Anda di halaman 1dari 7

Refrat Bedah Thorak Cardiovascular

Deep vein thrombosis (DVT)

Oleh: M. Arief Syaifuddin Tri Adinda Gusvi Meisya G9911112090 G99122108

Pembimbing: dr. Subandriyo SpBTKV

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Deep vein thrombosis (DVT) merupakan kondisi dimana trombus terbentuk pada vena dalam terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan darah dapat menghambat darah dari tungkai bawah kembali ke jantung. Salah satu faktor resiko dari trombosis adalah karena imobilisasi yang lama.2 penyebab kematian terbanyak. Trombosis di Amerika Serikat merupakan 80-90% thrombosis dapat diketahui Sekitar

penyebabnya.3,4 Angka kejadian deep vein thrombosis (DVT) di Amerika Serikat lebih dari 1 per 1000 dan terdapat 200.000 kasus baru tiap tahun. Dari total angka kejadian thrombosis vena dalam, sekitar 60% didapat emboli paru dengan resiko kematian sekitar 30% dalam 30 hari.5,6 Deep vein thrombosis (DVT) merupakan keadaan darurat yang harus secepat mungkin didiagnosis dan terapi. Hal ini karena sering menyebabkan terlepasnya thrombus ke paru dan jantung yang berujung kematian.5,6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Deep vein thrombosis (DVT) adalah suatu keadaan terjadinya gumpalan darah (trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di daerah tungkai bawah. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 1 di antara 1000 orang menderita kelainan ini. Dari jumlah tersebut, kurang lebih satu sampai lima persen penderita meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkan. Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas dari tempatnya dan berjalan mengikuti aliran darah, disebut dengan emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran darah hingga ke jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan menyumbat di salah satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaan yang disebut dengan embolisme paru (pulmonary embolism). Tingkat keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah dan ukuran dari emboli tersebut. Jika ukuran dari emboli kecil, maka akan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah paru yang kecil, sehingga menyebabkan kematian jaringan paru (pulmonary infarction). Namun jika ukuran emboli besar maka dapat terjadi penyumbatan pada sebagian atau seluruh darah dari jantung kanan ke paru, sehingga menyebabkan kematian. B. ETIOLOGI 1,3 Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam, yaitu : 1. Cedera pada pembuluh darah balik Pembuluh darah balik dapat cedera selama terjadinya tindakan bedah, suntikan bahan yang mengiritasi pembuluh darah balik, atau kelainan-kelainan tertentu pada pembuluh darah balik. 2. Peningkatan kecenderungan terjadinya pembekuan darah

Terdapat beberapa kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kecenderungan terjadinya pembekuan darah. Beberapa jenis kanker dan penggunaan kontrasepsi oral dapat memudahkan terjadinya pembekuan darah. Kadang-kadang pembekuan darah juga dapat terjadi setelah proses persalinan atau setelah tindakan operasi. Selain itu pembekuan darah juga mudah terjadi pada individu yang berusia tua, keadaan dehidrasi, dan pada individu yang merokok. 3. Melambatnya aliran darah pada pembuluh darah balik Hal ini dapat terjadi pada keadaan seperti perawatan lama di rumah sakit atau pada penerbangan jarak jauh. Pada keadaan-keadaan tersebut otot-otot pada daerah tungkai bawah tidak berkontraksi sehingga aliran darah dari kaki menuju ke jantung berkurang. Akibatnya aliran darah pada pembuluh darah balik melambat dan memudahkan terjadinya trombosis pada vena dalam. C. GEJALA KLINIS 1,3 Sebagian penderita trombosis vena dalam tidak mengalami gejala sama sekali. Pada penderita-penderita ini biasanya gejala nyeri dada, akibat dari embolisme paru, adalah indikasi pertama adanya suatu kelainan. Jika trombus besar dan menyumbat aliran darah pada pembuluh darah balik yang besar, maka akan timbul gejala pembengkakan pada tungkai bawah, yang nyeri dan hangat pada perabaan. Beberapa trombus dapat mengalami perbaikan secara spontan dan membentuk jaringan parut. Jaringan parut yang terjadi dapat merusak katup yang terdapat pada pembuluh darah balik di daerah tungkai bawah. Akibat kerusakan ini maka dapat terjadi pembengkakan pada daerah tersebut. Pembengkakan biasanya lebih sering terjadi pada saat pagi hingga sore hari karena darah harus mengalir ke atas, menuju jantung, melawan gaya gravitasi. Pada malam hari pembengkakan yang terjadi agak berkurang karena posisi tungkai bawah dalam keadaan horisontal sehingga aliran darah balik dari tungkai bawah ke jantung lebih baik. Gejala lebih lanjut dari trombosis vena dalam adalah terjadinya perubahan warna pada kulit di sekitar daerah yang terkena menjadi kecoklatan. Hal ini terjadi karena sel

darah merah akan keluar dari pembuluh darah balik yang bersangkutan dan mengumpul di bawah kulit. Kulit yang berubah warna menjadi kecoklatan ini sangat rentan terhadap cedera ringan seperti garukan atau benturan, menimbulkan suatu borok (ulkus). Jika pembengkakan makin berat dan persisten maka jaringan parut akan memerangkap cairan di sekitarnya. Akibatnya tungkai akan membengkak permanen dan mengeras sehingga memudahkan terjadinya ulkus yang sulit sembuh. D. DIAGNOSIS 4 Diagnosis dari trombosis vena dalam dapat ditegakkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan adanya tanda dan gejala trombosis vena dalam. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu diagnosis trombosis vena dalam antara lain:

Ultrasonografi. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk membentuk gambaran aliran darah melalui pembuluh darah arteri dan pembuluh darah balik pada bagian tungkai yang terkena.

Tes D-Dimer. Pemeriksaan ini mengukur kadar D-Dimer dalam darah yang biasanya dikeluarkan ketika bekuan darah memecah.

Venografi. Pemeriksaan ini merupakan suatu standar baku (gold standard) pada trombosis vena dalam. Pada pemeriksaan ini suatu pemindai akan diinjeksikan ke dalam pembuluh darah balik, kemudian daerah tersebut akan dirntgen dengan sinar X. Jika pada hasil foto terdapat area pada pembuluh darah balik yang tidak terwarnai dengan pemindai maka diagnosis trombosis vena dalam dapat ditegakkan.

E. TATALAKSANA 5 Tujuan terapi untuk trombosis vena dalam adalah untuk mencegah pembentukan bekuan darah yang lebih besar, mencegah terjadinya emboli paru, serta mencegah terjadinya bekuan darah di masa yang akan datang. Beberapa obat dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati trombosis vena dalam. Obat-obatan yang paling sering

digunakan adalah golongan antikoagulan seperti warfarin atau heparin. Obat antikoagulan berguna untuk mencegah terjadinya gumpalan darah. Perlu diperhatikan pula bahwa obatobatan golongan antikoagulan dapat menyebabkan terjadinya efek samping perdarahan. Terapi lain yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan filter atau penyaring yang diletakkan pada pembuluh darah balik dari tubuh bagian bawah yang menuju ke arah jantung (vena cava inferior). Penyaring ini berguna untuk mencegah emboli yang terbentuk mencapai paru dan menimbulkan embolisme paru. Untuk mengurangi nyeri dan bengkak pada tungkai maka dapat dilakukan elevasi atau kompresi pada tungkai yang terkena. Kompresi dapat dilakukan dengan cara pemasangan stocking khusus, yang dapat memberikan kompresi atau tekanan halus pada tungkai.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ismail . Trombosis Vena Dalam. Journal of the Indonesian Orthopaedic Ass. June 2000; 26 (I) : 23-38. 2. Karmel TL. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006: 767-768 3. Brick RL, Kaplan H. Syndrome of thrombosis and hypercoagubility. Medical clinics of North America 1998 May; 3: 408-447 4. Hirsch J, Hoak J. Management of deep vein thrombosis and pulmonary embolism circulation. 1996; 93: 2212-45 5. Andrews KL, Gamble GL, et al. Vascular Diseases. In: Delisa JA, editor. PhysicalMedicine & Rehabilitation Pr inciples and Practice, 4th Edition. Phyladelphia: LippincottWilliams & Wilkins; 2005. p. 787-806. 6. Kesteven P. Epidemiology of Venous Tr ombosis. In: Labropoulos N, Stansby G, editors.Venous and Lymphatic Diseases. New York, NY 1001: Taylor & Francis Group; 2006. p. 143-51. 7. Cesanore MR, Belarco G, Nicolaides AN, Ricci A, Geroulakos G, Ippolito E, et al. Prevention of venous thrombosis in long-haul flights with flite tabs:the LONFLIT-FLITE randomized, controlloed trial. Angiology 2003;54(0):T1-9

Anda mungkin juga menyukai