Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

PARKINSON DISEASE Parkinson Disease (PD) merupakan suatu kelainan neurologi yang bersifat kronik progresif, ditandai dengan adanya kelainan dari segi fungsi motorik dan non-motorik dalam berbagai derajat (kronik progresif movement disorder).1,2 Secara neuropatologi Parkinson disease ditandai oleh berkurangnya neuromelanin yang mengandung neuron dopaminergik di substansia nigra pars kompakta, dengan terdapatnya eosinofil, intracytoplasmik, inklusi protein, yang disebut sebagai Lewy bodies. Sel-sel yang masih ada akan tampak menciut dan bervakuola.2 Dalam sejarah terdahulu, Parkinson disease (PD) didefinisikan sebagai kelainan neurologi yang diyakini lebih mengenai fungsi motorik. Namun pada saat ini, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, PD lebih dikaitkan pada terdapatnya defisit fungsi kognitif, dimana demensia merupakan defisit kognitif yang paling sering dijumpai.2 Hingga saat ini diagnosis dari PD didasarkan pada kriteria klinik, karena belum adanya test definitif dalam menegakkan diagnosis PD. Resting tremor, bradikinesia, rigidity, dan postural instability secara umum merupakan tanda-tanda pokok dari PD dan merupakan suatu disfungsi motorik.1,2 Adanya tandatanda spesifik tersebut diatas merupakan hal yang dapat membedakan PD dengan parkinsonian disorder (parkinsonism).1 Kriteria klinik lain pada PD termasuk gejala motorik sekunder; seperti hypomimia, disartria, disfagia, sialorhoea, mikrografia, shuffling gait, festination, freezing. distonia, glabela refleks. Gejala non-motorik; disfungsi otonom, defisit kognitif dan neurobehavioral, gangguan tidur, abnormalitas dari fungsi sensorik seperti anosmia, parestesia dan nyeri.1,2 Ketiadaan resting tremor, sikap/cara berjalan yang terganggu, instabilitas postural, demensia, halusinasi dan adanya gangguan fungsi otonom, oftalmoparesis, ataxia dan gejala atypical

lainnya, disertai respon terhadap levodopa yang tidak baik dan tidak memuaskan, memberi kesan diagnosis lain diluar PD.1 Pengertian secara cermat, tepat dan luas dalam terhadap manifestasi klinis PD merupakan hal yang mendasar dalam menegakkan diagnosis. Mutasi genetik atau variannya, abnormalitas dalam neuroimaging dan tes lainnya merupakan biomarker potensial dalam mengembangkan diagnosis dan mengidentifikasi resiko yang dialami pasien.1 Medikasi yang ada saat ini, hanya mengobati gejala yang timbul dan gagal untuk menghentikan kematian sel-sel neuron dopaminergik. Halangan terbesar dalam pengembangan terapi neuroprotektif adalah keterbatasan dalam memahami proses penyakit yang berperan dalam kematian neuron dopaminergik. Sementara etiologi dari kematian neuron dopaminergik masih sukar untuk dipahami. Kombinasi dari kerentanan genetic dan faktor lingkungan, tampaknya memiliki peranan yang penting.2

BAB II ISI

ANATOMI MIKROSKOPIS PATOFISIOLOGI

GEJALA

DIAGNOSIS KLINIK

KOMPLIKASI BAB III KESIMPULAN Diagnosis dini dan penanganan awal yang adekuat akan dapat mengatasi rinosinusitis akut hampir pada semua kasus. Penting untuk memberikan penjelasan berbagai tahap untuk penanganan Rhinosinusitis Akut ataupun Rhinosinusitis Kronik. Penanganan yang tepat dan adekuat akan mencegah terjadinya komplikasi yang fatal. Tetapi bila komplikasi telah terjadi harus segera dipertimbangkan pengobatan segera ataupun tindakan operasi darurat.

DAFTAR PUSTAKA 1. Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. Sinusitis current concept and management. In : Bailey

ed. Otolaryngology- Head and neck surgery. Second edition. Philadelphia. Lippincot-Raven Publisher;1995:441-5. 2. Stammberger H. FESS endocopic diagnostic and surgery of the paranasal sinuses and

anterior skull base. The messerklinger technique and adnvance applications. The Graz school Karl Frannzens University Graz. 1991. 3. Sukgi S, Choi, Kenneth M, Grundfast. Complication in sinus diseases. Diseases of sinuses diagnosis and management. 2001:169-176. 4. Mulyarjo. Diagnosis klinik rinosinusitis. Perkembangan terkini diagnostik dan penatalaksanaan rinosinusitis. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IV. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL FK Unair/RS Dr. Soetomo. Surabaya:17-25. 5. Wellington ST. MDT treatment guidelines. http//www.sinuses pharmacy.com/new/.html.

Anda mungkin juga menyukai