karya-karya pemikir Yunani. Abu Nasr al-Farabi adalah filosof pertama yang mengonsep filsafat Islam. Selama hidupnya ia berusaha untuk mengharmoniskan ide-ide Plato dan Aristoteles. Farabi termasuk penggagas filsafat Paripatetik. Masa keemasan filsafat Paripatetik berada di tangan Ibnu Sina. Faktor ini membuat filsafat menjadi faktor penentu budaya dan penentu ilmu-ilmu yang lain. Dengan Ibnu Sina, para teolog dan arif menjadi tertantang.Mereka mengatakan bahwa jalan terdekat dan satu-satunya cara untuk mengenal al-Haq adalah dengan membersihkan hati dan ibadah. Filsafat hanya akan membuat orang jauh dari jalan yang sebenarnya.para teolog juga tidak dapat menerima filsafat. Mereka berpendapat bahwa apa yang diungkapkan oleh para filosof muslim bertentangan dengan al-Quran dan Hadis, bahkan Islam menolak filsafat. Salah satu ahli teolog besar yang menetang keras filsafat adalah Abu Hamid al-Ghazali. Ghazali yang dipengaruhi oleh pemikiran tasawwuf menyebutkan bahwa dalam pendapat Ibnu Sina bertentangan dengan Islam. filsafat Islam terus berkembang terutama dikembangkan di sebagian besar wilayah timur , setelahnya filsafat Islam tidak pernah padam bahkan sampai abad modern dewasa ini. Fenomenalisme Memahami kenyataan yang sebenarnya berdasarkan pemahaman fenomenon yang

nampak dalam kenyataan. Dapat juga dikatakan mempelajari dan memahami hakekat segala sesuatu berdasarkan gejala2 dan ciri2 yang Nampak dari segala sesuatu. Fenomenologi memiliki hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarbenarnya tentang kenyataan karena kenyataan itu pengertiannya dapat dicapai melalui pengamatan dan penemuan dengan realitas atau kenyataan itu sendiri. Pandangan para fenomenologis didasarkan pada pemahaman kenyataan. Bapak fenomenologi Husserl. Eksistensialisme Memahami cara berada. Pandangannya didasarkan pada kebebasan manusia, sehingga cita2 kepribadian dalam filsafat dihidupkan kembali. Manusia bereksistensi berarti manusia melampaui dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Eksistensi merupakan suatu yang terdalam dari adanya manusia. Jaspers manusia memiliki syarat untuk bersungguh-sungguh bereksistensi yaitu dengan berelasi dengan transenden dan berkomunikasi dengan sesame manusia. Heidegger manusia adalah makhluk yang dapat mengubah dirinya dan mengembangkan dirinya untuk masa depan. Tetapi kebebasan manusia tidak mutlak, ada yang membatasi. Tujuan Filman: 1. Manusia dipahami seluas/seekstensif mungkin, melalui aspek2 manusia. (ilmu2). Maksudnya, aspek2 manusia dalam segala bidangnya akan dipahami secara keseluruhan. 2. Manusia sedalam/seintensif mungkin, diperoleh makna semakin luas, semakin rumit. Maksudnya, manusia secara keseluruhan itu dipelajari dan dipahami sedalam2nya, secara mendasar sampai makna terdalam manusia. Sehari2: ttg diri, job, rumah, keluarga, kepandaian/kekurangan. Heidegger: sein mit das sein (wujud manusia serta wujud). Manusia Secara Universal: 1. Keseluruhan kodrat tidak ada perbedaan dengan makhluk lain, makhluk ciptaan tuhan. 2. Kedudukan kodrat sbg makhluk otonom (memp kemampuan pribadi) dan makhluk tuhan (religius). 3. Sifat2 kodrat sbg makhluk individu (mampu mengembangkan diri), sbg

makhluk social (tdk bias hidup sendiri, butuh orang lain). 4. Unsur2 kodrat terdiri dari jiwa dan badan (rohani dan jasmani), cipta (akal), rasa, karsa (kehendak). Badan, unsure organis dan anorganis. Manusia dan Diri: 1. Organic needs: kebutuhan primer. 2. Psychological needs: belajar, rasa aman, rasa bebas. 3. Social needs: berkawan, hidup bersama, komunikasi, cinta, bersaing. Manusia dan Adanya: 1. Manusia itu memang ada dan adanya adalah menyadari, adanya itu sadar, tidak terlebur dengan dunia melainkan menghadapi dunia. Adanya manusia itu sbg subjek. 2. Manusia itu adanya senantiasa dengan yang lain-lain sesamanya dan benda2 lain di luar dirinya. 3. Eksistensi manusia ditentukan oleh hubungan dengan sesamanya dan hubungan dengan tuhan. 4. Manusia itu adanya mendahului apanya. Bahkan manusia mampu menyembunyikan apanya, mengubah apanya atau dirinya.

Filsafat Manusia secara umum bertujuan menyelidiki, menginterpretasi dan memahami gejala-gejala atau ekspresiekspresi manusia sebagaimana pula halnya dengan ilmu-ilmu tentang manusia (human studies). Adapun secara spesifik bermaksud memahami hakikat atau esensi manusia. Jadi, mempelajari filsafat manusia sejatinya adalah upaya untuk mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu? Obyek kajiannya tidak terbatas pada gejala empiris yang bersifat observasional dan atau eksperimental, tetapi menerobos lebih jauh hingga kepada gejala apapun tentang manusia selama bisa atau memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional. Metodenya: (1) Sintesis, yakni mensintesakan pengetahuan dan pengalaman kedalam satu visi yang menyeluruh tentang

manusia; (2) Refleksi, yakni mempertanyakan esensi sesuatu hal yang tengah direnungkan sekaligus menjadikannya landasan bagi proses untuk memahami diri sendiri (self understanding). Cirinya: (1) Ekstensif, yakni mencakup segala aspek dan ekspresi manusia, lepas dari kontekstualitas ruang dan waktu. Jadi merupakan gambaran menyeluruh (universal) tidak fragmentaris tentang realitas manusia; (2) Intensif, yakni bersifat mendasar dengan mencari inti, esensi atau akar yang melandasi suatu kenyataan; dan (3) Kritis, atau tidak puas pada pengetahuan yang sempit, dangkal dan simplistis tentang manusia. Orientasi telaahnya tidak berhenti pada kenyataan sebagaimana adanya (das Sein) tetapi juga berpretensi untuk mempertimbangkan kenyataan yang seharusnya atau yang ideal) (das Sollen). Manfaatnya, secara: (1) Praktis, mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemahaman tentang manusia tersebut; dan (2) secara Teoritis, untuk meninjau secara kritis beragam asumsi-asumsi yang berada di balik teori-teori dalam ilmu-ilmu tentang manusia. Diharapkan dengan mempelajari filsafat manusia, seseorang akan menyadari dan memahami tentang kompleksitas manusia yang takkan pernah ada habisnya untuk senantiasa dipertanyakan tentang makna dan hakikatnya. Sejauh misteri dan ambiguitas manusia ini disadari dan dipahami, seseorang akan menghindari sikap sempit dan tinggi hati. ___________________ Siapa yang terbiasa menyusuri ngarai terdalam lembah-lembah atau mendaki puncak tertinggi gunung-gunung, akan tertawa mendengar keluh-kesah seseorang yang sudah merasa kecapaian (kelelahan) mengitari pekarangan sempit rumahnya. Dan dia akan lebih tertawa lagi karena ketika seseorang itu ditanya tentang makna derita dalam hidup ini, ternyata ia sanggup bercerita panjang-lebar dengan begitu antusiasnya seolah-olah hanya dialah satu-satunya manusia yang paling berpengalaman dan memahami tentang apa itu penderitaan. Benar-benar sebuah lelucon yang menyebalkan!

Anda mungkin juga menyukai