Anda di halaman 1dari 12

PERUT TERASA PENUH , DADANYA PANAS , BATUK DAN TERASA ASAM DI MULUT

Gastroesophageal reflux adalah gerakan terbalik pada makanan dan asam lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut. Gastroesophageal Reflux Disease

(GERD/Penyakit Refluks Gastroesofageal) adalah suatu keadaan patologis yang disebabkan oleh kegagalan dari mekanisme antireflux untuk melindungi mukosa esophagus terhadap refluks asam lambung dengan kadar yang abnormal dan paparan yang berulang. ETIOLOGI Penyakit gastroesofageal refluks bersifat multifaktorial. Hal ini dapat terjadi oleh karena perubahan yang sifatnya sementara ataupun permanen pada barrier diantara esophagus dan lambung. Sfingter Esofagus Bagian Bawah Aksi dari sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES) mungkin adalah faktor (mekanisme) yang paling penting untuk mencegah refluks (pengaliran balik). Esofagus adalah tabung yang berotot yang memanjang dari tenggorokan bagian bawah ke lambung. LES adalah cincin dari otot yang khusus yang mengelilingi ujung yang paling bawah dari esofagus dimana ia bergabung dengan lambung. Otot yang membentuk LES adalah aktif pada kebanyakan waktu. Ini berarti bahwa ia berkontraksi dan menutup jalan lintas dari esofagus kedalam lambung. Penutupan dari jalan lintas ini mencegah refluks. Ketika makanan atau air liur ditelan, LES mengendur untuk beberapa detik untuk mengizinkan makanan atau air liur untuk lewat dari esofagus kedalam lambung, dan kemudian ia menutup kembali. Beberapa kelainan-kelainan yang berbeda dari LES telah ditemukan pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD. Dua dari mereka melibatkan fungsi dari LES. Yang pertama adalah kontraksi LES yang lemahnya abnormal, yang mengurangi kemampuannya untuk mencegah refluks. Yang kedua adalah pengendoran-pengendoran (relaksasi-relaksasi) dari LES yang abnormal, yang disebut transient LES relaxations. Mereka adalah abnormal dalam bahwa mereka tidak menyertai menelan dan mereka berlangsung untuk waktu yang lama, sampai ke beberapa menit. Relaksasi-relaksasi yang berkepanjangan ini mengizinkan terjadinya refluks dengan lebih mudah. Transient LES relaxations (relaksasi-relaksasi LES yang sementara) terjadi pada pasienpasien dengan PRGE/GERD paling umum setelah makan ketika lambung digelembungkan

1|Page

dengan makanan. Transient LES relaxations juga terjadi pada indivdu-individu tanpa PRGE/GERD, namun mereka jarang Hiatal Hernia Hiatal hernias berkontribusi pada refluks, meskipun cara dimana mereka berkontribusi tidak jelas. Mayoritas dari pasien-pasien dengan PRGE/GERD mempunyai hiatal hernias, namun banyak yang tidak

mempunyai. Oleh karenanya, adalah tidak perlu untuk mempunyai hiatal hernia dalam rangka untuk mempunyai PRGE/GERD. Lebih dari itu, banyak orang-orang

mempunyai hiatal hernias namun tidak mempunyai PRGE/GERD. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana atau mengapa hiatal hernias berkembang. Normalnya, LES berlokasi pada tingkat permukaan yang sama dimana esofagus lewat dari dada melalui diafragma dan kedalam perut. Diafrgama adalah sekat horisontal yang berotot yang memisahkan dada dari perut. Ketika disana ada hiatal hernia, bagian kecil dari lambung bagian atas yang menyambung pada esofagus mendorong naik melalui diafragma. Sebagai akibatnya, sebagian kecil dari lambung dan LES terletak di dada, dan LES tidak lagi pada tingkat permukaan dari diafragma.Nampkanya bahwa diafragma yang mengelilingi LES adalah penting dalam mencegah refluks. Itu adalah, pada individu-individu tanpa hiatal hernias, diafragma yang mengelilingi esofagus berkontraksi terus menerus, namun kemudian mengendur dengan menelan, tepat seperti LES. Kontraksi-Kontraksi Esofagus Seperti disebutkan sebelumnya, menelan adalah penting dalam mengeliminasi asam dalam esofagus. Menelan menyebabkan kontraksi dari otot esofagus yang seperti gelombang cincin, yang menyempitkan lumen (rongga bagian dalam) dari esofagus. Kontraksi, dirujuk

sebagai peristalsis, mulai pada esofagus bagian atas dan berjalan ke esofagus bagian bawah. Ia mendorong makanan, air liur, dan apa saja dalam esofagus kedalam lambung.
2|Page

Ketika gelombang dari kontraksi cacat/tidak sempurna, asam yang dialirkan balik tidak didorong balik kedalam lambung. Pada pasien-pasien dengan PRGE/GERD, beberapa kelainan-kelainan dari kontraksi telah digambarkan. Catat bahwa merokok pada hakekatnya juga mengurangi pembersihan asam dari esofagus. Efek ini berlanjut untuk paling sedikit 6 jam setelah sigaret terakhir. Pengosongan Lambung Kebanyakan refluks-refluks sepanjang hari terjadi setelah makan-makan. Refluks ini kemungkinan disebabkan oleh relaksasi-relaksasi LES sementara yang disebabkan oleh penggelembungan lambung dengan makanan.Pengosongan lambung yang lebih perlahan memperpanjang penggelembungan lambung dengan makanan setelah makan-makan. Oleh karenanya, pengosongan yang lebih perlahan memperpanjang periode sewaktu mana refluks lebih mungkin terjadi. Faktor yang menyebabkan terjadinya reflux Pertambahan berat badan makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol, merokok tembakau. Obat-obatan tertentu. Dalam keadaan normal, jika kita menelan, maka klep esofagus bagian bawah klep yang memisahkan esofagus dengan ruangan lambung akan terbuka dan makanan dapat memasuki lambung. Setelah itu, klep tersebut akan menutup kembali. Jika klep tersebut gagal menutup, maka asam lambung akan masuk ke esofagus, sehingga timbullah GERD.Beberapa macam obat yang dapat mengganggu fungsi klep esofagus bawah antara lain :

Antikolinergik, seperti oksibutinin, hiosiamin, dan antidepresan tertentu. Sedatif dan transkualizer seperti diazepam atau temazepam. Teofilin Penghambat kanal kalsium dan nitrat. Progesteron Narkotik ((opioid) seperti kodein dan hidrokodon

Juga, beberapa suplemen obat dan makanan terutama yang digunakan secara terus menerus dapat meningkatkan peradangan yang telah terjadi pada GERD. Suplemen atau obat tersebut antara lain :

Suplemen kalium
3|Page

Suplemen besi Suplemen vitamin C Obat-obat NSAIDs (non-steroidal anti-inflammatory drugs) seperti aspirin dan ibuprofen.

Antibiotik seperti tetrasiklin

PATOFISIOLOGI Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi pada saat menelan, atau aliran retrograd yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangat rendah (< 3 mmHg). Refluks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme : 1. 2. 3. Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat Aliran retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan Meningkatnya tekanan intraabdominal

ANAMNESIS Satu anamnesis berkaitan sejarah dan perjalanan penyakit adalah penting untuk diagnosis yang tepat. Kaedah yang digunakan adalah secara auto anamnesis dengan bertanya terus kepada pasien. Dapat juga dilakukan alo anamnesis pada ahli keluarga pasien untuk mengetahui perjanalan penyakit. Pasien disoal samada mengalami/ menderita: Ada merasa nyeri atau tidak enak di bahagian epgastrium/ retrosternal bawah Rasa nyeri/ terbakar (heartburn) atau rasa tidak enak dibelakang tulang sternum yang merupakan gejala umum GERD. Ada mengalami kesulitan menelan(disfagia), sakit ketika menelan(odinofagia), mual dan rasa pahit di lidah. Timbul gejala esophageal seperti suara serak, laryngitis, batuk serta asma Nyeri yang dialami berlaku pada waktu bila. Kebiasannnya pasien GERD menderita nyeri pada waktu siang hari iaitu selepas makan. Ada juga yang menderita refluks semasa tidur.

4|Page

Menanyakan pasien samada merokok, kekerapan mengambil kafein, coklat, makanan berlemak, serta cara pemakaian pasien(ketat/ tidak),atau sedang mengikuti terapi obat-obat tertentu. Hal ini kerana faktor-faktor berikut dapat memperburuk gejala GERD yang dialami pasien. PEMERIKSAAN Fizik Pemeriksaan fisik tenggorokan dan larynx Pasien yang menderita GERD sering mempunyai simptom batuk, suara parau dan sakit tengorokan.Tanda tanda inflamasi pada larynx dan tenggorokan menunjukkan GERD Penunjang Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama, beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis GERD, yaitu : Endoskopi saluran cerna bagian atas Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di esophagus (esofagitis refluks). Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi dapat dinilai perubahan makroskopik dari mukosa esophagus, serta dapat menyingkirkan keadaan patologis lain yang dapat menimbulkan gejala GERD. Jika tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive reflux disease (NERD).Ditemukannya kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi yang dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi (biopsi), dapat mengkonfirmasikan bahwa gejala heartburn atau regurgitasi tersebut disebabkan oleh GERD.Pemeriksaan histopatologi juga dapat memastikan adanya Barretts esophagus, displasia, atau keganasan. Tidak ada bukti yang mendukung perlunya pemeriksaan histopatologi/biopsy pada NERD.Terdapat beberapa klasifikasi kelainan esofagitis pada pemeriksaan endoskopi pada pasien GERD, antara lain klasifikasi Los Angeles dan klasifikasi Savarry-Miller. Klasifikasi Los Angeles Derajat kerusakan A B Erosi kecil-kecil pada mukosa esophagus dengan diameter < 5 mm Erosi pada mukosa/lipatan mukosa dengan diameter > 5 mm tanpa saling berhubungan
5|Page

Gambaran endoskopi

C D

Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai/mengelilingi seluruh lumen Lesi mukosa esophagus yang bersifat sirkumferensial (mengelilingi seluruh lumen esophagus)

Esofagografi dengan barium Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen. Walaupun pemeriksaan ini sangat tidak sensitive untuk diagnosis GERD, namun pada keadaan tertentu pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dari endoskopi, yaitu pada stenosis esophagus derajat ringan akibat esofagitis peptic dengan gejala disfagia, dan pada hiatus hernia. Pemantauan pH 24 jam Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikroelektroda pH pada bagian distal esophagus. Pengukuran pH pada esophagus bagian distal dapat memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal. Tes Bernstein Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang transnasal dan melakukan perfusi bagian distal esophagus dengan HCl 0,1 M dalam waktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersifat pelengkap terhadap monitoring pH 24 jam pada pasien-pasien dengan gejala yang tidak khas. Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya dialami pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri, maka test ini dianggap positif. Test Bernstein yang negative tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasal dari esophagus. DIAGNOSIS Diagnosis Kerja Penyakit Refluks Gastro Esofageal (PRGE) atau GastroEsophageal Reflux Disease (GERD), umumnya dirujuk sebagai PRGE/GERD atau refluks asam (acid reflux), adalah kondisi dimana isi cairan dari lambung dimuntahkan/dialirkan kembali (refluxes) kedalam esofagus. Cairan dapat meradang dan merusak lapisan (menyebabkan esophagitis) dari esofagus meskipun tanda peradangan yang terlihat terjadi pada minoritas dari pasien-pasien. Cairan yang dimuntahkan biasanya mengandung asam dan pepsin yang dihasilkan oleh lambung. Pepsin dan empedu juga mungkin melukai esofagus, namun peran mereka dalam menghasilkan peradangan
6|Page

dan kerusakan esofagus adalah tidak sejelas peran dari asam. Cara yang biasa PRE/GERD didiagnosa adalah dengan gejala karakteristiknya, heartburn (rasa panas/nyeri di dada). Heartburn paling sering digambarkan sebagai perasaan terbakar dari sub-sternal (dibawah bagian tengah dada) yang terjadi setelah makan dan seringkali memburuk ketika berbaring (terlentang). Untuk mengkonfirmasi diagnosis, dokter sering merawat pasien dengan obat untuk menekan produksi asam oleh lambung. Jika heartburn kemudian berkurang banyak, diagnosis dari PRGE/GERD dipertimbangkan sebagai konfirmasi. Pendekatan membuat diagnosis ini pada basis dari respon gejala pada perawatan umumnya disebut percobaan therapeutic. Gejala-Gejala Dari PRGE/GERD Yang Tidak Menyulitkan Gejala-gejala dari PRGE/GERD yang tidak menyulitkan adalah terutama rasa panas/nyeri didada, muntah, dan mual. Gejala lain terjadi ketika ada komplikasi dari PRGE/GERD dan akan didiskusikan dengan komplikasi. a) Rasa Nyeri/Panas Di Dada (Heartburn) Ketika asam refluks (mengalir balik) kedalam esofagus pada pasien dengan PRGE/GERD, serat syaraf pada esofagus distimulasi. Stimulasi syaraf ini berakibat paling umum pada rasa panas/nyeri di dada (heartburn), nyeri yang adalah karakteristik dari PRGE/GERD. Heartburn biasanya digambarkan sebagai nyeri yang membakar ditengah dada. Ia mungkin mulai tinggi diatas perut dan mungkin meluas naik kedalam leher. Pada beberapa pasen, bagaimanapun, nyerinya mungkin tajam atau seperti tekanan, daripada rasa terbakar. Nyeri jenis ini dapat meniru nyeri jantung (angina). Pada pasien lain, nyerinya mungkin meluas ke belakang (punggung). Karena refluks asam adalah lebih umum setelah makan, heartburn adalah lebih umum setelah makan. b) Muntah Muntah adalah penampakan dari cairan yang dialirkan balik dalam mulut. Pada kebanyakan pasien dengan PRGE/GERD, biasanya hanya kwantitas yang kecil dari cairan memcapai esofagus, dan cairan menetap dalam esofagus bagian bawah. Adakalanya pada beberapa pasien dengan PRGE/GERD, kwantitas cairan yang lebih besar, adakalanya mengandung makanan, dialirkan balik dan mencapai esofagus bagian atas.

7|Page

c) Mual Mual adalah umum pada PRGE/GERD. Pada beberapa pasien, bagaimanpun, ia mungkin sering atau parah dan mungkin berakibat pada muntah. Faktanya, pada pasien dengan mual dan/atau muntah yang tidak dapat dijelaskan, PRGE/GERD adalah satu dari kondisi pertama yang dipertimbangkan. Adalah tidak jelas mengapa beberapa pasien dengan PRGE/GERD mengembangkan terutama rasa panas/nyeri di dada (heartburn) dan yang lain mengembangkan terutama mual. Diagnosis Diferensial Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya. Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera. Gejala-gejala perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, Mual, Muntah,Kehilangan selera, Kembung, Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan, Kehilangan berat bada. PENATALAKSAKNAAN Terapi Medikamentosa Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa GERD :
8|Page

Antasid Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah. Kelemahan obat golongan ini adalah rasanya kurang menyenangkan, dapat menimbulkan diare terutama yang mengandung magnesium serta konstipasi terutama antasid yang mengandung aluminium, penggunaannya sangat terbatas pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Antagonis reseptor H2 Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah simetidin, ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi. Obat-obatan prokinetik Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan sekresi asam. Metoklopramid Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena melalui sawar darah otak, maka dapat timbul efek terhadap susunan saraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia. Domperidon Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid karena tidak melalui sawar darah otak. Walaupun efektivitasnya dalam mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esophageal belum banyak dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepat pengosongan lambung. Cisapride Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepat pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik dibandingkan dengan domperidon. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat)
9|Page

Berbeda dengan antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara topikal (sitoproteksi). Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI) Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Golongan obatobatan ini bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat serta yang refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2.Umumnya pengobatan diberikan selama 6-8 minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan atau on-demand therapy, tergantung dari derajat esofagitisnya. Non-medikamentosa Operasi Obat-obat yang digambarkan diatas biasanya efektif dalam merawat gejala dan komplikasi dari PRGE/GERD. Meskipun demikian, adakalanya mereka tidak efektif. Prosedur operasi yang dilakukan untuk mencegah refluks secara teknik dikenal sebagai fundoplication dan disebut operasi refluks atau operasi anti-refluks. Sewaktu fundoplication, segala kantong hiatal hernial ditarik kebawah diafragma dan dijahit disana. Sebagai tambahan, bukaan (opening) pada diafragma yang melaluinya esofagus lewat diperketat sekitar esofagus. Akhirnya, bagian atas dari lambung yang berdekatan pada bukaan dari esofagus kedalam lambung dibungkus sekitar esofagus bagian bawah untuk membuat sfingter esofagus bagian bawah tiruan. Semua dari operasi ini dapat dilakukan melalui sayatan pada perut (laparotomy) atau menggunakan teknik yang disebut laparoscopy. Sewaktu laparoscopy, alat penglihat kecil dan alat-alat operasi dimasukan melalui beberapa tempat-tempat tusukan yang kecil pada perut. Prosedur ini menghindari keperluan untuk sayatan perut yang besar. Komplikasi yang paling umum dari fundoplication adalah menelan makanan yang menempel pada sfingter tiruan. Untungnya, penempelan biasanya adalah sementara. Jika itu bukan sementara, perawatan endoskopi untuk meregangkan (melebarkan) sfingter tiruan biasanya akan menghilangkan persoalan. Hanya adakalanya perlu untuk operasi kembali untuk merevisi operasi sebelumnya.
10 | P a g e

Endoskopi Baru-baru ini, teknik endoskopi untuk perawatan PRGE/GERD telah dikembangkan dan diuji. Satu tipe dari perawatan endoskopik melibatkan penjahitan area dari sfingter esofagus bagian bawah, yang pada dasarnya memperketat sfingter. Tipe kedua melibatkan aplikasi dari gelombang frekwensi radio pada bagian bawah dari esofagus tepat diatas sfingter. Gelombang menyebabkan kerusakan pada jaringan dibawah lapisan esofagus dan bekas luka atau parut (fibrosis) terbentuk. Bekas luka menyusut dan menarik jaringan sekitarnya, dengan demikian memperketat sfingter dan area diatasnya. Tipe ketiga dari perawatan endoskopik melibatkan suntikan dari material kedalam dinding esofagus pada area dari LES. Material yang disuntikan dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan pada LES dan dengan demikian mencegah refluks. Pada satu perawatan material yang disuntikan adalah polymer. Sayangnya, penyuntikan dari polymer menjurus pada komplikasi yang serius, dan material untuk suntikan tidak lagi tersedia. Perawatan yang lain melibatkan suntikan dari pellet-pellet yang dapat mengembang juga telah dihentikan. Informasi yang terbatas tersedia tentang tipe ketiga dari suntikan yang menggunakan gelatinous polymethylmethacrylate microspheres. Perawatan endoskopik mempunyai keuntungan dari tidak memerlukan operasi. Pencegahan Relaksasi LES Sementara Relaksasi LES sementara nampaknya menjadi cara yang paling umum dimana refluks asam tejadi. Meskipun tersedia obat yang mencegah relaksasi, mereka mempunyai terlalu banyak efek- sampingan untuk bermanfaat secara keseluruhan. Banyak perhatian sedang diarahkan pada perkembangan dari obat yang mencegah relaksasi ini tanpa penyertaan efek sampingan. Pencegahan Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bagian dari penatalaksanaan GERD, namun bukan merupakan pengobatan primer. Walaupun belum ada studi yang dapat memperlihatkan kemaknaannya, namun pada dasarnya usaha ini bertujuan untuk mengurangi frekuensi refluks serta mencegah kekambuhan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam modifikasi gaya hidup adalah meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum tidur dengan tujuan untuk meningkatkan bersihan asam selama tidur serta mencegah refluks asam dari lambung ke
11 | P a g e

esophagus, berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol karena keduanya dapat menurunkan tonus LES sehingga secara langsung mempengaruhi sel-sel epitel, mengurangi konsumsi lemak serta mengurangi jumlah makanan yang dimakan karena keduanya dapat menimbulkan distensi lambung, menurunkan berat badan pada pasien kegemukan serta menghindari pakaian ketat sehingga dapat mengurangi tekanan intraabdomen, menghindari makanan/minuman seperti coklat, teh, peppermint, kopi dan minuman bersoda karena dapat menstimulasi sekresi asam, jikan memungkinkan menghindari obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES seperti antikolinergik, teofilin, diazepam, opiate, antagonis kalsium, agonis beta adrenergic, progesterone. PROGNOSIS Prognosis dari penyakit ini baik jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan yang diberikan benar pilihan dan pemakaiannya. Pada kasus-kasus dengan esofagitis grade D dapat masuk tahap displasia sel sehingga menjadi Barrets Esofagus dan pada akhirnya Ca Esofagus. GERD dan Asma Banyak penelitian yang membahas hubungan antara GERD dan asma tetapi sampai saat ini masih belum ada kesimpulan yang jelas apakah GERD yang dapat menjadi penyebab terjadinya asma ataukah asma yang menjadi penyebab GERD. Yang banyak dijumpai pada pasien GERD dengan riwayat asma adalah bahwa GERD dapat memperburuk serangan asma. Begitupun penyakit asma dan beberapa obat nya juga dapat memperburuk gejala yang dialami. Ada beberapa kemungkinan GERD dapat menjadi penyebab serangan asma : 1. Asam lambung yang mengalir balik ke esophagus juga mengiritasi j kerongkongan, jalan nafas atau bahkan paru-paru. Sehingga menyebabkan sulit untuk inhalasi (bernafas) dan juga menyebabkan batuk yang terus-menerus. 2. Asam lambung yang sampai ke esophagus menyebabkan saraf reflex disekitarnya terangsang menyebabkan tertutupnya jalan nafas untuk mencegah asam lambung masuk kedalaam saluran nafas tersebut. Penutupan saluran nafas sementara ini mengakibatkan nafas yang pendek-pendek

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai