Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Luka Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan. Luka akut dan kronik beresiko terkena infeksi.

i. Luka akut memiliki serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi. Contoh luka akut adalah luka jahit karena pembedahan, luka trauma dan luka lecet. Pada luka kronik, waktu penyembuhannya tidak dapat diprediksi dan dikatakan sembuh jika fungsi dan struktur kulit telah utuh. Jenis luka kronik yang paling banyak adalah luka dekubitus, luka diabetik, luka kanker.

Klasifikasi luka A. Berdasarkan penyebab: B. Berdasarkan ada/tidaknya keadaan jaringan C. Berdasarkan derajat jontaminasi 1. Luka bersih: Luka sayat elektif Steril, potensial terinfeksi Tidak ada kontak dengan orofaring

2. Luka bersih tercemar: Luka sayat elektif Potensi terinfeksi: Spillage minimal, flora normal. Proses penyembuhan lebih lama Cth: apendektomi, operasi vaginal, dsb.

3. Luka tercemar: Potensi terinfeksi: kandung empedu, traktus genitourinarius, urin Luka trauma baru: laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.

4. Luka kotor: Akibat pembedahan yang sangat terkontaminasi Perforasi visera, abses, trauma lama

Proses penyembuhan luka

1. Per primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka, biasanya dengan jahitan. 2. Persekundam yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan perprimam. Proses penyembuhanterjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan,

terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dilakukan dengan lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi. 3. Per tertiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari) Penatalaksanaan penyembuhan luka 1. Anamnesis tentang bagaimana, di mana dan kapan luka itu terjadi untuk memperkirakan kemungkinan terjdinya kontaminasi dan menentukan apakah luka akan ditutup secara primer/dibiarkan terbuka 2. Tindakan antisepsis Daerah yang disucihamakan harus lebih besar dari daerah luka. Prinsipnya mulai dari tengah dan bekerja ke arah luar dengan pengusapan secara spiral. Daerah yang telah dibersihkan tidak boleh diusap lagi menggunakan kasa yang telah digunakan. Cairan yang dianjurkan adalah salin normal (sodium klorida 0.9%) (Morrison, 2004).

Sodium klorida atau natrium klorida tersusun atas Na dan Cl yang memiliki komposisi sama seperti plasma darah, dengan demikian aman bagi tubuh tidak disarankan penggunaan povidone iodine pada luka bersih seperti luka hasil pembedahan dan

luka kronis. Hal ini disebabkan povidone iodine bersifat toksik yang dapat merusak perkembangan jaringan baru (WHO, 2010) 3. Pembersihan luka Irigasi sebanyak banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing (debridement) sehingga akan mempercepat penyembuhan. Lakukan secara sistematis dari lapisan superficial ke lapisan yang lebih dalam. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. Tepi yang compangcamping sebaiknya dibuang. Bila perlu tindakan ini dilakukan dengan menggunakan anastesi local.

4. Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer. Sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam/ pertertiam. Jenis-jenis jahitan: a. Jahitan kulit Jahitan interrupted Jahitan simple interrupted Jahitan matras Jahitan continous Jahitan running suture/ simple kontinous/ jelujur Jahitan interlocking, festoon b. Jahitan subkutis Jahitan continous : jahitan terusan subkutikuler/intradermal. Digunakan jika ingin hasil kosmetika yang baik setelah luka sembuh. Selain itu digunakan juga untuk menurunkan tegangan pada luka yang lebar sebelum dilakukan penjahitan satu demi satu Jahitan interrupted dermal stitch

c. Jahitan dalam Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat dibuat dari guntingan sarung tangan. Fungsi dren adalah mengalirkan cairan keluar (darah atau serum) pada dead space (jika terbentuk) 5. Penutupan luka Prinsipnya mengupayakan konisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan sebagai barier terhadap invasi bakteri pathogen. Pada luka fungsi ini menurun karena terjadi proses inflamasi. Penutupan luka yang terbaik adalah dengan kulit (skin graft, flap). Bila tidak memungkinkan bisa manggunakan kassa (sampai luka menutup) 6. Pembalutan Fungsi:

Sebagai pelindung terhadap penguapan Mengupayakan lingkungan yang baik: menciptakan kelembaban, sebagai kompres, penyerap eksudat (absorben) Sebagai fiksator Efek penekanan mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.

Luka sayat, bersih, ukuran kecil dapat mengalami proses penyembuhan perprimam. Sedangkan luka dengan kehilangan kulit atau disertai eksudasi dan pelisisan jaringan memerlukan penggantian pembalutan sampai 5-6 kali. 7. Pemberian antibiotic Prinsip: pada luka bersih tidak perlu, tetapi pada luka kotor/ terkontaminasi perlu diberikan. Luka merupakan media perkembangan bakteri anaerob. 8. Pengangkatan jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi (luka sudah menutup). Hal ini tergantung pada: Vaskularisasi: daerah yang vaskularisasinya baik, penyembuhan berlangsung cepat. Pergerakan: daerah yang sering bergerak penyembuhannya lebih lama Ketegangan tepi luka Teknik penjahitan: jahitan yang dilakukan (mis. jahitan otot, jahitan fasia, jahitan subkutis, jahitan intradermal menggunakan benang yag tidak diserap) sebelum menjahit kulit.

Anda mungkin juga menyukai