Anda di halaman 1dari 296

Tanggung 'awab Global: Dasar Bersama bagi Dialog Antar-Agoma

135

adilan kognitif' harus dilaksanakan. Kalau suara dari kaurn tak bersuara tidak didengar, percakapan akan kandas dan rasionalitas kita tak ada artinya. Hanya dengan cara dernikian, dialog menjadi cukup luas dan serius. Mengenal suara mereka yang tersingkir dari pereakapan - mereka yang tak
bersuara karena kernatian, kelaparan, atau mstorsi sistematis atas kehidupan sasial dan palitik mereka - merupakan cora penting yang dengan-

nya percakapan yang paling luas bisa terjadi, suatu keluasan yang perlu agar kebenaran penalaran bisa terjadi dan dilestarikan (Mark Taylor 1990. 64. eetak mirlng dari saya). Gleh karena itu, suara korban yang tersingkir - tennasuk mereka yang berbicara atas nama Bumi yang dikorbankan - memiliki tempat terhormat dalam dialog, bukan karena mereka begitu berbeda tetapi karena perbedaan mereka menantang dan, seperti terungkap sebelumnya, bisa merusak atau mengalihkan kesadaran kita. "Pentinglah untuk menjadikan komunitas dialog seinklusif mungkin. Seseorang tidak bisa sekadar bergantung pada bukti eksperiensial sebagai jaminan untuk kebenaraJ).; interpretasi atas berbagai paradigma dan tradisi yang saling berlawanan harus dibawa ke dalam dialog dan percakapan bersama dengan suara mereka yang terabaikan dan sering ditindas" [Fiorenza 1991, 137). Secara paradoks, agar bisa memperoleh "gambaran menyelurub", kita harus mengamati bagian-bagian yang sama sekali tidak penting atau tidak diperhatikan dari suatu gambar. Sementara semua bagian memang penting untuk menyusun satu kesatuan menyelurub, ada beberapa bagian tertentu yang bisa dijadikan kunci untuk mengetahui pola keseluruban. Seperti kata teolog India S. Arokiasamy: "Komitmen moral terhadap martabat setiap pribadi manusia (saIVodaya) diperantarai oleh pilihan yang kritis terhadap yang terakhir dan terkecil (antyodaya)" (Arokiasamy 1987, 547). Tempat istimewa bagi yang tersingkir, tertindas dan yang menderita bisa diperdebatkan, seperti dijelaskan di atas, dari segi jumlah penderita yang begitu besar dan juga dari kenyataan bahwa ia mewakili pengalaman dari seperempat umat manusia. Jumlah yang begitu besar harus teTWakilkan dalam dialog antar-agama. Tetapi bukan hanya jumlah pengalaman penderitaan ini yang membuatnya penting. Juga isi atau kualitas pengalaman dari penderitaan dan ketersingkiran secara tidak adil yang memungkinkan para korban mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh mereka yang mapan. Hal ini menyangkut pengalaman luas para korban

Anda mungkin juga menyukai