Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI KASUS ILMU KESEHATAN ANAK IDENTITAS : PUGUH DANU S (20070310145)

Pengalaman : Pasien perempuan 15 tahun 3 hari SMS mengalami panas yang mendadak tinggi disertai badan menggigil sebelum panas tinggi. Sendi-sendi terasa pegal, pasien mual, muntah, BAB +, BAB cair -, BAK + warna air kencing kekuningan, tidak ada nyeri saat BAK , pasien tidak batuk dan tidak pilek, tidak ada nyeri perut, dua hari SMRS Pasien masih panas, panas turun pada siang hari tapi tidak mencapai suhu normal. Oleh ibu, pasien dibawa ke puskesmas mendapat terapi penurun panas dan infuse,saat di puskesmas pasien dilakukan rumple test akan tetapi hasil negative, mual, muntah masih terasa sekitar > 3x sehari, muntah yang isinya adalah air dan makanan. BAB +, BAB cair -, BAK +, HMRS pagi hari saat di Puskesmas pada kedua kaki pasien muncul bintik-bintik merah mulai jam 5 pagi,semakin siang bintik-bintik merah semakin banyak, pasien tetap panas tinggi, mual dan muntah masih ada, sendi-sendi pasien sudah tidak terasa pegal, tidak ada nyeri perut. Pasien akhirnya dirujuk ke RSUD Panembahan Senopati. Riwayat keluarga dan tetangga sekitar dengan demam berdarah positif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110 / 70 mmHg, nadi 86 x/mnt, Respirasi 24x/mnt, suhu 36.1 oC. Berat badan 33 kg, tinggi badan 150 cm. Keadaan umum pasien lemahb kesadaran compos mentis. Pemeriksaan kepala sampai leher tidak terdapat udem palpebra, lain lain dalam batas normal. Jantung dalam batas normal. Pulmo dalam batas normal. Abdomen terdapat asites, distended, hepar teraba, terdapat nyeri tekan. Ekstremitas terdapat rash. Pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan angka trombosit hingga 29.000 mm3 pada hari ke lima di rumah sakit serta peningkatan hematokrit hingga 41 %. Masalah yang dikaji : Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Anak Usia 15 Tahun Pembahasan : Demam berdarah merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Dua teori yang banyak dianut dalam menjelaskan patogenesis infeksi dengue adalah hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory) dan hipotesis immune enhancement. Menurut hipotesis infeksi sekunder yang diajukan oleh Suvatte, 1977 sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa. Hipotesis immune enhancement menjelaskan menyatakan secara tidak langsung bahwa mereka yang terkena infeksi kedua oleh virus heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat. Antibodi herterolog yang telah ada akan mengenali virus lain kemudian membentuk kompleks antigen-antibodi yang berikatan dengan Fc reseptor dari membran leukosit terutama makrofag. Sebagai tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya pada penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan dan kedua adalah jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi cairan adalah untuk mengganti kehilangan cairan di ruang intravaskular, pada dasarnya baik kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) maupun koloid dapat diberikan. Dibandingkan cairan kristaloid, cairan koloid memiliki beberapa keunggulan yaitu: pada jumlah volume yang sama akan didapatkan ekspansi volume plasma (intravaskular) yang lebih besar dan bertahan untuk waktu lebih lama di ruang intravaskular. Dengan kelebihan ini, diharapkan koloid memberikan oksigenasi jaringan lebih baik dan hemodinamik terjaga lebih stabil Kesimpulan Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, yang menyebabkan kehilangan cairan sehingga terapi cairan pada DBD diberikan dengan tujuan substitusi kehilangan cairan akibat kebocoran plasma. Dalam terapi cairan, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah: jenis cairan, jumlah serta kecepatan, dan pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris untuk menilai respon kecukupan cairan. Pada pasien diberikan cairan kristaloid maintanance 3 cc/kgbb. Referensi Sumarmo Poorwosoedarmo, Dengue Shock Syndrome, dalam Buku Demam Berdarah Dengue (Sepuluh Tahun Penelitian pada Anak di Jakarta),Erlangga, Jakarta, 2010 : 249-257., Pasaribu S, Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue, Cermin Dunia Kedokteran, 2011 : 39-43. Direktorat Jenderal P2M PLP, Dep. Kes. RI, Tatalaksana Demam Dengue / Demam Berdarah Dengue, 2009.

Anda mungkin juga menyukai