Struktur Kayu 1
Struktur Kayu 1
BERDASARKAN STANDAR TATA CARA PERENCANAAN KONSTRUKSI KAYU UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI KAYU) TAHUN 2002
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT KALIMANTAN SELATAN
Arie Febry Fardheny, MT afebry@teknikunlam.ac.id
MATERIAL KAYU
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT KALIMANTAN SELATAN
Arie Febry Fardheny, MT afebry@teknikunlam.ac.id
MATERIAL KAYU
Kayu adalah suatu bahan konstruksi bangunan yang didapatkan dari tumbuhan alami, oleh karena itu maka bahan kayu bukan saja merupakan salah satu bahan konstruksi yang pertama di dalam sejarah umat manusia, tetapi memungkinkan juga kayu sebagai bahan konstruksi yang paling akhir nantinya. Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan bahan kayu baik jenis maupun kuantitasnya, maka pemakaian bahan kayu untuk konstruksi dapat dikembangkan, walaupun pada saat ini manusia lebih menyukai bahan beton atau bahan baja untuk struktur dari suatu bangunan. Pemakaian kayu sebagai bahan konstruksi tidak sepesat pemakaian bahan beton atau baja disebabkan oleh :
a. Panjang kayu yang terbatas. b. Kekuatan kayu relatif kecil. c. Penampang kayu kecil. d. Mudah terbakar. e. Mudah terpengaruh oleh zat-zat kimia Peka sekali terhadap kadar air. Sifat kembang-susutnya besar.
MATERIAL KAYU
Keterangan : A = Kulit luar (outer bark) B = Kulit dalam (inner bark) C = Kayu Gubal D = Kayu Teras E = Lapisan Kambium (lingkaran tahun) F = Jari-jari teras G = Kayu Hati (heartwood)
MATERIAL KAYU
Sifat
phisis
Pengaruh Kadar Lengas Diambil contoh benda dari batang kayu yang ada dan harus menunjukkan sifat rata-rata dari batang kayu, dalam hal ini dilakukan tanpa memilih tempat (tempat harus berlainan) dan minimum diambil 5 benda uji. Setelah diambil n 5 benda uji segera ditimbang dan penimbangan dilakukan setiap hari sekali selama satu minggu. Apabila berat setiap benda uji tersebut sudah menunjukkan harga yang tetap atau naik turun dengan selisih harga yang kecil maka kayu dapat dianggap dalam keadaan kering udara. Kayu di Indonesia pada umumnya mempunyai kadar lengas kering udara antara 12% 18% atau kadar lengas rata-rata = 15%. Pengaruh Temperatur Sifat Penghantar Panas Sifat Penghantar Listrik
MATERIAL KAYU
Sifat
Hygroscopis
Kadar Lengas
Pengaruh
Sifat
MATERIAL KAYU
KEKUATAN KAYU
Kode : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) SNI Kayu 2002 Kode Tambahan ASTM SNI Pengujian
KEKUATAN KAYU
ENV 1995-1-1, Design of timber structures. Part 1-1 General rules and rules and building ASTM D 4442-92, Standard test methods for direct maisture content measurement of wood and wood base materials ASTM D9, Terminology relating to wood ASTM D 2395, Test method for specific grafity of wood and wood-base materials ASTM D 4442, Test methods for direct maisture content measurement of wood-base materials SNI 03-3527-1994, Mutu kayu bangunan SNI 14-2023-1990, Kayu lapis structural SNI 03-3972-1995, Metode pengujian modulus elastisitas tekan dan kuat tekan sejajar serat kayu konstruksi berukuran struktural SNI 03-3974-1995, Metode pengujian modulus geser kayu konstruksi berukuran structural SNI 01-2704-1992, Kayu lapis penggunaan umum SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung
KEKUATAN KAYU
Aturan PKKI Lama (Kg/cm2)
Kode mutu E26 E25 E24 E23 E22 E21 E20 E19 E18 E17 E16 E15 E14 E13
Modulus Elastisitas Lentur Ew 25000 24000 23000 22000 21000 20000 19000 18000 17000 16000 15000 14000 13000 12000 11000 10000 9000
Kuat Lentur Fb 66 62 59 56 54 56 47 44 42 38 35 32 30 27 23 20 18
Kuat Geser Fv 6.6 6.5 6.4 6.2 6.1 5.9 5.8 5.6 5.4 5.4 5.2 5.1 4.9 4.8 4.6 4.5 4.3
KEKUATAN KAYU
Kuat acuan berdasarkan pemilahan secara visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku.Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Kerapatan pada kondisi basah (berat dan volum diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30%) dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kg/m3 untuk Kadar air, m% (m < 30%), diukur dengan prosedur baku. Hitung berat jenis pada m% (Gm) dengan rumus: Gm = m
1.000 1 + 100
[1 + 0,265 a Gm ]
(1 0,133 Gb )
30
Hitung berat jenis pada kadar air 15% (G15) dengan rumus: Gb G15 =
KEKUATAN KAYU
MODULUS ELASTISITAS PKKI LAMA SNI KAYU 2002
Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan / atau mempunyai cacat kayu, estimasi nilai modulus elastiitas lentur acuan dari Tabel dibawah harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI 03-3527-1994 UDC 691.11 tentang Mutu Kayu Bangunan, yaitu dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastiits lentur acuan dari Tabel dibawah tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel berikut yang bergantung pada Kelas Mutu kayu. Kelas Mutu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel Kelas Mutu
Kuat Acuan
Rumus estimasi
16.000 G0,7
KEKUATAN KAYU
Nilai Koreksi Mutu Kayu Macam Cacat Mata kayu: Terletak di muka lebar Terletak di muka sempit Retak Pingul Arah serat Saluran damar Gubal Lubang serangga Kelas Mutu A 1/6 lebar kayu 1/8 lebar kayu 1/5 tebal kayu 1/10 tebal atau lebar kayu 1 : 13 1/5 tebal kayu eksudasi tidak diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasi dan tidak ada tanda-tanda serangga hidup Tidak diperkenankan Kelas Mutu B lebar kayu 1/6 lebar kayu 1/6 tebal kayu 1/6 tebal atau lebar kayu 1:9 2/5 tebal kayu Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasi dan tidak ada tanda-tanda serangga hidup Tidak diperkenankan Kelas Mutu C lebar kayu lebar kayu tebal kayu tebal atau lebar kayu 1:6 tebal kayu Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasi dan tidak ada tanda-tanda serangga hidup Tidak diperkenankan Kelas Mutu A B C Nilai Rasio Tahanan 0,80 0,63 0,50
PERATURAN PEMBEBANAN
KODE PEMBEBANAN
1,4D 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) 1,2D + 1,6 (La atau H) + (0,5L atau 0,8 W) 1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5 (La atau H) 1,2D + 1,0E + 0,5L 0,9D + (1,3W atau 1,0E) (6.2-1) (6.2-2) (6.2-3) (6.2-4) (6.2-5) (6.2-6)
PERATURAN PEMBEBANAN
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya, termasuk tetapi tidak terbatas pada berat dan tekanan tanah, pengaruh temperatur, susut, kelembaban, rangkak, dan beda penurunan tanah, harus ditinjau di dalam perencanaan. Pengaruh struktural akibat beban yang ditimbulkan oleh fluida (F), tanah (S), genagan air (P), dan temperatur (T) harus ditinjau dalam perencanaan dengan menggunakan faktor beban: 1,3F; 1,6S; 1,2P; dan 1,2T.
KONSEP PERENCANAAN
Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan batas yang berlaku sebagai hasil kali antara tahanan terkoreksi, R, faktor tahanan, , dan faktor waktu, . Tahanan rencana harus sama dengan atau melebihi beban terfaktor, Ru: Kombinasi pembebanan 1,4D 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (6.2-1) (6.2-2) Faktor waktu () 0,6 0,7 jika L dari gudang 0,8 jika L dari ruangan umum 1,25 jika L dari kejut*
Ru R
Faktor tahanan, Jenis Tekan Lentur Stabilitas Tarik Geser/puntir Sambungan Simbol
c b s t v z
(6.2-3)
0,8
(6.2-4)
1,0
(6.2-5) (6.2-6)
1,0 1,0
NOTASI
= R = tegangan (Mpa) P = T = Tahanan (KN / N) Abruto = Luas Elemen Kayu (mm^2) ANetto = Luas Elemen Kayu dikurangi luas material yang hilang akibat paku/ baut dan lain lain (mm^2)
FAKTOR KOREKSI
Faktor koreksi dibawah bila dimungkinkan, digunakan sesuai dengan yang disyaratkan pada bagian di bawah ini. Tahanan terkoreksi dihitung sebagai berikut: R = R C1 C2 Cn
Dengan R adalah tahanan terkoreksi, R adalah tahanan acuan, Ci adalah faktor-faktor terkoreksi.
FAKTOR KOREKSI
faktor koreksi Masa Layan adalah berikut ini: (Jika tidak sesuai dengan tabel diatas) Cm adalah faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan yang lebih tinggi daripada 19% untuk kayu masif dan 16% untuk produk kayu yang dilem; Ct adalah faktor koreksi temperatur untuk memperhitungkan temperatur layan lebih tinggi daripada 38C secara berkelanjutan; Cpt adalah faktor koreksi pengawetan kayu, untuk memperhitungkan pengaruh pengawetan terhadap produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku; Crt adalah faktor koreksi tahan api, untuk memperhitungkan pengaruh perlakuan tahan api terhadap produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku.
FAKTOR KOREKSI
CE Cr CF CL CP Cb Cf Cw CG Ccs Csp Cu
adalah faktor koreksi aksi komposit, adalah faktor koreksi pembagi beban, adalah faktor koreksi ukuran, adalah faktor koreksi stabilitas balok, adalah faktor koreksi stabilitas kolom, adalah faktor koreksi luas tumpu, adalah faktor koreksi bentuk, adalah faktor koreksi lebar adalah faktor koreksi mutu adalah faktor koreksi penampang kritis untuk pancang kayu bundar; adalah faktor koreksi pancang tunggal untuk pancang kayu bundar; adalah faktor koreksi untuk pancang kayu bundar yang tidak diberi perlakuan khusus
komponen-komponen struktur yang memikul gaya tarik konsentris dan bagian dari komponen struktur yang memikul gaya tarik setempat akibat pengaruh sambungan
Syarat Desain Tu < t T dengan Tu adalah gaya tarik terfaktor, adalah faktor waktu t adalah faktor tahanan tarik sejajar serat = 0,80, dan T adalah tahanan tarik terkoreksi.
Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur tarik konsentris, T, ditentukan pada penampang tarik kritis:
T = FtAn Dengan Ft adalah kuat taris sejajar serat terkoreksi dan An adalah luas penampang neto.
Bilamana, akibat adanya alat pengencang, letak titik berat penampang neto menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5% dari ukuran lebar atau lebih maka eksentrisitas lokal harus ditinjau sesaui dengan prinsip baku mekanika dan prosedur Bilamana gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari maka perkuatan mekanis harus diadakan untuk mampu memikul gaya tarik yang terjadi Perencanaan komponen struktur tarik komposit, yaitu komponen struktur yang tersusun dari gabungan kayu gergajian, kayu laminasi struktural, atau dari jenis kayu lain yang berbeda kekakuannya dan bekerja pada arah sejjar serat, atau kombinasi dengan pelat baja, atau batan baja, harus ditinjau berdasarkan konsep penampang transformasi. Elemen-elemen harus digabungkan sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan dengan gaya-gaya terdistribusi sebanding dengan kekakuan elemen penyusunnya
Contoh Soal
P 1/2P P P 1/2P Soal 1: Hitunglah besarnya gaya tarik maksimum yang dapat dipikul oleh batang yang mengalami gaya aksial tarik. Dimensi balok 60 x 120 mm. Kayu yang digunakan adalah kayu E15 kelas A
Dalam bentuk konstruksi Kuda Kuda ini maka bagian ini adalah bagian yang mengalami gaya tarik
Contoh Soal
E15 Ft = 31 Mpa (tr) Koreksi Tahanan Tarik = 0.8 Layan = 0.8 Ft = tr ijin = 19.84 Mpa
Data Kayu
Material
Perhitungan
B = 60 mm H = 120 mm
= T / Anetto T = x Anetto .(1) tr ijin .(2) Maka untuk mengetahui Pmaks Diambil = tr ijin = 19.84 Mpa T = 19.84 x 7200 = 142848 N T = 142.8 KN = 14.2 Ton
Abruto =60 x 120 = 7200 mm2 Karena tidak ada perlemahan Atau lubang maka
Contoh Soal
Soal 2: Diketahui P = 120 KN kayu E15 Ukuran Kayu 120 x 60 mm Ukuran Baut = 12 mm Apakah Memenuhi Syarat ?
Contoh Soal
E15 Ft = 31 Mpa (tr) Koreksi Tahanan Tarik = 0.8 Layan = 0.8 Ft = 31x 0.8 x 0.8 = 19.84 Mpa Ft = tr ijin = 19.84 Mpa
Data Kayu
Material
Perhitungan
B = 60 mm H = 120 mm
Abruto =60 x 120 = 7200 mm2 Perlemahan Diameter Baut = 12 mm Diameter Lubang = 12+1=13 mm Luas baut = 0.25xx13^2 =132.67 mm2 Total = 2 x 132.67 =265.34 mm2 Anetto = 6934.66 mm2
tr= T / Anetto .(1) Syarat tr tr ijin .(2) Cek Syarat P = T = 120 KN = 120000 N tr= 120000 / 6934.66 tr = 17.3 N/mm2 (Mpa) Tr < tr ijin (OK !)
Komponen struktur ekan harus direncanakan sedemikian sehingga: Pu < c P Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, adalah faktor waktu (lihat Tabel sebelum), c = 0,90 adalah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan P adalah tahanan terkoreksi.
Tekuk
Panjang kolom tak-terkekang atau panjang bagian kolom tak-terkekang, I, harus diambil sebagai jarak pusat-ke-pusat pengekang lateral. Panjang kolom tak-terkekang harus ditentukan baik terhadap sumbu kuat maupun terhadap sumbu lemah dari kolom tersebut. Panjang efektif kolom, le, untuk arah yang ditinjau harus diambil sebagai Kel, dimana Ke adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur tekan. Ke tergantung pada kondisi ujung kolom dan ada atau tidak adanya goyangan. Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang ditinjau, faktor panjang tekuk, Ke, harus diambil sama dengan satu kecuali jika analisis memperlihatkan bahwa kondisi kekangan ujung kolom memungkinkan digunakannya faktor panjang tekuk yang lebih kecil daripada satu.
Kelangsingan kolom adalah perbandingan antara panjang efektif kolom pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi penampang kolom pada arah itu, atau: Kelangsingan = K e l r (r = ix / iy)
175
Mencari Profil Pakai untuk batang tertekan Menggunakan Rumus Euler I min = Inersia Minimum P = Nilai Kuat Tekan Terkoreksi N = SF Tekan (ambil antara 2-3) Ke.l / LK = Panjang Efektif Kolom E = Modulus Elastisitas Kayu
Contoh Soal 1
Desain Kekuatan
Cek kekuatan apakah memenuhi syarat untuk Kayu Tipe E15 dengan Profil panjang 3 meter dengan perletakkan Jepit Sendi seperti pada Gambar. Profil yang digunakan adalah 60 x 120 mm. Saat Menerima beban 120 KN
Contoh Soal 1
Data Kayu
Material
B = 60 mm H = 120 mm
Abruto =60 x 120 = 7200 mm2
Perhitungan
tr= .T / Abrutto .(1) Syarat tr tr ijin . (2) Cek Syarat P = T = 120 KN = 120000 N tr= 6.3 x 120000 / 7200 tr = 105 N/mm2 (Mpa) Tr > tr ijin (NOT OK !)
Cek Kelangsingan : Tekan = 0.9 Jepit Sendi (Ke)= 0.8 Layan = 0.8 Ke.l = 0.8 x 3 = 2.4 m Ft = 31x 0.8 x 0.9 = 22.32 Mpa Ix = 0.289h = 34.68 Iy =0.289b =17.34 ambil iy Ft = tr ijin = 22.32 Mpa =Ke.L/iy = 2400/17.34= 138.4 Lihat Tabel = 6.3
Contoh Soal 2
Berapakah Profil yang memenuhi syarat untuk Kayu Tipe E15 dengan panjang 3 meter dengan perletakkan Jepit Sendi seperti pada Gambar. Gaya yang Diterima adalah sebesar 60 KN
Contoh Soal 2
E15 Ft = 31 Mpa (tr) Koreksi Tahanan Tekan = 0.9 Layan = 0.8 Ft = 31x 0.8 x 0.9 = 22.32 Mpa Ft = tr ijin = 22.32 Mpa
Data Kayu
Rumus Euler
Perhitungan
Asumsi b =2/3h
Contoh Soal 2
Data Kayu
Material
B = 80 mm H = 120 mm
Abruto =80 x 120 = 9600 mm2
Perhitungan
Cek Kelangsingan : Cek Syarat Tekan = 0.9 Jepit Sendi (Ke)= 0.8 Layan = 0.8 Ke.l = 0.8 x 3 = 2.4 m Ft = 31x 0.8 x 0.9 = 22.32 Mpa Ix = 0.289h = 34.68 tr= 3.28 x 60000 / 9600 Iy =0.289b =23.12ambil iy tr = 20.5 N/mm2 (Mpa) Ft = tr ijin = 22.32 Mpa =Ke.L/iy = 2400/23.12= 103.8 Tr < tr ijin (OK !) Lihat Tabel = 3.28
Perencanaan Lentur
Perencanaan Lentur
balok berpenampang bundar atau bujursangkar; balok berpenampang persegi panjang yang terlentur terhadap sumbu lemah; balok dengan pengekang lateral yang menerus pada sisi tekan; balok dengan ikatan bresing sesuai dengan ketentuan alternatif
Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur terhadap sumbu kuatnya (x x) adalah:
atau
Keterangan: M=Mx Sx Fbx CL adalah tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x x) adalah modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat (x x) adalah kuat lentur terkoreksi untuk lentur terhadap sumbu kuat (x x) adalah faktor stabilitas balok, sama dengan 1,0
Perencanaan Lentur
Takikan pada balok harus dihindari, terutama yang terletak jauh dari tumpuan dan berada pada sisi tarik. Konsentrasi tegangan yang disebabkan oleh takikan dapat dikurangi menggunakan konfigurasi takikan yang diiris miring secara bertahap daripada menggunakan takikan dengan sudut-sudut yang tajam. Takikan pd ujung balok tidak boleh melampaui seperempat tinggi balok untuk balok masif, dan sepersepuluh tinggi balok untuk balok glulam (kayu laminasi struktural). Pengecualian: Pada balok-balok kayu masif yang tebal nominalnya lebih kecil dari 100 mm, diperkenankan dibuat takikan yang tidak melebihi seperenam tinggi balok dengan lokasi di luar sepertiga bentang yang ditengah
Perencanaan Lentur
Tahanan lentur dari komponen struktur prismatis berpenampang persegi panjang dan bundar
Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan oleh persamaan diatas sharus dikalikan dengan faktor bentuk Cf = 1,15 untuk komponen struktur berpenampang bundar selain daripada untuk tiang dan pancang; dan harus dikalikan dengan Cf = 1,40 untuk komponen struktur berpenampang persegi panjang yang terlentur terhadap sumbu diagonal.
Bila dijumpai suatu permukaan yang diiris miring sebesar sudut terhadap arah serat pada sisi tekan balok glulam (kayu laminasi struktural) maka faktor interaksi tegangan, Cl, harus dihitung untuk lokasi kuat kritis menggunakan persamaan berikut ini:
Cl = 1 b Fb' tan 1+ F' v v b Fn' tan + c Fc '
2
Perencanaan Lentur
Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar daripada dua dan dibebani terhadap sumbu kuatnya harus memiliki bresing lateral pada tumpuan-tumpuannya untuk mencegah terjadinya rotasi atau peralihan lateral. Bresing lateral tidak diperlukan pada balok berpenampang bundar, bujur sangkar, atau persegi panjang yang mengalami lentur terhadap sumbu lemahnya saja. Bresing lateral harus dapat mencegah gerakan lateral sisi tekan balok dan harus dapat mencegah rotasi balok pada lokasilokasi yang dikekang. Sebagai alternatif, untuk balok kayu masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah rotasi atau peralihan lateral ditentukan berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap tebal nominal, d/b, sebagai berikut: d/b < 2: tidak diperlukan pengekang lateral; 2 < d/b < 5: posisi tumpuan-tumpuannya harus dikekang menggunakan kayu masif pada seluruh ketinggian balok; 5 < d/b < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok; 6 < d/b < 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk setiap selang 2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan atau bila sisi tekan balok dikekang pada seluruh panjangnya oleh lantai dan pada tumpuan-tumpuannya diberi pengekang lateral untuk mencegah rotasi; d/b > 7: kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada seluruh panjangnya.
Perencanaan Lentur
Dalam perhitungan lendutan, faktor komposit, CE, di bawah ini dapat digunakan dalam menentukan kekakuan balok kayu masif; dengan catatan bahwa komponen struktur merupakan gabungan dari balok-balok sejajar dengan ukuran tinggi maksimum 300 mm, spasi maksimum 600 mm (pusatke-pusat), dan ditutup dengan panel-panel truktural setebal 12 mm atau lebih: CE = 1,00 untuk komponen yang digabung menggunakan paku, CE = 1,10 untuk komponen yang digabung menggunakan perekat dan paku, CE = 1,15 untuk komponen yang digabung menggunakan perekat.
Perencanaan Lentur
Tahanan geser terkoreksi dari suatu balok, V, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
V' =
F'v Ib Q
atau
Fv I b Q
adalah kuat geser sejajar serat terkoreksi adalah momen inersia balok untuk arah gaya geser yang ditinjau adalah lebar penampang balok adalah momen statis penampang terhadap sumbu netral
Untuk penampang persegi panjang dengan lebar b, dan tinggi d, persamaan menjadi:
V' =
2 F'v bd 3
Perencanaan Lentur
Pada penampang di sepanjang takikan dari sebuah balok persegi panjang setinggi d, tahanan geser terkoreksi pada penampang bertakik dihitung sebagai:
dn 2 V ' = F'v bd n d 3
dengan d adalah tinggi balok tanpa takikan dan dn adalah tinggi balok di dalam daerah takikan.
Perencanaan Lentur
Apabila suatu sambungan pada balok persegi panjang menyalurkan gaya yang cukup besar sehingga menghasilkan lebih dari setengah gaya geser di setiap sisi sambungan maka tahanan geser horisontal terkoreksi dihitung sebagai berikut:
de 2 V ' = F'v bd e 3 d
Perencanaan Lentur
Sebagai alternatif, apabila seluruh sambungan terletak sejauh lebih dari 3d dari ujung balok maka tahanan geser horisontal terkoreksi dapat dihitung sebagai:
2 x 3d V ' = F'v bd e 1 + 6d 3 F'v bd e
Perencanaan Lentur
Tahanan puntir terkoreksi, Mt, dari suatu balok persegi panjang masif dihitung sebagai:
M t'
b adalah lebar penampang balok (ukuran sisi yang lebih kecil) d adalah tinggi penampang balok (ukuran sisi yang lebih besar) Ftv adalah kuat puntir terkoreksi
Untuk penampang balok tak persegi panjang, tahanan puntir terkoreksi dihitung berdasarkan analisis puntir elastis linier menggunakan Ftv sebagai kuat geser puntir maksimum.
Contoh 1
Rencanakan Sebuah Gelagar Jembatan kayu yang dipasang dengan cara sendi rol . panjang 4 meter dengan Jarak Antar Gelagar 1.25 meter dan beban yang terjadi adalah sebagai berikut : Beban Kendaraan Merata (D) = 0.5 KN/m2 Beban Terpusar (T) = 5 KN Kayu yang ada Jenis E15
Contoh 1
E15 Ft = 31 Mpa (tr) Koreksi Tahanan Lentur = 0.85 Geser = 0.75 Layan = 0.8 Fl =32x 0.8 x 0.85 = 21.76 Mpa Fv= 5.1x 0.8 x 0.75 = 3.06 Mpa
Data Kayu
Analisa Gaya
Beban Mati : Karena tidak ada Profil asumsikan Profil terlebih dahulu atau memberikan SF ke Beban Lain Beban Hidup Q = 0.5 KN/m2 x 1.25 =0.625 KN/m SF = 1.2 (asumsi ) Q = 0.75 KN/m Sendi Rol Momen = (1/8)Ql^2 = 1.5 KNm (Ce) Geser = QxL /2 = 1.5 KN Torsi = 0 Axial = tidak ada
Analisa Gaya
Beban Terpusat: T = 5 KN Sendi Rol Momen = (1/4)TL = 5KNm (Ce) Geser = P /2 = 2.5 KN Torsi = 0 Axial = tidak ada
Contoh 1
Beam Geser = 1.5 KN M maks = 1.5 KNm Q
Geser = 2.5 KN
M maks = 5 KNm
Geser= 4 KN
Contoh 1
Perhitungan
Mmaks = 6.5 KNm = 6.500.000 Nmm Geser = 4 KN = 4. 000 N Cek Terhadap Lentur Asumsi b = 2/3 h
Wx =(1/6)x (2/3)h x h^2= (1/9)h^3 Wx = Mmaks / Fl = 6500000/21.76
Cek Geser
V' = 2 F'v bd 3
Fv = (3/2) x V / (b.h) Fv = (3/2) x 4000 /(100 x 150) Fv = 0.4 N/mm^2
Qdead = 0.150 x 0.100 x 12 Q total = 0.18 + 0.5 = 0.68 KN/m2 Q merata =0.68 x 1.25 =0.85 KN/m M = 1.7 + 5 = 6.7 KNm
Contoh 1
Perhitungan
Mmaks = 6.7 KNm = 6.700.000 Nmm Geser = 4.2 KN = 4. 200 N Cek Terhadap Lentur Wx=(1/6) . 100 .150^2 = 375000 mm^3 Fl = M/Wx = 17.8 Mpa (OK)
Cek Geser
V' = 2 F'v bd 3
Fv = (3/2) x V / (b.h) Fv = (3/2) x 4200 /(100 x 150) Fv = 0.42 N/mm^2
Contoh 1
Lendutan
Lendutan
Lendutan akibat Q merata I = (1/12)x100x150^3 = 28125000 mm^4 E = 14000 = (5/384)(Q . L^4)/(EI) = (5/384) (0.85 x 4000^4) /(14000. 28125000) = 7.19 mm
Lendutan akibat P Terpusat I = (1/12)x100x150^3 = 28125000 mm^4 E = 14000 = (1/48)(P . L^3)/(EI) = (1/48) (5000 x 4000^4) /(14000. 28125000) = 16.9 mm
Total Lendutan = merata + terpusat = 24.09 mm Syarat L /250 = 4000 /250 = 16 mm ------- Tidak Aman di Lendutan, Ganti Profil
Balok Lengkung
Balok Lengkung
Tahanan momen balok melengkung berpenampang persegi panjang akibat beban terbagi rata simetris yang geometrinya menyudut serta non prismatis. dibatasi berdasarkan kondisi tegangan radial yaitu sebesar:
M = b (dc)2Fr/6Ksr
M adalah tahanan momen terkoreksi di tengah bentang, N-mm b adalah lebar komponen struktur, mm dc adalah tinggi penampang di puncak, mm Fr adalah kuat radial terkoreksi, MPa Fr = Frt bila tegangan radial adalah tarik, MPa Fr = Frc bila tegangan radial adalah tekan, MPa. (Frc harus diambil sama dengan Fc, kuat tekan tegak lurus serat terkoreksi, MPa)
Balok Lengkung
Ksr adalah faktor tegangan radial Ksr = Kgr [A + B (dc/Rm) + C(dc/Rm)2] = KgrKar A, B, dan C adalah konstanta-konstanta yang bergantung pada sudut permukaan atas yang non prismatis, T, dan harus diperoleh dari Tabel 10.6.2.2-1 Kgr = X Y (dc/Dm), adalah faktor reduksi yang bergantung pada bentuk komponen struktur yang ditentukan sesuai dengan Tabel 10.6.2.2-2. Rm adalah jari-jari kelengkungan komponen struktur di tengah-tinggi penampang, mm L/Lc adalah perbandingan antara panjang total komponen struktur terhadap panjang bagian komponen struktur yang melengkung dc/Rm adalah perbandingan antara tinggi penampang di tengah bentang terhadap radius tengah-tinggi komponen struktur
Balok Lengkung
Defleksi balok melengkung yang menyudut dan non prismatis di tengah bentang ditentukan menggunakan persamaan berikut:
c = 5wL4/32Ebdeb3
Keterangan: W L Ew b deb deb de dc B adalah beban kerja terdistribusi merata, dinyatakan dalam N/mm adalah panjang bentang, mm adalah modulus elastisitas lentur rerata terkoreksi, MPa adalah lebar, mm adalah tinggi efektif = (de + dc)(0,5 + 0,735 tan ) 1,41 (dc) tan B adalah tinggi penampang di ujung bentang, mm adalah tinggi penampang di tengah bentang, mm adalah kemiringan permukaan atas, derajat adalah kemiringan permukaan bawah di ujung, derajat
Balok Pelengkung
Balok Lengkung
Tahanan lentur nominal M = Mx = SxFbx Interaksi momen dan gaya aksial di pelengkung
Pu M bx P' + M ' 1,0 c b x
2
KOMBINASI
belaku untuk komponen struktur yang memikul: Beban lentur terhadap kedua sumbu utamanya dan/atau kombinasi beban lentur dan aksial, baik tarik maupu tekan; dan Kolom yang mengalami pembebanan eksentris. Pada butir ini faktor tahanan penampang, , ditentukan sebagai berikut: Lentur b = 0,85 Tarik sejajar serat: t = 0,80 Tekan sejajar serat c = 0,90
KOMBINASI
KOMBINASI
Tarik - Lentur
KOMBINASI
Tekan Lentur
KOMBINASI
b M 's
M uy
b M 'y
1,0
Sisi tekan (interaksi dengan gaya aksial tarik akan meningkatkan tahanan penampang terhadap tekuk torsi lateral):
d M ux Tu 6 + b M 'x M uy
b M 'y 1
M ux b M e
1,0
KONSOL PENDEK
Kolom tak terkekang atau bagian tak terkekang kolom dengan konsol pendek yang terletak di seperempat tinggi yang diatas, direncanakan terhadap dua beban ekivalen sebagai berikut: Pindahkan beban aksial yang bekerja pada konsol pendek, Pa, sedemikian sehingga bekerja sebagai beban konsentris pada ujung kolom, bersama dengan beban-beban konsentris lainnya yang bekerja di sepanjang kolom; dan Tambahan beban transversal, Ps, di tengah tinggi kolom tak terkekang atau bagian tak terkekang kolom dalam bidang yang ditinjau, dan besarnya:
Ps =
3eblbr Pa
2 lu
KONSOL PENDEK
Ibr adalah jarak dari bawah ujung kolom tak terkekang atau bagian tak terkekang kolom sampai sisi bagian atas konsol pendek, mm eb adalah eksentrisitas beban yang bekerja pada konsol pendek, yaitu jarak horisontal dari titik kerja beban ke titik pusat penampang kolom, mm Iu adalah panjang kolom tak terkekang untuk arah tekuk yang sesaui dengan arah momen pada konsol pendek, mm Selanjutnya, k9olom direncanakan sebagai komponen struktur balok-kolom Bila konsol pendek tidak terletak di seperempat tinggi yang diatas dari kolom tak terkekang atau bagian tak terkekang kolom maka harus dilakukan analisis yang rasional atau dihitung dengan persamaan (11.4-1) tapi dengan menggunakan nilai Ibr = 0,75 lu.
LENDUTAN
Batasan lendutan
Disamping alkibat deformasi komponen struktur, lendutan dapat terjadi krn pergeseran pada sambungan-sambungan. Untuk membatasi perubahan-perubahan bentuk struktur bangunan secara berlebihan, sehingga pergeseran masing-masing komponen struktur terjadi sekecil mungkin. Lendutan strukur bangunan akibat berat sendiri dan uatan tetap dibatasi sebagai berikut:
Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang terlindung, lendutan maksimum, fmax < 1/300 l. Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang tidak terlindung, lendutam maksimum, fmax < 1/400 l. Untuk balok-balok pada konstruksi kuda-kuda, antara lain gording dan kasau, lendutan maksimum, fmax < 1/200 l. Untuk struktur rangka batang yang tidak terlindung, lendutan maksimum, fmax < 1/700 l.
Diketahui sebuah kuda kuda dengan Panjang Bentang = 5 meter, Ketinggian = 1 meter. Jarak Antar Gording = 1.5 meter. Kayu Tipe E15. Bahan Atap = Genteng Metal. Posisi di Ketinggian 15 meter dr permukaan
Langkah Kerja Definisikan Detail Rencana Tentukan Beban yang Bekerja Desain Gording Tentukan Beban P per titik Gording Analisa Truss Desain Profil Recheck Beban P -- Jika Prencana < Psebenar lakukan analisa Truss Lagi
Jika Prencana > Psebenar analisa keekonomisannya
8.
Cek Lendutan
1.
3.
Kemiringan Atap
= .. Derajat
3.
Desain Gording
Kombinasi
P 1/2P
P 1/2P
Analisa Truss
Metode
Software Lendutan