Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Penentu gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik pula yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jenis pangan yang baik harus mempunyai ketahanan pangan dan keamanan pangan yang baik. Ketahanan pangan (food security) ini harus mencakup aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan kesinambungan. Aksesibilitas di sini artinya setiap rumah tangga mampu memenuhi kecukupan pangan keluarga dengan gizi yang sehat. Ketersediaan pangan adalah rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah tangga. Sedangkan keamanan pangan (food safety) dititikberatkan pada kualitas pangan yang memenuhi kebutuhan gizi. Ketahanan pangan merupakan basis ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional secara berkesinambungan. Namun. di Indonesia ketahanan pangan ini belum bisa terpenuhi secara optimal karena banyak masyarakat yang terkendala dengan kemiskinan. Kemiskinan ini yang mengakibatkan timbulnya penyakit gizi seperti marasmus, kwashiorkor, dll. Pada tingkat nasional, ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak, aman; dan didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya lokal. Pemenuhan kebutuhan pangan perlu adanya sistem ketahanan pangan yang handal, yang bertumpu pada optimalisasi pemanfaatan potensi keragaman sumber daya pangan lokal. Untuk mencapai ketahanan ekonomi dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap rumah tangga. Guna mewujudkan ketahanan pangan perlu memperhatikan tiga subsistem yang saling terkait, yaitu subsistem produksi (produsen/petani sebagai pelaku), subsistem konsumsi (konsumen sebagai pelaku) dan subsistem distribusi (distributor dan pedagang).

Subsistem distribusi merupakan faktor penentu pemerataan pemenuhan kebutuhan pangan di masyarakat untuk pemenuhan gizi yang baik. Apabila distribusi pangan tidak berjalan dengan baik maka akan menimbulkan berbagai masalah dalam masyarakat yang berdampak negatif. Maka perlu adanya penyusunan mekanisme distribusi yang baik agar dampak-dampak negatif tidak terjadi. Dalam subsistem distribusi terdapat pula beberapa factor yang mempengaruhi salah satunya adalah system pemasaran, apabila dalam distribusi sistem pemasarannya tidak efektif maka penyaluran bahan pada konsumenpun terhambat. Ketahanan pangan merupakan pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Hal ini dipandang strategis karena tidak ada negara yang mampu membangun perekonomian tanpa menyelesaikan terlebih dahulu masalah pangannya. Di Indonesia, sektor pangan merupakan sektor penentu tingkat kesejahteraan karena sebagian besar penduduk yang bekerja on-farm untuk yang berada di daerah pedesaan dan untuk di daerah perkotaan, masih banyak juga penduduk yang menghabiskan pendapatannya untuk konsumsi. Memperhatikan hal tersebut, kemandirian pangan merupakan syarat mutlak bagi ketahanan nasional. Salah satu langkah strategis untuk untuk memelihara ketahanan nasional adalah melalui upaya mewujudkan kemandirian pangan. Secara konsepsional, kemandirian adalah suatu kondisi tidak terdapat ketergantungan pada siapapun dan tidak ada satu pihakpun yang dapat mendikte atau memerintah dalam hal yang berkaitan dengan pangan.

B. Tujuan 1. Mengetahui pengertian ketahanan pangan menurut UU di Indonesia. 2. Mengetahui berbagai indikator dalam ketahanan pangan. 3. Mengetahui hubungan antara indikator tersebut dengan dimesi ketahanan pangan.

Anda mungkin juga menyukai