PENGEMBANGAN RANCANGAN AGITATOR UNTUK MENGOPTIMUMKAN ALIRAN BAHAN PADA ALAT PENGERING PATI SAGU MODEL AGITATED-VIBRO CROSS FLOW FLUIDIZED BED (AGROCFFB)
1)
3)
Jurusan Teknologi Pertanian, Fapertek Universitas Negeri Papua Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Papua Barat 98314 E-mail: a_jading@yahoo.com
ABSTRAK
Pati sagu basah adalah bahan atau partikel yang termasuk dalam bahan kohesif, namun dapat dikeringkan secara fluidisasi. Untuk mencapai proses tersebut, maka dilakukan proses pengadukan dan pengayakan. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan rancangan, pembuatan, dan pengujian agitator pada alat pengering pati sagu model AGROCFFB.Tahapan penelitian meliputi perancangan dan pembuatan silinder, pengaduk (agitator), sistem transmisi, dan tenaga penggerak. Penelitian ini merupakan pengembangan dari rancangan pengaduk sebelumnya (secara manual) pada alat pengering pati sagu model agitated cross flow fluidized bed. Diameter silinder 30cm, panjang 200 cm, silinder dirancang secara bertingkat. Pengujian awal pada agitator menggunakan pati sagu basah. Hasil uji coba menunjukkan bahwa agitator mampu mengalirkan bahan secara optimum dengan lama pengadukan 3 menit dengan persentase 99% pati sagu keluar dari silinder pengering. Selain itu juga dilakukan pengukuran suhu menggunakan bahan bakar biomassa tempurung kelapa dan kadar air pati sagu. Jumlah bahan bakar yang digunakan sebanyak 20 kg, lama pembakaran 210 menit, suhu yang dihasilkan dalam silinder 60oC (bagian atas), dan 60oC (bagian bawah), dan suhu lingkungan 30oC. Kata kunci: Agitator, Agro Cross Flow Fluidized Bed, Aliran Bahan, Pati Sagu
PENDAHULUAN
Potensi pati sagu di Indonesia sangat menjanjikan, menurut Yamamoto (2004) dalam Jong dan Widjono (2007) menyebutkan bahwa beberapa jenis sagu mampu menghasilkan lebih dari 700 kg pati kering per pohon, sehingga secara teoritis setiap hektar dengan 100 pohon dapat menghasilkan 70.000 kg (70 ton) pati sagu kering. Potensi ini belum dimanfaatkan secara baik, khususnya di Papua dengan luas tanaman sagu 1,2 juta hektar baik yang tumbuh secara liar ataupun sengaja dibudidayakan dari total 1,4 juta hektar luasan sagu di Indonesia (Flach, 1997). Berdasarkan potensi tersebut diatas, maka dapat dihasilkan pati sagu kering yang dapat di manfaat untuk berbagai macam produk olahan berbasis sagu. Produk pati sagu kering dapat ditingkatkan apabila pengolahan bahan baku sagu dapat dimaksimalkan serta adanya dukungan sumberdaya manusia, serta alat dan mesin pengolahan pati sagu, termasuk alat pengering buatan. Perkembangan alat pengering pati sagu, mulai dari pengering alami dan buatan dapat di lihat pada Tabel 1. Pengering alami pada umumnya masih digunakan, namun terkendala pada
463
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012] kondisi cuaca yang tidak menentu. Sedangkan pengering buatan model flash dryer membutuhkan biaya investasi yang mahal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut menghasilkan pati sagu kering, maka diperlukan peralatan pengering buatan yang dapat bekerja secara baik, dan mudah diaplikasikan di masyarakat. Salah satu alat pengering yang dikembangkan untuk pengeringan pati sagu adalah alat pengering model fluidized bed (Jading dan Gultom, 2007; Jading dkk, 2009; Jading dkk, 2010, Jading dkk 2011). Tabel 1. Perkembangan alat pengering pati sagu No Jenis Alat Pengering Tahun 1 2 3 4 5 Alami/Konvensional tenda plastik Flash Dyer (Tikar dan 2007
Cross Flow Fluidized Bed Bertenaga 2009 Surya dan Tungku Biomassa Agitated-Vibro Fluidized Bed Dryer 2010-2011
Kapasitas Sumber (kg/proses) Haryanto dan Pangloli, 1992 Haryanto dan Pangloli, 1992 1 Jading dan Gultom, 2007 50 Jading dkk, 2009 50 Jading dkk, 2009; Jading dkk, 2011
Alat pengering pati sagu model fluidized bed masih mengalami beberapa kelemahan selama proses pengeringan, karena pati sagu termasuk dalam golongan cohesive (C) sesuai dengan Geldart Chart, sehingga memiliki sifat yang lengket atau aglomerasi (aglomeration) mengakibatkan perpindahan panas selama pengeringan tidak merata, dan distribusi aliran bahan agak terhambat (Jading dkk, 2011b.). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dikembangkan alat pengaduk (agitator) yang berfungsi untuk memecahkan gumpalan-gumpalan pati sagu basah sehingga terjadi pemisahan selama proses pengeringan (Jading dkk, 2011.b). Agitator ini mampu mempercepat proses pengeringan, namun masih digerakkan secara manual dengan konstruksi yang masih sederhana sehingga perlu dilakukan penyempurnaan rancangan dan unjuk kerja yang baik. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan rancangan agitator dan melakukan pengujian pada alat pengering pati sagu model AGROCFFB.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang sedang dilakukan oleh Jading dkk (2012.a), serta pengembangan dari agitator yang telah dibuat sebelumnya oleh Jading dkk (2011.b). Bahan yang digunakan untuk agitator adalah adalah pelat besi 2.3 mm, besi poros berdiameter 2.54 cm, besi siku 40x40B, baut mur, cat, dan lain-lain. Sedangkan untuk pengujian agitator menggunakan pati sagu basah dengan kadar air awal 45% bb (basis basah). Peralatan yang digunakan meliputi peralatan perbengkelan, thermocouple, timbangan analitik, dan stopwatch, serta beberapa peralatan pendukung lainnya. Sumber udara pengering menggunakan tungku biomassa berbahan bakar tempurung kelapa serta dilengkapi dengan blower bertenaga motor listrik 1 HP yang telah dirancang oleh Jading dkk (2012.b) . Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu perancangan, dan pengujian kinerja agitator. Perancangan dilakukan dengan metodologi engineering design method. Menurut Siregar (2006) engineering design method adalah langkah kegiatan dalam teknik merancang
464
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012] dan konstruksi peralatan proses pengeringan yang terdiri dari langkah pengumpulan data dan informasi, perancangan global, perancangan detail, konstruksi, pengujian, dan perbaikan. Perancangan Agitator pada Alat pengering AGROCFFB Perancangan dan pembuatan agitator dalam penelitian ini adalah pengembangan dari agitator yang telah dibuat oleh Jading dkk (2011.b). Model pengaduk adalah silinder dan piringan (disc and cylinder). Diameter silinder 30 cm, panjang total 400 cm, terpasang secara bertingkat, dengan panjang masing-masing silinder 200 cm. Silinder dilengkapi dengan pengaduk model piringan. Jumlah piringan adalah 40 buah, masing-masing 20 buah per silinder. Setiap piringan dihubungkan dengan besi poros (as) berdiameter 2.54 cm sepanjang 200 cm. Untuk menggerakkan piringan pengaduk poros dihubungkan dengan motor penggerak 3 fasa yang telah dilengkapi sistem transmisi (gear box) dengan perbandingan putaran 1:100. Kapasitas silinder yang akan dirancang adalah 100-500 kg pati basah per proses, hal ini disesuaikan dengan kondisi produksi sagu oleh masyarakat. Menurut Tarigan dan Ariningsih (2007), kapasitas alat pengering pati sagu yang terlalu besar sulit digunakan di masyarakat karena memerlukan bahan baku dan bahan bakar yang banyak. Jumlah kebutuhan udara pengering dalam silinder pengeringan dihitung atas dasar kapasitas optimum bed pengering, kadar air awal pati sagu, kadar air akhir (final) pati sagu, panas penguapan air pada suhu pengeringan, dan waktu pengeringan (Jading dkk, 2011.b). Skema rancangan agitator pada alat pengering AGROCFFB dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema rancangan agitator pada alat pengering AGROCFFB Pengujian Kinerja Agitator Pengujian kinerja agitator dilakukan untuk mengetahui aliran bahan yang keluar dari silinder pengaduk, dan banyaknya pati sagu yang keluar dan tersisa dalam silinder pengaduk. Untuk menghitung persentase besarnya pati sagu yang keluar dari silinder agitator dapat dihitung dengan persamaan:
% BBK = BBK x100% BBA
dimana BBK adalah berat bahan keluar (kg), BBA berat bahan awal (kg) Selain itu juga dilakukan pengukuran suhu dalam silinder agitator menggunakan Termometer digital KW06-291 dengan batas temperatur antara 20oC 750oC. Sedangkan pengukuran kadar air bahan menggunakan grain moiture meter KW06-404 dengan batas C31 untuk produk tepung-tepungan. Teknik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah secara tabulasi, dan visualisasi (Gambar), kemudian dibahas secara deskriptif.
466
Pengujian Alat Pengering ACFFB Pengujian agitator meliputi proses pengadukan dan aliran bahan untuk mengetahui jumlah pati sagu yang keluar dari dalam silinder, pengujian suhu dalam silinder pengaduk, dan pengukuran kadar air pati. Pengujian dilakukan sebanyak 3 (tiga) dengan perulangan 1 (satu) kali. Hasil pengukuran dapat ditunjukkan pada masing-masing Tabel 2, 3 dan 4.
Tabel 2. Hasil pengujian aliran bahan dalam silinder Agitator Berat awal pati Lama Putaran silinder sagu (input) pengadukan pengaduk (Kg) (menit) (Rpm) 19 33 10 3 3 3 15 15 15
Pada Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian proses pengadukan pati sagu dalam silinder pengaduk. Berdasarkan persamaan [1], maka banyaknya bahan yang keluar dalam silinder pengaduk pada masing-masing perlakuan adalah 0.53%, 0,49%, dan 99%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada pengujian pertama dan kedua sisa bahan yang tertinggal dalam silinder sangat banyak, hal ini disebabkan piringan agitator tidak dapat bekerja dengan baik karena jarak antara sisi silinder dengan ujung piringan sangat renggang (terdapat celah) menyebabkan bahan tidak terdorong keluar secara keseluruhan. Data pengujian ketiga menunjukkan kinerja piringan agitator sangat optimum, walapun masih ada pati sagu yang tersisa dalam silinder agitator, karena pada masing-masing sisi piringan agitator telah ditambahkan dengan sirip pengaduk yang terbuat dari besi plat dan karet tahan panas. Sirip ini membersihakan sisa pati dan mendorong keluar dari silinder pengaduk.
Tabel 3. Hasil pengujian Suhu dalam silinder agitator Berat Bahan Lama Suhu pada pipa Bakar (Kg) Pembakaran keluaran tungku (menit) (oC) 20 20 20 210 210 210 69 68 69
467
Data pada Tabel 3 menunjukkan suhu dalam silinder pengering, serta lamanya penggunaan bahan bakar. Suhu keluaran tungku telah memenuhi syarat untuk suhu pengeringan pati sagu. Pati sagu dapat dikeringkan pada suhu 60-70oC secara langsung mengenai pati sagu basah (Jading dkk, 2011.b). Sedangkan percobaan 1 dan 2, suhu pengering dalam silinder agitator masih rendah dan belum memenuhi standar suhu pengeringan pati sagu, namun pada pengujian ketiga suhu dalam silinder agitator telah mencapai suhu pengeringan pati sagu. Penyebab rendahnya suhu pada percobaan 1 dan 2 karena posisi blower yang tidak dapat mendorong udara panas pada tungku biomassa kedalam silinder agitator. Pada percobaan 3, posisi tungku telah diubah pada posisi menghisap udara panas dari tungku kemudian mendorong udara panas tersebut kedalam silinder agitator secara langsung melalui saluran udara menggunakan pipa besi berdiameter 3.81 cm. Sedangkan pembakaran
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012] bahan bakar (tempurung kelapa) dalam tungku selama 210 menit yang mampu menghasilkan suhu pengering dengan konstan. Tabel 4. Hasil Pengukuran Kandungan Kadar Air pati sagu
Berat awal pati sagu (input) (Kg) 19 33 10 Lama pengadukan (menit) 210 210 9 Kadar Air Awal Pati Sagu (%wb) 23.0 23.0 20.0 Suhu dalam Silinder Agitator 1 (oC) 46 58 60 Suhu dalam Silinder Agitator 2 (oC) 52 58 60 Kadar air awal pati sagu (% wb) 19.0 17.0 11.3
Hasil pengujian kadar air pati sagu pada Tabel 4, menunjukkan bahwa kadar air akhir pati sagu dapat tercapai pada pengujian 3 yaitu 11.3 %wb sesuai dengan standar mutu kadar air pati sagu serta waktu pengeringan lebih singkat.
DAFTAR PUSTAKA
Flach, M.1997. Sago Palm Metroxylon sagu Rottb. Promoting the conservation and use of underutilized and neglected crops 13. Institute of Plant Genetics and Crop Plant Research, Rome, Italy.
Geldart D., 1973, Types of Gas Fluidization. Powder Technology, 7. 285-92. Haryanto B. dan Pangloli P., 1992, Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius. Jogjakarta. Jading, A., Wilson, P.A., P. Payung., E.F. Tethool. 2012(a). Modifikasi Rancangan Pengering Pati Model Agitated-Vibro Fluidized Bed (AGROCFFB) Bertenaga Biomassa Untuk Produksi Pati Berbasis Sagu dan Umbi-umbian di Papua Barat. LAporan Kemajuan. Lemlit Universitas Negeri. Manokwari.
468
469