Anda di halaman 1dari 4

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

BST UNIT KESEHATAN BEDAH REFLEKSI KASUS


Preceptor : dr. Joko Suprapto., Sp.B Ko-Assisten: Annisa Puty W

I.

Kasus Pasien laki-laki usia 64 tahun datang ke RSUD Wates dengan keluhan benjolan pada lipat paha kiri yang turun ke kantung kemaluan. Lebih kurang 5 bulan yang lalu, pasien pertama kali menyadari adanya benjolan di lipat paha kiri pasien sebesar telur puyuh, benjolan dirasakan setelah pasien mengangkat beban berat. Pasien tidak demam, tidak nyeri pada benjolan, dan tidak merasa terganggu, karena benjolan tersebut hilang timbul dan menghilang seluruhnya ketika pasien sedang berbaring / tidur. Setelah lebih dari dua bulan pasien merasakan benjolannya semakin membesar dan hilang timbul secara terus menerus, benjolan akan timbul terutama saat pasien sedang beraktifitas berdiri dan saat pasien batuk, selain itu benjolan juga semakin membesar saat pasien mengedan bila BAB. Pasien pernah mencoba berobat ke tukang urut, akan tetapi benjolan juga tidak mengecil. Dikarenakan pasien merasakan benjolan di paha kirinya semakin membesar, + sebesar telur ayam, dan pasien juga merasakan rasa mules (tidak enak) pada perut dan rasa mual saat benjolan muncul. Maka pasien berobat ke poliklinik bedah RSUD Wates. Oleh dokter spesialis bedah, disarankan untuk mondok dan persiapan operasi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos mentis. Vital sign tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 88 x/menit, respirasi: 20 x/menit, suhu: 37C. Status lokalis regio inguinalis sinistra terlihat benjolan di daerah inguinalis sinistra, diameter 5cm. Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri, warna kulit sama dengan daerah sekitarnya,teraba benjolan, bentuk lonjong, diameter 5cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-). Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring. Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari. Status lokalis regio scrotalis tampak scrotum kiri membesar, warna benjolan seperti warna kulit sekitar, teraba kenyal, mobile, nyeri tekan (-), dapat direposisi. Uji Transiluminasi (-).

II.

Pertanyan Bagaimana penatalaksanaan pasien Hernia Inguinalis Sinistra reponible?

III.

Pembahasan Hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu kantung poriteneum, suatu organ atau lemak pra-peritoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietas

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

BST UNIT KESEHATAN BEDAH


muskuloaponeurotik dinding abdomen, yang normalnya tidak dapat dilewati. Sebagian besar hernia timbul dalam regio ingualis dengan sekitar 50 persen dari ini

merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai inguinalis direk. Hernia diberi nama berdasarkan letak hernia tersebut, umpamanya diafragma, inginal, umbilikal, femoral. Berdasarkan terjadinya, herniadi bagi menjadi atas hernia bawaan dan hernia dapatan(hernia akuisita). Berdasarkan sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk (usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk ke perut ) dan jika isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, maka disebut hernia irreponibel (ini disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia . Pada kasus ini pasien laki-laki berusia 64 tahun, sehingga hernia yang dialami tergolong hernia akuisita atau hernia yang didapat. Penonjolan organ terdapat di daerah inguinal dextra, karena itu didiagnosis sebagai hernia inguinalis dextra. Pada pasien ini, penonjolan tersebut menghilang ketika pasien beristirahat, dan pada pemeriksaan di rumah sakit penonjolan tersebut dapat dikembalikan dengan mendorongnya menggunakan tangan sehingga dikatakan hernia tersebut masih bersifat reponibel. Hernia kebanyakan di derita oleh orang-orang yang berusia lanjut, karena pada usiausia rentan tersebut dinding otot yang telah melemah dan mengendur untuk menjaga agar organ tubuh tetap pada tempatnya sehingga mempercepat proses terjadinya hernia. Kegiatan fisik yang berlebihan juga diduga dapat menyebabkan hernia cepat berkembang seperti mengangkat barang-barang yang terlalu berat. Hal-hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya hernia yaitu batuk kronik, penyakit paru kronik, obesitas, dan bawaan lahir (kongenital). Pasien merupakan seorang kuli bangunan yang terbiasa mengangkat bahan-bahan bangunan dengan berat yang cukup berat setiap harinya. Sehingga meskipun usianya belum terlalu tua tetapi dapat mengalami hernia. Hernia pada pasien ini terjadi akibat tekanan intraabdomen yang meningkat secara terus menerus ketika pasien mengangkat benda berat sehingga otot dinding perut menjadi lemah dan akhirnya kendur. Penatalaksanaan hernia inguinalis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara konservatif dan cara operasi. Cara konservatif dilakukan dengan menggunakan alat penyangga seperti korset atau celana dalam khusus hernia. Cara operasi dilakukan untuk

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

BST UNIT KESEHATAN BEDAH


mengembalikan (reposisi) terhadap benjolan hernia tersebut. Dua prinsip yang digunakan dalam operasi hernia, yaitu herniotomi dengan memotong kantung hernia lalu mengikatnya dan herniorafi dengan perbaikkan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka. Indikasidiadakanoperasi: 1. 2. Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun keadaan umum baik. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan

lebih dari 6 kilogram. Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa procain dengan dosis rnaksimum 200 cc. Jika digunakan anastesi lokal, digarnbarkan incisi berbentuk belah ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml xylocain 0,5 persen dengan epinefrin. Operasi hernia ada 3 tahap 1. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta

mengembalikan isi ke cavum abdominalis. 2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon. 3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan locus minnoris resistentiae. Hernioplasty ada bermacarn-macam menurut kebutuhannya: 1. Ferguson

Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus externus dan internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus dijahitkan pada ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis. 2. Bassini

Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae hilang. 3. Halstedt

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

BST UNIT KESEHATAN BEDAH


Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis resistentiae. Ketiga muskulus, muskulus obliqus eksternus abdominis, muskulus obliqus internus abdominis, muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus spermatikus diletakkan di sub kutis. 4. Shouldice

Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan teknik jahitan kontinyu. Setelahdilakukanoperasi untuk mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan injeksi antibiotik yang berspektrum luas seperti golongan ampisilin, klindamisin serta

aminoglikosida. Selain itu, dapat juga diberikan injeksi analgetik untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri setelah operasi Pada pasien ini dilakukan terapi operasi atas keinginan dari pasien. Dan operasi dianggap sebagai cara yang cepat dan efektif untuk mengatasi hernia.

Yogyakarta, 27 Juni 2012

dr. Joko Suprapto., Sp.B

Anda mungkin juga menyukai