Anda di halaman 1dari 3

70 persen bayi baru lahir menurut penelitian mengalami gangguan kuning atau ikterus.

Kuning ini, menurut pakar, umum dialami bayi. Tapi adakalanya bisa membahayakan. Seperti apa yang normal dan bagaimana pula yang berbahaya? Segera setelah melahirkan di rumah sakit, semua orangtua ingin cepat-cepat membawa buah hatinya pulang ke rumah. Apa daya, adakalanya hal yang menyedihkan terjadi: Dokter memvonis buah hati tercinta mengalami gangguan kuning. Bayi mungil Anda harus mendapat perawatan khusus, masuk ke tabung inkubator. Dessy Illsanti, presenter sebuah stasiun televisi swasta mengalami hal itu. "Bayiku terkena kuning seminggu setelah lahir," istri Adrian maulana itu mulai mengisahkan. Saat akan cek up ke dokter anak, tahu-tahu dokter bilang kalau putrinya sakit kuning. Kadar bilirubinnya cukup tinggi, dan harus menjalani terapi sinar 3 atau 4 hari. "Waduh sedih banget rasanya melihat bayiku harus disinar, harus berpisah lagi meski aku bisa menungguinya." ujar Dessy yang putrinya kini baru...... bulan. Memang. Tak ada yang menyedihkan kecuali mendengar buah hati kita dinyatakan mengalami sakit tertentu, dan harus menjalani perawatan khusus pula. Kharisma (24 tahun), juga mengalami perasaan demikian sekaligus rasa keheranan. "Waktu lahir normal saja, eh tiga hari kemudian kok tahu-tahu anakku dinyatakan kuning. Kok bisa demikian ya? Kukira sih sudah diketahui begitu lahir," ujar akuntan di perusahaan swasta tersebut. Semua bayi Mengalami Kuning Bayi-bayi baru lahir memang mudah terkena penyakit kuning atau ikterus. Hasil penelitian bahkan menyebut sekitar 70% bayi baru lahir mengalami kuning. Hal ini menurut spesialis anak Hindra Irawan Satari, sesungguhnya normal saja. "Kuning ini bukan penyakit tapi keadaan yang wajar. " Warna kuning yang muncul di permukaan kulit bayi dan di sekitar bagian putih matanya ini disebabkan oleh bilirubin. Ketika masih dalam rahim paru-paru janin belum berfungsi. Karena itu bayi membutuhkan banyak sel darah merah untuk membawa oksigen dan nutrien dari ibu ke bayi melalui plasenta. Setelah lahir, paruparunya mulai berfungsi, bayi bisa bernafas, maka kebutuhan sel darah merah sebagai pembawa oksigen pun berkurang. Sel darah merah yang sangat banyak ini harus dihancurkan, di antaranya menjadi bilirubin, yakni suatu zat yang berasal dari pemecahan hemoglobin dalam sel darah merah di bawah kulit. Sebab itulah kulit bayi terlihat kuning. Bilirubin tidak hanya menumpuk di bagian kulit tapi bisa menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Ada dua jenis ikterus yang bisa menimpa bayi: Ikterus fisiologis dan ikterus patologis yang terjadi karena faktor-faktor khusus. "Yang paling umum adalah ikterus neonatal yang bersifat fisiologis atau dialami semua bayi karena proses alamiah," jelas dokter Hindra. Normalnya bayi mengalami kuning 2 - 3 hari setelah dilahirkan selama kira-kira 10 hari dengan kapasitas bilirubin kurang dari 8 mg/DL (miligram per desiliter darah) (8 miligram per 100 milimeter darah) MANA YANG BENAR DOK?. "Sebelum bayi berusia 2 minggu umumnya warna kuning pun sudah hilang karena tumpukan bilirubin sudah dapat dipecahkan," ujar Master of Tropical Pediatric ini. Hanya saja, memang ada bayi yang setelah tiga empat hari mengalami kuning dan harus mendapat perawatan khusus. Penyebabnya adalah karena sang bilirubin masih saja menumpuk dan bisa membahayakan. "Sebenarnya bilirubin ini tidak akan menumpuk jika anak mengeluarkan urin dan feses dengan baik."

Ada anggapan bahwa penyakit kuning pada bayi juga disebabkan oleh cuaca dingin dan makanan tertentu yang dikonsumsi ibu ketika hamil. "Saya mengiranya demikan. Soalnya waktu.... Lahir kan cuaca mendung terus. Waktu mau pulang suster di rumah sakit menyarankan agar menjemur bayi di bawah matahari pagi. Padahal waktu itu jarang ada matahari," cerita Desy Ilsanti. Tapi kata Hindra, itu tidak benar. Apalagi disebabkan oleh makanan tertentu yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Hanya masalah fisiologis semata. "Mungkin karena paramedis selalu menyarankan orangtua untuk menjemur bayinya. Memang salah satu cara memecahkan kadar bilirubin dalam darah bisa dibantu dengan sinar matahari." Bilirubin juga akan segera pecah jika bayi banyak mengeluarkan urin dan feses. Karena itu bayi harus sering diberi ASI. "Ketika bayiku dinyatakan kuning, aku diminta dokter menghentikan pemberian ASI, tuh. Malah harus ditambah susu formula. Kebetulan ASI ku memang tidak banyak," cerita Desi. Tambahan susu formula, kata Hindra, adakalanya diperlukan agar kadar sel darah bisa segera memecah dan terbawa urin dan feses. Sedangkan pemberian ASI pada bayi yang mengalami kuning memang harus dipantau. "Sebab, ada beberapa bayi yang diberi ASI kadar bilirubinnya malah mengalami kenaikan, karena ada komponen ASI yang menghambat bilirubin. Ibu biasanya diminta menghentikan pemberian ASI selama 24 jam. Setelah itu bisa diteruskan lagi." Sebagai tindakan jaga-jaga, jika menyusui bayi sembari perhatikan tubuh bayi. Terutama di bagian putih mata. Warna kekuningan akan terlihat jelas di matanya, segeralah bawa bayi Anda ke dokter. Dr. Hindra Irawan Satari, Spesialis Anak Berbahaya Jika..... Sampai dua tiga hari setelah bayi lahir, kesehatannya akan dipantau terus oleh dokter, termasuk kondisi bilirubinnya. Ini dilakukan untuk melihat apakah kondisi bayi normal atau tidak. Andai bayi dinyatakan mengalami kuning dan kadarnya lebih dari 10 mg/DL, fihak medis akan memberikan terapi sinar( blue light terapi) kurang lebih 100 jam. Atau sedikitnya 3X24 jam. Walaupun keadaan kuning pada bayi ini tak berbahaya, orangtua harus tetap waspada. Terutama yang terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir. Kuning pada saat ini disebut ikterus patologis, yakni kuning yang disebabkan gangguan tertentu, misalnya penyakit, ketidakcocokan rhesus (jenis golongan darah), maupun karena infeksi saat proses persalinan terjadi. Timbunan bilirubin pada ikterus patologis ini bisa terus meningkat melebihi kapasitas yang dibutuhkan. Timbunan bilirubin yang berlebihan sangat bahaya, terutama bilurubin yang belum diangkut oleh albumin (zat pengangkut bilurubin ke dalam hati), karena dapat masuk ke dalam otak. Kalau sudah masuk ke otak, bilurubin sulit dikeluarkan. Bahkan bayi bisa meninggal karena jaringan otaknya terganggu. Bilirubin yang masuk ke otak ini dapat mengakibatkan bayi mengalami kegagalan fungsi otak, misal kemampuan motorik menjadi sangat lambat ,bahkan bayipun sulit bicara, terganggu pendengarannya dan kemampuan berpikirnya rendah. Untuk mengurangi timbunan bilirubin, biasanya dokter memberikan obat yang mengandung albumin atau plasma yang dapat mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Jika bilurubin tak kunjung turun, barulah bayi akan diterapi sinar biru. Terapi ini bisa memecahkan bilurubin menjadi isomir terikat yang tidak berbahaya. Bila dalam 100 jam diberi sinar biru bilirubin terus meningkat, exchange tranfusion pun harus dilakukan, yakni menganti darah dalam tubuh bayi. Karena itu, meski normal dialami

bayi, lebih baik jika mencurigai bayi kuning, segera bawa ke rumah sakit untuk dicek kadar bilurubinnya. Jika si Kecil Menguning 1. Jemur bayi di sinar matahari pagi sekitar jam 7.00-9.00 selama kurang lebih 30 menit. 2. 3. 4. 5. 6. Jika kamar bayi cukup mendapat sinar matahari, bayi tidak perlu dijemur di luar. Saat menjemur, pastikan udara bersih, tidak ada polusi atau angin kencang Jika kondisi tubuh anda atau tamu sedang sakit, jangan dekat dengan bayi dahulu, sebab bayi sangat retan terhadap penyakit. Jangan hentikan pemberian ASI pada bayi kecuali setelah disarankan dokter Anda. Segera bawa ke dokter, jika setelah 1 minggu warna kuning di tubuh bayi masih tampak.

Mengapa Bayi Kuning Perlu Dijemur? Bayi yang divonis kuning harus menjalani terapi sinar (blue light therapy) untuk mengurai bilirubin dalam tubuh bayi. Gelombang sinar biru juga terdapat dalam sinar matahari berupa ultraviolet. Sinar ini membuat bilirubin pecah dan mudah larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah. Namun sinar ultraviolet ini sangat tinggi. Karena itu penjemuran bayi harus dilakukan hanya pada pagi hari, sekitar pukul 07.00 - 08.00 pagi. "Itu pun harus melihat kondisi cuaca, tidak terlalu berangin dan paling lama 15 menit saja." Namun, jika bayi harus menjalani terapi sinar, maka terapi dengan penjemuran ini tak ada manfaatnya, bahkan bisa berbahaya. Jadi, ikuti saran dokter untuk memasukkan buah hati Anda ke inkubator. Sebab, sinar birunya sudah disesuaikan dan tanpa efek apa-apa. Sumber: Tabloid Ibu & Anak

http://cyberwoman.cbn.net.id/detil.asp?kategori=Mother&newsno=492

Anda mungkin juga menyukai