Disusun oleh:
Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
DAFTAR ISI
2
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Homiletika
Istilah Homiletika berasal dari kata Yunani “Homilein”, yang mempunyai arti dasar
“bercakap-cakap” (dalam Perjanjian Baru, istilah ini dipakai sebanyak empat kali: Lukas
24:14-15, Kisah Para Rasul 20:11, 24:26). Dari istilah inilah timbul kata sifat homiletika,
yang dapat diartikan sebagai ilmu (seni) berbicara di hadapan orang banyak supaya
pokok bahasan yang disampaikan dapat disajikan dengan cara yang jelas dan
berkuasa.
Secara umum Teologi dibagi ke dalam empat rumpun sebagaimana terbaca dari tabel
berikut.
Teologi Biblika bertugas menggali arti dan makna yang benar serta kebenaran-kebenaran
yang ada di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai pegangan iman.Teologi
Sistimatika bertugas menemukan, merumuskan dan mempertahankan dasar iman sambil
menyelidiki cara dan pengalaman iman, dalam berpikir dan bertindak terhadap obyek
yang bersifat dogmatis.Teologi Historika bertugas mengikuti dan menyelidiki
perkembangan pengajaran dan sejarahnya, gereja dan sejarahnya. Teologi Praktika
bertugas memikirkan dan melancarkan cara penyampaian iman dalam usaha pemberitaan
3
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
agar relevan dan mengena. Pendeknya, teologi ini bertugas untuk memikirkan
bagaimana ketiga rumpun teologi tersebut (Biblika, Sistimatika, Historika) dapat
memaknai hidup manusia.
Dari pembacaan tabel tersebut di atas, jelaslah posisi Homiletika (ilmu berkhotbah) ada
di bawah rumpun (disiplin) teologi praktika.
a. Perjanjian Lama
Ada enam kata Perjanjian Lama yang berkaitan dengan pemberitaan (khotbah).
4
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
orang melihat segala sesuatu dengan jelas, yang belum mereka lihat
sebelumnya.
b. Perjanjian Baru
Ada tiga kata dalam Perjanjian Baru yang berhubungan dengan khotbah.
5
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Dari istilah-istilah di dalam Alkitab tersebut di atas, kita dapat merumuskan khotbah
sebagai berikut. Khotbah adalah Uraian yang diucapkan kepada orang banyak
tentang Firman Allah, yang dikerjakan dengan cermat dan dengan tujuan untuk
meyakinkan orang.
Dari rumusan tersebut, kita melihat adanya unsur-unsur khotbah sebagai berikut.
6
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Khotbah adalah suatu unsur yang esensial dalam ibadah jemaat, dengan mengingat:
4.1. Dalam khotbah terdapatlah komunikasi yang nyata antara Allah dengan umat-Nya
secara keseluruhan.
4.2. Tujuan khotbah terarah kepada kemajuan iman dan buah iman dari para
pendengarnya.
4.3. Khotbah adalah suatu bentuk yang telah ditentukan oleh Allah sendiri (Roma
10:6-17, yang disusun oleh rasul Paulus secara terbalik - Hasilnya dikemukakan
terlebih dahulu, baru kemudian melihat ke belakang untuk menemukan sebab-
sebabnya).
7
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
4.4. Ditinjau dari sudut para pendengarnya, maka pastikanlah bahwa waktu yang telah
disediakan oleh mereka, tidak terbuang secara sia-sia. Misalnya jumlah yang hadir
dalam khotbah anda adalah 100 orang, dan lamanya anda berkhotbah 45 menit.
Maka anda mendapatkan bahwa jemaat yang hadir tersebut, telah menyediakan
waktu 4.500 menit (75 jam) untuk mendapatkan makanan rohani.
Ini baru satu kali khotbah dengan 100 jemaat yang hadir. Nah, bila lebih??!
Khotbah yang baik adalah khotbah yang berhasil, mendatangkan transformasi atau
perubahan/pembaharuan di pihak para pendengarnya. Untuk tercapainya khotbah yang
baik, diperlukan syarat-syarat tertentu, yakni:
5.1. Disampaikan dengan kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 4:31, 1 Korintus 2:4-5,
2 Korintus 3:6, 2 Korintus 4:3-4, 1 Tesalonika 1:15). Roh Kudus-lah yang dapat
menyadarkan orang (Yohanes 16:8), memimpin orang kepada kebenaran (Yohanes
16:13), dan memberi hikmat untuk mengenal kehendak Allah secara benar (Efesus
1:17).
a. Terhadap Pengkhotbah:
5.4. Menarik
Isinya berbobot, relevan dengan kebutuhan para pendengar, sistimatis, logis,
contoh-contohnya tepat, dan penerapannya jitu.
8
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
6. Kepribadian Pengkhotbah
Berkhotbah adalah suatu pekerjaan yang mulia dan terhormat (1 Timotius 5:17, Ibrani
13:7). Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pengkhotbah yang baik, dituntut
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
6.4. Terpanggil
Pada dasarnya setiap orang yang telah diselamatkan wajib bersaksi
(memberitakan Injil). Namun untuk menjadi seorang pengkhotbah
professional, kita harus terpanggil oleh Allah (Kisah Para Rasul 13:2-3), yang
kemudian disahkan oleh majelis/pengurus gereja (1 Timotius 1:18, 4:14).
Hasilnya akan timbul kepercayaan orang banyak untuk mendengarkan
pemberitaannya.
9
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
6.8. Berwatak
Memiliki kepribadian yang kuat, yang berakar pada kebenaran, dan tidak menjadi
Plagiator (menjadi sosok orang lain yang sedang terkenal/populer).
6.9. Terdidik
Seorang pengkhotbah seharusnya memiliki pendidikan yang memadai, apalagi
mengingat perkembangan jaman di mana orang harus terus belajar sepanjang
hidupnya. Hal ini penting sekali agar si pengkhotbah tetap dapat get in touch
dengan perkembangan dunia post-modern yang kian kompleks, sehingga khotbah-
khotbahnya tidak menjadi kering, melainkan tetap up to date.
Kristus sendiri mendidik para murid-Nya selama kurang lebih 3 tahun, sebelum
Ia mengutus mereka untuk keluar mengajar, Markus 3:14, Kisah Para Rasul 4:13.
Dengan demikian, metode improvisasi atau pun semboyan Let The Holy Spirit
Teaches Us tidaklah tepat untuk diterapkan secara umum. Sebab bila
demikian, dapat mendatangkan kemalasan. Lihatlah kepada Kristus! Ia belajar
tentang Firman Allah, bukan sekedar menerima saja dari Bapa-Nya.
10
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Perlu kita camkan betul, bahwa memelihara tubuh dengan baik tidak identik
dengan memanjakannya!!! Rasul Paulus menekankan bahwa kita wajib
mempersembahkan tubuh kita sebagai kurban yang kudus di hadapan Allah
(Roma 12:1-2, 1 Korintus 9:27).
Kita telah mengetahui bahwa untuk sebuah khotbah biasanya dipakai bagian-bagian
tertentu dari Alkitab. Hal ini sesuai dengan pengertian bahwa khotbah itu terikat pada
Alkitab. Kebiasaan untuk mendasarkan khotbah atas bagian-bagian Alkitab juga sudah
ada di dalam Sinagoge Yahudi (Lukas 4:16-22, Kisah Para Rasul 13:15).
Cara tersebut kemudian diambil-alih oleh gereja purba. Dari seorang penulis, Yustinus
Martyr, kita mengetahui bahwa dalam ibadah-ibadah biasa diadakan pembacaan
kenang-kenangan dari para rasul dan kitab para nabi. Juga para bapa gereja yang lain
seperti Origenes dan Chrysostomos serta Augustinus menekankan bahwa khotbah
harus sepenuhnya berdasarkan Alkitab !
Lalu, timbul masalah: Alkitab terdiri atas 1.189 pasal, 31.000 ayat. Bagaimana
caranya kita memilih nats untuk khotbah kita???
11
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
7.2. Gereja menentukan pemilihan nats, dan pengkhotbah tinggal mengikutinya saja.
Hal ini banyak dilakukan oleh gereja-gereja yang bercorak Protestan (misalnya
HKBP dan GPIB). Sistim ini berasal dari Sinagoge, dengan maksud agar jemaat
dapat mendengar Alkitab diberitakan secara sistimatis dan menyeluruh.
Kelemahan cara ini adalah terlalu mengikat bagi para pengkhotbah, sebab seakan-
akan mereka itu tidak mempunyai kebebasan apa-apa dalam pelayanannya. Juga
sangat diragukan apakah dengan cara ini seluruh Alkitab dapat diberitakan, sebab
pada prakteknya yang diberitakan adalah pilihan-pilihan pada bagian tertentu.
Pemecahan masalah ini: yang baik untuk dipakai adalah cara pertama, dengan
kesadaran penuh akan adanya bahaya subyektivisme. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi bahaya tersebut, haruslah ditaati asas-asas khusus sebagai berikut.
Masih ada satu hal lagi, nats yang bagaimanakah yang harus dipilih, yang panjang atau
pendek? Dalam sejarah gereja dapat kita ketahui bahwa panjang-pendeknya nats itu
berubah-ubah. Gereja Purba menyenangi nats yang panjang, misalnya Origenes suka
memilih satu perikop atau bahkan satu pasal. Kemudian gereja pada abad XVII dan
XVIII ada kecenderungan ke arah nats yang pendek, satu atau dua ayat, bahkan ada
yang memilih sebagian saja dari satu ayat. Lalu, pada abad XIX, orang mulai
12
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
menyukai lagi teks-teks yang panjang. Masa sekarang ini, kita lihat bahwa pada
umumnya orang lebih menyenangi nats-nats yang pendek.
a. Menimbulkan kepercayaan di dalam hati jemaat, sebab nats tersebut berasal dari
Alkitab, bukan pidato karangan manusia.
b. Memberikan kewibawaan dan keberanian kepada si pengkhotbah, sebab di
belakang dia adalah Tuhan sendiri yang bersabda.
c. Mencegah agar uraian tidak menyeleweng atau menyimpang ke mana-mana.
13
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
9. Pembagian Khotbah
Pada umumnya sebuah khotbah dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu:
9.1. Tema
Tema adalah intisari dari suatu khotbah. Dapat juga dikatakan bahwa tema
adalah khotbah yang diperas, sedangkan khotbah adalah tema yang diperluas.
Tema itu memang tidak mutlak perlu, namun baik juga bila tema dapat dibuat,
mengingat keuntungan-keuntungannya sebagai berikut.
a. Merupakan suatu daya tarik bagi para pendengar, mengenai berita apa yang
hendak disampaikan dengan tema tersebut.
b. Memasok para pendengar pada pokok pikiran itu, sehingga mereka
mengetahui apa yang akan mereka terima dari khotbah itu.
c. Mencegah pengkhotbah melantur ke sana ke mari.
9.2. Pendahuluan
Sebagaimana halnya sebuah rumah tampak janggal bila tidak berpintu, demikian
pula halnya dengan sebuah khotbah tanpa pendahuluan. Setiap khotbah harus ada
14
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
bagian pendahuluannya.
15
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Misalnya: ARLOJI
16
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Inilah bagian terpenting dari sebuah khotbah. Di sinilah isi keseluruhan khotbah
itu dituangkan. Isi Khotbah memakan 80% dari keseluruhan waktu khotbah.
Gagal menguraikan bagian ini, berarti juga merusak seluruh khotbah.
17
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
dapat memberikan arti yang lebih tepat dan indah. Misalnya: Biblia
Hebraica Stuttgartensia (BHS), The Greek New Testament (GNT).
Tugas Eksegese Homiletis ini tidak berhenti hanya pada penafsiran yang
baik saja, melainkan juga sesuai dengan namanya “Homiletis”, maka hasil
dari penafsiran ayat-ayat tersebut harus dituangkan/diarahkan sedemikian
rupa, sehingga ada penerapannya untuk keadaan jaman sekarang ini
(relevansinya untuk kehidupan saat sekarang ini).
Ilustrasi: cerita yang dapat memperjelas berita Firman Allah. Cerita ini
biasanya bersifat sederhana dan popular. Ada yang berpendapat bahwa
ilustrasi ini bagaikan sebuah jendela yang membiarkan sinar masuk ke dalam
kamar yang gelap.
Syarat-syarat Ilustrasi:
18
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Sumber-sumber Ilustrasi:
a. Dari Alkitab
b. Dari pengalaman hidup pribadi
c. Dari peristiwa alam
d. Dari buku-buku sejarah
e. Dari warta berita
f. Dari ilmu pengetahuan
g. Dari buku-buku ilustrasi.
9.4. Kesimpulan
Bagian akhir dari sebuah khotbah adalah kesimpulan, yang juga merupakan bagian
yang sangat penting. Para pakar pidato Yunani kuno menyebutnya, suatu
bantingan terakhir yang menentukan dalam pergulatan. Mengapa? Sebab ini
adalah detik-detik terakhir di mana pengkhotbah harus berhenti berbicara tepat
pada waktunya.
Apakah sebenarnya kesimpulan itu? Dalam bahasa Indonesia, kata itu berasal dari
akar kata simpul, yaitu bila kita mengikatkan dua ujung tali menjadi satu ikatan,
maksudnya agar kedua ujung tali tersebut jangan sampai terurai lagi. Dengan
demikian, kesimpulan adalah ikatan dari segala bagian khotbah yang telah
diuraikan, dengan maksud agar para pendengar dapat benar-benar mengerti
tujuan/sasaran khotbah itu, lalu para pendengar diajak untuk menanggapi
Firman Allah yang telah diberitakan itu.
Syarat-syarat Kesimpulan:
19
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Bentuk-bentuk Kesimpulan:
Pada dasarnya, khotbah dapat diklarifikasi ke dalam dua bagian besar, yaitu
berdasarkan isinya dan berdasarkan bentuknya.
Berdasarkan isinya, khotbah dapat dibagi menjadi tujuh (7) macam, yaitu:
Keuntungannya:
a. Menarik, apalagi bila disampaikan dengan rendah hati dan serius.
b. Seringkali dipakai Tuhan untuk memenangkan jiwa.
c. Kesaksian tidak dapat dibantah.
20
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Bahayanya:
a. Membuat kesaksian melebihi Firman Allah (iman berdasarkan pengalaman
pribadi orang lain).
b. Hanya bertumpu pada pengalaman masa lalu saja.
Keuntungannya:
a. Menarik, sebab pada dasarnya setiap orang senang mendengar cerita.
b. Membuat para pendengar mengenal banyak kisah Alkitab.
c. Kisah-kisah itu memang mengandung banyak pelajaran yang bervariasi
(Roma 15:4, 1 Korintus 10:11).
d. Menyediakan bahan yang cukup banyak.
Bahayanya:
a. Mengrohanikan secara berlebihan bagian-bagian kisah itu (alegoris).
b. Penyajian kisah bisa keluar dari batas-batas yang tidak dijamin oleh Alkitab,
untuk mendramalisirnya.
Keuntungannya:
a. Studi terbaik bagi manusia adalah manusia.
b. Memikat.
c. Memberi dorongan rohani.
d. Memberi keteladanan (1 Korintus 11:1).
e. Menjadi cermin.
Keuntungannya:
Memberikan pengetahuan tentang doktrin-doktrin Alkitab kepada para
pendengar, dengan tujuan untuk menguatkan mereka.
21
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Bahayanya:
Kering, sebab kurang/sedikit penerapan.
Keuntungannya:
Khotbah Etika ini menarik, sebab bersifat praktis, menyangkut kehidupan sehari-
hari.
Bahayanya:
a. Bisa terjerumus ke dalam moralisme; membanggakan moral yang tinggi, lalu
berpuas diri.
b. Yang lemah bisa dilanda putus asa.
Alkitab memang banyak berisi ajaran etika, namun ini didahului oleh doktrin.
Misalnya Roma 1-11 berisi doktrin, lalu disusul pasal 12-15 yang berisi etika.
22
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
23
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
24
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
4. Jembatan Tujuan
Dari jantung teks kita mengembangkan tujuan bagi jemaat.
Tujuan khotbah ini adalah otak yang melaluinya pada
akhirnya khotbah dirancang dan disampaikan.
25
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
7. Menyampaikan Khotbah
Pada akhirnya, kita akan mengisi detail-detail daging
sewaktu kita selesai menyusun khotbah yang unik dan
istimewa bagi jemaat secara khusus.
Pendahuluan:
Mazmur 124 berisi perenungan berbagai pengalaman hidup bangsa Israel masa lalu.
Hidup yang telah dilalui selalu dibayang-bayangi dengan bahaya. Namun mereka
menyadari bahwa Allah berkarya secara terus menerus sepanjang sejarah hidup
mereka.
Pernyataan: Pertolongan Dari Atas adalah prinsip iman, yang memberi pengharapan,
semangat hidup, dan jaminan bagi umat Allah.
BENTUK-BENTUK PERTOLONGAN
26
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
PERTOLONGAN BERSYARAT
Takut akan Tuhan (Mazmur 128:1-6) – suami yang takut akan Tuhan,
keluarganya diberkati.
Tulus hati (Mazmur 24:4-5) – orang yang tulus akan menerima berkat dan
pembelaan.
Setia seumur hidup (Mazmur 27:4-5) – orang yang setia akan dilindungi
dari bahaya-bahaya maut.
Kesimpulan:
Kita hanya mengharapkan pertolongan dari Tuhan. Pertolongan dari Tuhan menuntut
sikap: takut akan Tuhan, tulus hati, dan setia sampai akhir. Amin.
Apakah naskah khotbah itu? Naskah khotbah adalah menulis khotbah kita kata demi kata
Mengapa kita perlu membuat naskah khotbah?
A. Membuat naskah khotbah akan memaksa kita untuk memilih kata yang terbaik.
27
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Entah kapan dan siapa yang memulai mengucapkan kata-kata tersebut, yang jelas semua
dari kita tidak hanya seringkali mendengar, tidak hanya sering kali membaca, namun
sengaja atau tidak, mengerti atau tidak, menyadari atau tidak, kita sendiri telah
mengalami dan merasakan bahwa memang Hidup adalah perjuangan.
Berbagai macam perjuangan telah kita jalani antara lain perjuangan dalam mengatasi
setiap kelemahan dan kesulitan yang selalu hadir di tengah kehidupan ini dan perjuangan
dalam merealisasikan cita-cita yang didambakan.
Untuk bisa tampil sebagai pemenang dan sukses di setiap perjuangan ini, sudah tentu kita
harus memiliki berbagai macam faktor sebagai kekuatan yang dapat diandalkan. Di
antara sekian banyak faktor sebagai penunjang, ada satu faktor yang mutlak kita miliki
yaitu KEBERANIAN!
Perintah Bersikaplah sebagai laki-laki dalam nats tersebut di atas ditulis dalam bahasa
Yunani hanya dengan satu kata saja, yaitu andrizesthe. Kata ini berasal dari kata
andrizomai. Di dalam beberapa Kamus Yunani, kata andrizomai diartikan:
a. Memperlihatkan keberanian
b. Menjadi berani
c. Menunjukkan dirinya sebagai Ksatria
28
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Sikap berani yang bagaimanakah, yang semestinya ada pada diri seorang KSATRIA?
Pada umumnya orang cenderung memilih yang mudah. Mudah berarti tidak
memerlukan banyak tenaga atau pikiran untuk mengerjakannya. Mudah berarti
tidak berat, tidak sukar, tidak ada tantangan, dan tidak melelahkan, dan tidak
beresiko. Hal ini bisa kita lihat, misalnya di sekolah para murid lebih menyukai
mendapat soal-soal yang mudah daripada soal-soal yang sulit. Begitu pula di
tempat kerja seseorang lebih suka memilih tugas yang mudah daripada tugas yang
menantang.
Para Penulis Perjanjian Lama bersaksi bahwa meskipun Allah mengasihi umat
pilihan-Nya, namun Allah tidak memberikan kemudahan kepada umat-Nya.
Sebaliknya, Allah bahkan membawa umat-Nya berjalan melalui
kesukaran/tantangan. Hal ini tampak mencolok pada peristiwa keluarnya mereka
dari Mesir. Umat menempuh perjalanan dari delta Nil ke Kanaan yang berjarak
sekitar 250 Km (Solo – Tegal: 265 Km). Secara wajar perjalanan itu dapat
ditempuh dalam beberapa minggu saja. Namun Allah membawa umat-Nya ke
jalur yang lebih jauh dan lebih sulit, sehingga akibatnya perjalanan mereka
memakan waktu 40 tahun. Selama 40 tahun itu umat Allah bukan menghadapi
kemudahan melainkan justru tantangan. Umat mengira bahwa mereka tidak
dikasihi Allah ! Tetapi sebenarnya justru karena Allah mengasihi umat-Nya maka
Ia membawa mereka berjalan melalui berbagai tantangan, dengan maksud agar
dengan tantangan itu umat-Nya bertumbuh menjadi umat Allah yang tangguh!
29
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Seberapa besar hidup yang Anda inginkan, akan sama halnya dengan
seberapa besar resiko dan tantangan yang berani anda ambil dalam
kehidupan.
Paulus, seorang rasul yang dipakai oleh Allah secara luar biasa, tidak terlepas dari
kritikan. Paulus dikiritik sebagai seorang rasul yang plin-plan, tidak konsisten,
dan munafik.
Hal serupa juga dialami oleh Nehemia. Ia mempunyai satu tugas untuk
membangun tembok Yerusalem. Di dalam proses melaksanakan tugas itu,
Nehemia dipimpin oleh Allah untuk menetapkan beberapa pekerja yang
menangani beberapa jenis pekerjaan di dalam proyek itu (Nehemia 3). Sebelum
pembangunan tembok itu mencapai separuhnya, para pekerja yang menangani
pembangunan tembok tersebut dihujani dengan kata-kata pedas, kasar, dan
kritikan-kritikan tajam (Nehemia 4:3). Tanggapan Nehemia – 4:6!
30
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
2. Untuk kritik yang berbau iri, dengki dan sejenisnya sebaiknya kita
pun tidak perlu merasa down, juga tidak perlu mendendam terhadap
yang mengkritik Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.
Jadi, janganlah tawar hati karena kritikan-kritikan yang dilontarkan kepada kita!
Sejarah membuktikan bahwa semua orang yang telah meraih sukses adalah
mereka yang pernah gagal. Bila semua orang yang berhasil itu pernah mengalami
kegagalan, lalu apa yang menjadikan mereka berhasil? Kuncinya adalah berani
menghadapi kegagalan sebagai suatu proses untuk meraih keberhasilan yang lebih
besar. Kegagalan tidak berarti Tuhan mengabaikan kita, melainkan berarti Tuhan
memiliki sesuatu yang lebih baik.
Thomas Alfa Edison (1847 - 1931) adalah salah seorang ilmuwan Amerika dan
salah seorang penemu terbesar sepanjang masa.
Masa kecilnya sangat suram. Suatu hari, seorang bocah berusia 4 tahun, agak tuli
dan bodoh di sekolah, pulang ke rumahnya membawa secarik kertas dari gurunya.
ibunya membaca kertas tersebut, ”Tommy, anak ibu, sangat bodoh. kami
minta ibu untuk mengeluarkannya dari sekolah”.
31
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Sang ibu terhenyak membaca surat ini, namun ia segera membuat tekad yang
teguh, ”Anak saya Tommy, bukan anak bodoh. Saya sendiri yang akan mendidik
dan mengajar dia.”
Tommy bertumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di
dunia. Dia hanya bersekolah sekitar 3 bulan, dan secara fisik agak tuli, namun itu
semua ternyata bukan penghalang untuk terus maju.
Selama karirnya Edison telah mendapatkan hak paten untuk lebih dari 1.000
penemuan. Salah satu penemuannya adalah lampu pijar listrik. Setelah
melakukan hampir 1.000 kali eksperimen di laboratoriumnya dan lebih dari satu
tahun bekerja secara terus-menerus, Edison akhirnya berhasil mengembangkan
serat kawat pijar dari Carbon yang memiliki daya tahan tinggi sehingga menyala
secara terus menerus selama lebih dari 40 Jam! Luar biasa!!! Kegagalannya yang
hampir 1.000 kali di dalam melakukan eksperimennya itu tidak membuatnya
kehilangan tujuannya, yaitu membuat lampu pijar listrik. Sejarah mencatat
namanya sebagai penemu lampu listrik.
Pecinta makanan cepat saji, pasti mengenal Colonel Harland Sanders. Karena
racikan bumbunya, produk Kentucky Fried Chicken (KFC) menjadi dikenal.
Tak heran jika dokumen berisi racikan bumbunya, berstatus rahasia negara.
Dia memulainya di usia 66 tahun. Pensiunan angkatan darat Amerika ini tidak
memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105,
yang semakin menipis. Dia memiliki keahlian dalam memasak dan menawarkan
gagasan menjual ayam goreng dengan resep khususnya kepada 1.009 restoran di
negaranya. Namun semua restoran itu menolaknya.
KFC berkembang pesat. Kini, lebih dari satu miliar ayam goreng hasil resep
Kolonel ini dinikmati setiap tahunnya, bukan hanya di Amerika Utara, bahkan
tersedia hampir di 80 negara di seluruh dunia. Tapi Kolonel Sanders tidak lagi
bisa menyaksikannya. Pada 1980, di usia 90 tahun, ia terserang leukemia. Ia
32
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
“Impian meraih sukses tidak harus di masa kecil. Impian bisa juga di saat
usia senja.” - Kolonel Sanders, pendiri KFC.
Jangan mudah menyerah! Lihatlah dulunya Colonel Sanders ini bukanlah siapa-
siapa, dan lihatlah apa yang sudah dia hasilkan sekarang ini.
Bukankah ini contoh bagaimana kegagalan yang pedih dan memilukan dapat
diolah menjadi kemenangan??!!! Kekalahan hanyalah sikap berpikir saja!
Jika kita gagal, itulah bukan akhir dari segala sesuatu. Ada dalam
Alkitab,”TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan
kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN
menopang tangannya” (Mazmur 37:23-24).
Orang baik pun bisa gagal. Ada dalam Alkitab,”Kemalangan orang benar
banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu” (Mazmur 34:20).
Janganlah kegagalan membuat anda putus asa. Ada dalam Alkitab,”Bukankah
telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah
kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun
engkau pergi” (Yosua 1:9).
Anda dapat berhasil di saat berikut. Ada dalam Alkitab,”Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).
PENUTUP
• Ukuran hidup kita ditentukan oleh tingkat keberanian kita – ukuran hidup
kita berbanding lurus dengan tingkat keberanian kita.
Inilah cara orang-orang percaya harus hidup. Berani bersikap seperti laki-laki sejati,
jangan seperti anak-anak. Bersikaplah sebagai Ksatria! Hiduplah seperti manusia Allah
yang berani secara terus-menerus setiap hari.
33
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Bersama dengan Kristus, tidak ada alasan bagi kita untuk takut.
Ketakutan hanya akan merampok, memukul dan melumpuhkan kita !
Amin.
• Bawalah ke mimbar
• Kurangi menjadi satu halaman kerangka khotbah
• Hafalkan lalu berbicaralah kata-demi-kata
• Berkhotbahlah dengan persiapan namun tanpa catatan
Sesudah memikirkan signifikansi dan aspek khotbah, sekarang kita akan memikirkan
teknik berkhotbah. Khotbah yang terpenting bukan transfer data akademis yang kita
dapatkan di sekolah/seminari teologi dan bukan teknik berkhotbah yang bagus, tetapi
khotbah yang terpenting adalah khotbah yang memberitakan Firman Allah. Konsep ini
benar, tetapi ada tendensi lain di balik konsep ini yaitu tidak mementingkan teknik
khotbah. Ada beberapa pengkhotbah yang karena terlalu mementingkan berita di dalam
Firman Allah, lalu tidak memperhatikan teknik berkhotbah. Saya menyetujui bahwa
teknik berkhotbah itu adalah hal sekunder, namun tidak berarti teknik berkhotbah tidak
perlu sama sekali. Teknik khotbah tetap perlu sebagai implikasi signifikansi dan aspek
khotbah yang telah kita pelajari di atas.
Khotbah yang baik tetap memperhatikan teknik berkhotbah. Apa arti teknik berkhotbah?
Teknik berkhotbah berarti cara yang digunakan oleh si pengkhotbah di dalam
menyampaikan khotbah. Cara yang dipakai si pengkhotbah ini beraneka ragam, ada yang
terlalu akademis, di sisi lain ada yang tidak karuan. Supaya kita tidak terjebak ke dalam
kedua ekstrim ini, kita perlu memperhatikan keterampilan sebagai berikut.
Keterampilan Berbicara
Tatkala Musa dipanggil oleh Allah, ia berkata, “Ah, Tuhan, aku ini tidak
pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-
Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah. Tetapi Tuhan berfirman
kepadanya: Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat
34
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni
Tuhan? (Keluaran 4:10-11).
Volume suara. Volume suara harus wajar. Volume suara yang terlalu kecil
atau lemah menyatakan rasa malu atau takut. Volume suara yang terlalu
keras menyatakan rasa tegang, gugup dan gelisah. Karena itu setiap kali
mulai berbicara, adalah penting untuk mendengar suara sendiri, apakah
suaranya cukup, perlu dipertahankan atau ditingkatkan atau direndahkan
sesuai kebutuhan disertai kontrol terus-menerus agar tetap stabil.
Sifat suara. Setiap orang mempunyai sifat suara/warna suara yang khas.
Jadi tidak perlu menirukan orang lain.
Irama suara. Irama suara harus bervariasi agar lebih enak didengar, lebih
mudah dipahami dan tidak membosankan. Irama suara meliputi: kapan
harus bicara keras dan kapan harus bicara pelan, kapan dengan kalimat
panjang dan kapan dengan kalimat pendek, kapan cepat dan kapan lambat,
kapan turun dan kapan naik, kapan harus diam sejenak dan kapan
dipenggal, dan sebagainya.
35
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Pengaturan pernafasan dalam berbicara sangat penting. Oleh karena itu perlu
latihan pernafasan agar mampu bernafas lebih panjang dan kemudian mampu
berbicara dengan lebih baik.
Untuk memperoleh sikap tubuh yang baik dalam penampilan tidaklah mudah.
Keseluruhan sikap tubuh seperti: tatapan mata, ekspresi wajah dan gerakan-
gerakan tubuh yang lain merupakan suatu bahasa tanpa kata. Oleh sebab itu,
apabila setiap gerakan digabungkan dengan kata-kata secara keseluruhan akan
sangat bermanfaat bagi para pendengar. Namun demikian harus sesuai dengan
berita yang dibawakan.
1. Pandangan Mata
2. Ekspresi Wajah
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh
yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
36
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Rangkuman:
Hanya ada satu cara untuk menggabungkan ketepatan bahasa dengan kecepatan
penyampaian, yaitu dengan menuliskan khotbah kita dalam studi kita, tetapi
hindari untuk membacanya di atas mimbar.
Proses keseluruhan dari persiapan khotbah, dari awal hingga akhir, secara
mengagumkan dirangkum oleh pengkhotbah Amerika berkulit hitam yang
mengatakan, ‘Pertama, saya membaca seluruhnya, kemudian saya berpikir
dengan jelas, lalu saya berdoa dengan bersemangat, akhirnya saya
berkhotbah’.
37
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
4. Banyak membaca buku Psikologi Kristen dan Psikologi pada umumnya yang
dipandang dari sudut iman Kristen. Hal ini akan menolong untuk mengetahui
pergumulan manusia dan karakter serta kebutuhan manusia. Pengetahuan ini akan
menolong pengkhotbah untuk dapat berkhotbah yang menjawab kebutuhan
pendengar.
5. Mintalah seorang teman untuk memberitahukan kelemahan kita. Tidak ada orang
yang sempurna karena itu evaluasi sangatlah penting peranannya.
6. Bersyukurlah karena di dalam Alkitab banyak sekali ajaran dan contoh kebenaran.
Oleh karena itu, mintalah pada Tuhan untuk mempunyai hati yang tidak cepat
puas setelah menyelesaikan satu penggalian/khotbah yang baik (Keluaran 4:10-
11).
7. Catatlah peristiwa-peristiwa yang menarik dan mengesankan, apakah itu peristiwa
yang lucu atau yang menyedihkan atau yang mendatangkan semangat. Catatlah
kata-kata yang menarik yang mungkin kita temukan. Semua catatan ini akan
sangat membantu kita dalam mempersiapkan khotbah.
8. Harus diingat, berkhotbah adalah pelayanan yang Tuhan berikan kepada seorang
hamba Tuhan (pengkhotbah) sepanjang umur, sehingga harus memacu diri untuk
selalu meningkatkan mutu khotbah (Inovatif).
38
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
Nama Mahasiswa :
Program : S-1 Teologi/S-1 PAK/S-2 Teologi/Pendengar
Nats :
Tema Khotbah :
Kriteria Penilaian
Catatan :
Denpasar, ...........................................
Penilai,
( ………………………………………. )
39
Homiletika (Declaring The Kingdom) 2019 Stefanus Suheru, M.Si.Teol.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abineno, J.L. Ch. Pemberitaan Firman Pada Hari-hari Raya Gerejani. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1985.
2. -----, Jemaat, Ujud, Peraturan, Susunan. Pelayanan dan Pelayan-pelayannya.
Jakarta: BPK Gunung Mulia,1981.
3. Andreas. Sabda dalam Kata. Bandung. Yayasan Kalam Hidup, 2000.
4. Anggraito, Noor. Menyiapkan Khotbah Ekspositori Secara Praktis. Yogyakarta:
Yayasan Andi, 2001.
5. Braga, James. Cara Mempersiapkan Khotbah, Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas, 1996.
6. de Jong, S. Khotbah, Persiapan, Isi dan Bentuk. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
7. Evans, William. Cara mempersiapkan Khotbah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.
8. Ginting, E. P. Khotbah dan Pengkhotbah Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.
9. Gollwitzer, Helmut. Khotbah Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
10. Gulleson, J. Bagaimana Berkhotbah. Surabaya: Yakin, 2004.
11. Kinlaw, F. Dennis. Berkhotbah Dalam Roh. Malang: Gandum Mas, 1997.
12. Koller, W. Charles. Khotbah Ekspositori Tanpa Catatan. Bandung: Kalam Hidup,
1997.
13. Lane, D. J.V. Beritakanlah Firman. Jakarta: Bina Kasih, 1981.
14. Lee, D.W. Khotbah Ekspositori Yang Membangunkan Pendengar. Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 2002.
15. Pouw, P.H. Homiletika. Bandung:Yayasan Kalam Hidup , 1994.
16. Robinson, Haddon. Cara Berkhotbah Yang Baik. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Andi
2002.
17. Rothlisberger, H. Homiletika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
18. Sutanto, Hasan. Homiletik: Prinsip dan Metode Berkhotbah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004.
40